Dibalik Anak yang selalu Sehat, Ada Ibu yang Idealis
Konten [Tampil]
Setuju aja deh! hahaha.
Bukan berarti yang anaknya sering sakit adalah ibu yang nggak hebat ya, konteks pembahasannya berbeda.
Bukan berarti yang anaknya sering sakit adalah ibu yang nggak hebat ya, konteks pembahasannya berbeda.
Jadi, sejak si kakak masih bayi, tepatnya 4 bulan ke atas kalau nggak salah, dia jadi sering sakit-sakitan.
Mostly sih batuk pilek, tapi entah mengapa si kakak tuh, kalau udah sakit, kudu ngunjungi dokter spesialis dulu baru bisa sembuh.
Jadilah, sejak bayi si kakak selalu langganan dokter spesialis.
Dan bukan semata hanya batuk, pilek lalu demam, bahkan pernah juga sampai diopname di RS gara-gara muntaber.
Suer sedih banget.
Namun, Alhamdulillah, sejak saya resign dan merawat si kakak sendiri, perlahan tapi pasti kesehatannya jadi lebih membaik.
Masih tetap sakit sih, dan kalau saya perhatikan memang, sakitnya itu karena ketularan teman-temannya, karena dia masuk sekolah saat usianya bahkan belum 3 tahun, hehehe.
Pernah juga saat kami masih tinggal di Jombang, si kakak panas tinggi dan berakhir dengan diuap oleh dokter.
Namun syukurlah nggak sampai opname, dan setelah ketemu dokter tersebut, si kakak langsung sembuh dong, hahaha.
Pernah juga saat kami masih tinggal di Jombang, si kakak panas tinggi dan berakhir dengan diuap oleh dokter.
Namun syukurlah nggak sampai opname, dan setelah ketemu dokter tersebut, si kakak langsung sembuh dong, hahaha.
Sampai akhirnya saya kembali harus bekerja kantoran di tahun 2015 lalu, si kakak terpaksa saya titipkan di daycare, dan berakhir dengan dia kudu opname berhari-hari di RS, bahkan yang menyebalkan dan bikin sedih sesedihnya itu adalah, ketika si kakak di over diagnosa katanya kena virus Kawasaki oleh seorang profesor *sebel!
Hal tersebut yang membuat saya jadi mantap resign kembali, dan memilih di rumah saja, sampai sekarang.
Dan Alhamdulillah juga, di usianya yang ke-6 tahun, daya tahan tubuh atau imun si kakak, sepertinya udah bekerja lebih baik.
Oh ya, fyi, si kakak memang terlahir prematur, sesar pula, minum sufor pula, lengkap sudah, hahahaha.
Akhirnya GADDD Dengan si Adik
Sejak saya jadi IRT, Alhamdulillah kesehatan si kakak jadi lebih membaik, udah jarang banget sakit yang aneh-aneh, bahkan sejak usia 6 tahunan, terakhir kali sebal ama profesor yang bikin si kakak kudu menenggak obat TB sampai 6 bulan, padahal sama sekali nggak di test apapun, langsung di diagnosa kalau kudu minum obat TB yang bikin rambut si kakak jadi rontok, sebaaall rasanya kalau ingat hal itu.
Sejak itu, saya jadi semacam trauma sama dokter spesialis anak, dan karenanya jika si kakak sakit, yang Alhamdulillah sakitnya cuman sebatas batpil dan demam, bahkan pernah juga cacar air sih, tapi sedikitpun saya nggak kasih obat, hanya perawatan luar dan minum vitamin.
Lalu kemudian si adik lahir, Alhamdulillah si adik jauh lebih kuat ketimbang si Kakak, entah memang seperti itu, atau mungkin karena saya rawat sendiri dengan berbekalkan idelisme yang tinggi.
Alhamdulillah, saya bisa benar-benar menerapkan GADDD atau Gerakan Anti Dikit-Dikit Dokter pada si adik, yang mana sejak si adik lahir, hingga usianya 3 tahun, dia bahkan baru sekali ketemu dokter spesialis anak, yaitu saat usianya sekitar 5 harian, kami kebingungan karena dia pup mulu.
Selepasnya, si adik memang pernah demam karena batpil, dan pengobatannya cukup pakai 2 resep yang saya racik sendiri, yaitu sabar dan gendong, hahahaha.
Palingan, jika suhu badannya agak naik, saya kasih parasetamol sirup, dan saat usianya di atas 2 tahun saya tambahkan obat batuk Silex dengan dosis sesuai yang dianjurkan, serta vitamin tentunya.
Dan hal itu juga saya terapkan kepada si kakak, di mana Alhamdulillah sudah bertahun kami seolah putus hubungan dengan dokter anak.
Karena Alhamdulillah, anak-anak selalu sehat, meskipun sakit, masih bisa saya tangani sendiri.
Alhamdulillah.
Dibalik Anak yang selalu Sehat, Ada Ibu yang Idealis
Yup, Alhamdulillah, hal yang paling saya syukuri, terutama di masa pandemi sejak tahun 2020 lalu adalah, anak-anak tetap sehat.
Bahkan, jauh lebih sehat ketimbang sebelum pandemi.
Ye kan, anak-anak dikurung di rumah mulu, sama sekali nggak kontak ama orang lain.
Jadinya, bahkan batuk pilek pun jarang banget, karena memang sebelumnya yang membawa virus batpil itu ya si kakak, dari teman-teman sekolahnya.
Namun, benarkah anak-anak sehat, hanya karena mereka di rumah melulu, nggak pernah kontak ama orang lain?
Tidak juga!
Karena, dibalik anak-anak yang sehat, terdapat maminya yang super idealis dan cerewet.
Meski di rumah saja, bukan berarti anak-anak bebas ancaman penyakit, justru selain Covid-19, sekarang tuh lebih banyak penyakit mematikan lainnya, seperti diare dan demam berdarah.
Karenanya, saya selalu mati-matian memastikan anak-anak terlindungi dari semua penyebab penyakit.
Saya pastikan mereka nggak digigit nyamuk meskipun 1 ekor saja.
Baik siang ataupun malam.
Dan itu, konsisten, sama sekali nggak ada celah bagi nyamuk buat menggigit mereka, kecuali memang nyamuknya beruntung.
Saya juga memastikan, tidak ada lalat apalagi tikus yang berkeliaran di rumah, padahal sejujurnya ini sulit, mengingat kami tinggal di rumah tua yang banyak lubang buat tikus masuk.
Namun, hal itu bukan alasan buat saya untuk membiarkan sumber penyakit masuk.
Caranya? dengan memastikan rumah tetap bersih, khususnya pada malam hari.
That's why, sengantuk apapun saya, memastikan dapur dan semua ruangan yang berpotensi didatangin tikus itu telah bersih, adalah sebuah hal yang urgent.
Demikian juga, baik saya maupun anak-anak, tak pernah tidur asal tanpa persiapan, sengantuknya saya, selalu hal nyamuk telah dipertimbangkan, telah dihalau, baru deh saya bisa tidur.
Demikian juga makanan, meskipun sejujurnya saya benci banget menghabiskan waktu di dapur, saya benci memasak, tapi semua itu saya lawan, demi anak-anak bisa makan masakan yang memang saya tahu kebersihannya, serta bebas bahan kimia.
Intinya, anak-anak bisa tumbuh dengan sehat, bahkan bertahun tidak perna[h lagi kontak dengan dokter anak maupun dokter umum, semua tidak terjadi begitu saja, namun karena perjuangan saya sebagai ibu yang sangat idelialis dan konsisten.
Dan apa sih hal yang membuat saya sedemikian idealisnya?
Selain kasian melihat anak-anak yang sakit kudu minum beragam obat, bahkan bisa ditusuk-tusuk jarum buat diambil darahnya, which is bahkan saya sendiri nggak suka ditusuk gitu, karena sakit.
Juga karena saya sadar, biaya untuk kesehatan itu sungguh besar, dan sadar juga papinya anak-anak bukanlah seorang pekerja yang mendapatkan tunjangan kesehatan buat anak-anaknya.
Selain itu juga, saya adalah seorang ibu yang semacam single mom, di mana harus mengurus anak-anak seorang diri, tanpa dibantu siapapun.
Dan hal itu terjadi setiap waktu, tak peduli anak-anak sakit, atau saya lagi sakit, semua harus saya urus sendiri.
Makanya, daripada repot mengurus anak sakit, mending repot mengurus anak-anak saat sehat.
Jauh lebih mudah dan hati tenang sih.
Meskipun, karena hal tersebut, saya sering bangey dipandang seperti orang aneh.
Yang terlalu lebay lah dengan kedisiplinan kebersihan.
Namun, saya bergeming.
Karena, saya adalah satu-satunya yang sibuk mengurus anak-anak, baik sehat maupun sakit, dan orang lain hanya sibuk menilai.
Mereka lupa, bahwa dibalik anak-anak yang sehat, selalu ada ibu yang luar biasa idealis dalam mempertahankan kesehatan anak-anaknya.
Demikianlah.
Sidoarjo, 21 Januari 2021
Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
aku kalau nantinya anak aku sakit pasti akan repot bin bingung juga kesana kemari buat nyembuhin
ReplyDeletedan wajar kalau seorang ibu idealis soal kesehatan ke anak. Anak sakit aja, kalau ibu kerja pasti nggak konsen sama kerjaannya, sama kayak temen aku, pasti kepikiran sama yang dirumah
dan sepertinya aku akan berlaku sama kalau soal ini, nggak mau juga ibu pengen anaknya sakit terus nggak sembuh sembuh
pokoknya mau sehat terus
Nah kan, mending repot urus anak sehat, ketimbang susah urus anak sakit ya :)
Delete