2 Hal Penyebab Utama Perceraian
Konten [Tampil]
Jadi, saya kan sedang mengkonsumsi obat hormon, karena saya menstruasi nggak selesai-selesai, sampai darah terkuras banyak.
Dan tepat seperti yang dikatakan banyak orang, bahwa efek samping mengkonsumsi obat tersebut adalah, mood swing yang parah banget.
Ya Allah, nggak enak banget pokoknya!
Kasian anak-anak kena omelan mulu, hiks.
Lalu, teringat akan bulan penuh berkah ini, mumpung masa menstruasi saya akhirnya udah berhenti berkat obat tersebut, saya lalu maksimalkan semua waktu untuk mengejar ketertinggalan saya, termasuk memohon diberikan ketenangan.
Alhamdulillah, meski belum bisa tenang tanpa ngomel, tapi saya selalu berupaya untuk itu, dan itu pulalah yang membuat saya membuka YouTube, demi mencari kajian-kajian Islami, dan bertemulah saya dengan kajian beberapa Ustadz tentang pernikahan, dan salah satunya tentang nasehat pernikahan dengan tema perceraian.
Etdah, ini semacam keyword atau gimana ya?
Kenapa juga yang muncul malah kajian kayak gitu?
Tapi it's OK sih ya, belajar tentang keridhoan Allah, biar Allah selalu sayang hamba-Nya yang penuh dosa ini, ditunjukkan jalan yang lurus, mengapa tidak kan ya?
Terlebih kajian Ustadz Khalid Basalamah, yang selalu membahas dari dua sudut pandang.
Bukan hanya untuk istri, tapi juga untuk suami.
Jadinya adem banget rasanya.
Masha Allah.
Dan agar menjadi sebuah pengingat buat saya, mungkin juga buat Temans yang kebetulan membaca post ini, saya akan membagikan 2 hal yang menjadi penyebab 99% perceraian dalam rumah tangga.
Yang kalau saya pikir-pikir sih, ini bener banget, dan sesuai dengan pikiran saya ketika pertama kali memutuskan menikah.
Meskipun dulu tuh, pola pikir tersebut, muncul karena logika saya yang mengatakan hal seperti itu.
Ternyata, logika tersebut, juga benar adanya.
Dan 2 hal yang menjadi penyebab perceraian dalam rumah tangga adalah:
1. Menjaga Jarak Dengan Pasangan
Menjaga jarak ini, bukan berarti LDMan atau Long Distance Marriage.
Tapi jaim kali ya bahasa gaulnya, hahaha
Sering kan ya, terutama seiring usia pernikahan semakin lama, dan anak-anak hadir di dalam pernikahan tersebut.
Entah mengapa, banyak yang memutuskan berhenti bersikap romantis atau menahan semua hal tentang cinta dan kasih sayang kepada pasangan.
Padahal, mumpung udah halal kan ya, nggak ada lagi penghalang yang menahan semua gejolak cinta dan kasih sayang kita kepada pasangan.
Seharusnya, kita lebih semangat mengeluarkan segala hal yang kita punya tentang cinta dan kasih sayang.
Kata-kata yang mesra, sentuhan-sentuhan cinta, bakti dan semua hal yang membahagiakan dan memuliakan pasangan.
Sayangnya, entah mengapa, banyak pasangan yang justru begitu 150% (halah😂), i mean berlebih-lebihan mencurahkan semua perasaan dan tindakan cinta kepada pasangan, ketika masih pedekate atau belum nikah.
Namun, jadi berkurang atau menjaga jarak atau bahkan cuek ketika sudah menikah.
Padahal, ketika belum menikah itu, masihlah dosa.
Dan justru nggak ada jaminan kita bisa bersama calon pasangan tersebut.
Dan ketika sudah menikah, semua hal tentang cinta tersebut justru berbayar dong ya.
Asyiknya lagi, yang bayar Allah, Tuhan yang memiliki semua yang ada di langit dan bumi, Masha Allah.
Mengapa ya justru lebih banyak yang tertarik ke dosa, ketimbang bayaran dari Tuhan?
Mengapa coba?
Mengapa Rey?
Eh kok Rey?
Iya sih, saya juga soalnya, hahaha.
*Abis itu tutup muka saking malunya 😅
Intropeksi diri saya, untuk masalah ini, sebenarnya alasannya karena terbiasa dan anak.
Iya, sungguh saya heran, mengapa dulu si paksu itu kagak mau lepasin saya aja, coba?
Saya yang seorang wanita nggak kayak lainnya, nggak pintar melayani suami.
Apalagi suami model papinya anak-anak itu?
Yang kalau di rumah, lebih suka melayani dirinya sendiri.
Masak sendiri, makan sendiri.
Awalnya saya hanya diam dan kesal, ketika udah capek-capek masak, tapi dia nggak langsung makan, malah kadang masih nambah masak mie instan atau lainnya.
Lama-lama saya kesal, dan cuek aja terserah dia mau makan masakan saya atau enggak *tutup muka😅
Tentang hal bermesraan juga, saya bukan tipe wanita yang suka bermesraan di sembarang tempat.
Kalau teorinya mengatakan, bahagia itu, pas masak suami meluk dari belakang, lalu bantuin masak.
Saya?
Coba aja berani meluk-meluk.
Mendekat aja saya ngamuk, soalnya gerah woiii 🤣
Dan ini semakin parah ketika punya anak, saya lebih suka dibiarin sendirian di dapur, ketimbang dibantuin, soalnya bikin nggak kelar-kelar aja kerjaan masak, terlebih gerahnya minta ampun 😅
Anak, juga menjadi faktor alasan saya jadi menjaga jarak.
Entah karena anak saya lelaki kali ya, saya merasa aneh, kalau suami berani mesra-mesraan di depan anak.
Apalagi sekarang punya 2 anak.
Dan anak pertama udah hampir masuk teenager.
Ya Allah.
Semoga Allah mau mengampuni hamba-Nya ini.
Semoga dikasih kekuatan untuk bisa menjadi istri Sholeha, jika memang masih diberi jodoh, dengan siapapun itu, aamiin.
Faktor lainnya yang membuat pasangan suami istri menjaga jarak, justru ketika telah menikah adalah, menjamurnya paham modern, bahwa jangan terlalu mencintai dengan dalam, karena nanti ternyata tak berjodoh lama, bakalan sakit banget.
Padahal ya, nanti ya nanti.
Sekarang mah sekarang.
Mumpung masih dikasih kesempatan berjodoh, ya udah keluarkan dan tumpahkan semua hasrat cinta dan kasih sayang serta pengabdian kita kepada pasangan.
Cintai pasangan karena Allah, dan Allah mencintai pasangan yang saling mencintai tanpa batas karena mengharap keridhoan Allah semata.
Kalau besok nggak berjodoh?
Ya udah, urusan besok itu mah, karena semua niat cinta yang halal itu demi Allah, insha Allah kita akan dikasih pasangan yang berhak menerima cinta kita yang penuh dan ikhlas itu, dan dibalasnya dengan berlipat-lipat.
2. Salah Pergaulan
Kata orang-orang tua zaman dulu, hati-hati bergaul.
Bergaul dengan penjual minyak wangi, bakalan terciprat wanginya, demikian juga sebaliknya, bergaul dengan orang yang sifatnya buruk, bakalan ikutan buruk juga.
Ini, bukan berarti kita milih-milih teman, tapi milih-milih batasan.
Ada begitu banyak contoh penyebab perceraian, karena pertemanan yang tidak berbatas sesuai batasan mentalnya.
Maksudnya gini.
Misal istri-istri, yang sukanya bersosialisasi, ikut arisan dan semacamnya.
Tapi circle-nya beda banget.
Terutama dalam hal ekonomi.
Ada yang istrinya cerita tentang sofa barunya seharga puluhan bahkan ratusan juga.
Yang istri lainnya, ternyata punya suami yang mampunya baru bisa beliin sofa bekas, di kredit pula, hahaha.
Itu mah bakalan jadi masalah lama-lama.
Awalnya, istri sederhana itu begitu bahagia dan berterima kasih serta memuja suaminya yang membelikannya sofa bekas meski kredit tersebut.
Lalu, saking seringnya terpapar sofa tetangga yang lebih empuk, nyaman dan harganya mahal itu.
Lama-lama tergerus juga keikhlasan di hatinya.
Perasaan syukur mulai mengabur entah ke mana, dan ujungnya mulai membandingkan suami sendiri dengan suami orang lain, berdampak langsung dengan sikapnya kepada suaminya.
Makanya suamik!
Kalau punya istri yang doyan ngendon di rumah aja, jangan stres dan kesal, bersyukurlah, karena bisa jadi selain karakternya yang memang introvert, pun juga begitu cara dia melindungi perasaan cinta dan ikhlasnya pada suaminya.
Ini juga berlaku dengan para suami.
Banyak banget yang rela mengorbankan perasaan istri demi teman-temannya.
Pas ketemu dan kumpul silaturahmi dengan teman, dan teringat istri menunggu di rumah, lalu pamit pulang.
Para temannya mulai bercelutuk.
"Wah ini nih, golongan suami takut istri!"
Lalu seketika merasa harga dirinya terusik.
Lalu kuat-kuatan deh, nggak ada yang mau pulang duluan, takut dibilang suami takut istri.
Padahal mah, itu kan cuman sebutan aja, justru dengan dia cepat pulang, itu adalah bentuk cintanya kepada istrinya.
Lagian, buat apa sih kuat-kuatan nongkrong nggak jelas di luar, sementara di rumah istri sudah menunggu dan siap memberikan pelayanan surgawi di dunia?
Ini juga termasuk dengan membandingkan istri dengan wanita lain.
Liat wanita, khususnya teman kantor yang terlihat rapi dan wangi tiap rapi, imut, cantik, menawan.
Sementara di rumah istri ya begitu-begitu aja.
Lalu akhirnya memaksa istri harus seperti temannya itu, ya nggak bakal ketemu kalau gitu.
Kalau cuman karena bersih, rapi dan wangi, mungkin istri bisa berikan.
Kalau wajah cantik sesuai keinginan harus sama persis cantiknya dengan teman kantornya itu, ya pegimana caranya?
Operasi?
Termasuk juga saat mendengar nasihat teman atau sahabat.
Selalu memasukan orang lain dalam rumah tangga.
Dikit-dikit curhat sama teman, baik istri maupun suami.
Jadinya nggak bisa mengikuti hati nurani, dan melihat ke dalam masalah sendiri.
Istri merasa tidak bahagia, curhat dengan teman wanita single.
Lalu dianjurkan cerai.
"Ngapain bertahan kalau kamu nggak bahagia, saya nggak nikah, tapi saya bahagia, bahagia itu kita yang ciptakan, bukan pasangan"
Kelar dah rumah tangga.
Para suami juga gitu, berantem ama istri, curhat pada temannya.
Lalu temannya ngasih advice yang egois.
"kamu itu laki, mau saja disetir istri, di mana harga dirimu?"
Yang ada, suami pulang dengan sikap arogannya, memaksa istri tunduk tanpa mau sedikitpun memahami keluhan istri.
Lama-lama istri semakin tertekan, rumah tangga semakin jauh dari ketenangan.
Hanya karena nasehat aneh yang tidak berdasar dan bertanggung jawab dari teman yang salah.
Begitulah, bagaimana pergaulan membuat rumah tangga yang dibangun untuk mengharap sakinah, mawadah dan warahmah, jadi hancur dalam perceraian.
Dan nasihat Ustadz Khalid Basalamah ini memang sudah terpikirkan oleh saya sejak dulu.
Bagi saya, menikah itu adalah suami dan istri.
Bahkan mertua, keluarga lain hanyalah pelengkap dari luar yang tidak boleh dicampur dalam rumah tangga.
Kayak Ade dan Rey, itu tuh udah punya rumus sakinah, mawadah warahmah sendiri yang pastinya beda dengan rumus pasangan lainnya.
Selama keduanya masih ada rasa saling yang sama, meski terlihat aneh oleh pasangan lain, namun insha Allah akan bisa lebih mudah meraih keberkahan, jika nggak dicampur terlalu dalam dengan pihak lain, siapapun itu, termasuk orang tua, apalagi hanya teman, atau mantan *eh😅
Demikianlah, betapa kajian tersebut membawa sebuah kedamaian dan harapan di hati saya.
Dan doa terpanjat selalu dalam setiap waktu.
Ya Allah, semoga Kau berikan saya kekuatan, untuk bisa mencintai tanpa batas tanpa pamrih kepada manusia, hanya semata berharap akan ridha-Mu.
Kuatkanlah, saya melawan diri sendiri, yang selalu hitung-hitungan dalam berbuat baik kepada pasangan.
Semoga bisa dijadikan istri Sholeha, dan dikaruniai suami yang Sholeh dan bisa memimpin saya selama di dunia, dan membawa saya ke Surga-Nya, aamiin ya Allah.
Etdah, postingan saya kali ini beda banget ya?
Semoga saya selalu diberikan ketenangan dan kemampuan, untuk selalu kembali ke tujuan Ridha Allah, insha Allah.
Sidoarjo, 23 April 2021
Sumber: pengalaman pribadi dan ceramah Ustadz Khalid Basalamah
Gambar: Canva edit by Rey
Poin yg jaga jarak, akupun ngerasa tertampar Rey :(. Dipikir2 jd beda memang pas pacaran Ama skr. Kenapa dulu jor jor an banget nunjukin sayang, skr eh malah biasa aja :(. Tp untungnya siiih, aku dan suami selalu nyempetin utk liburan berdua tanpa anak setahun sekali, kec pandemi ini hahahaha. Itu semata buat refresh hubungan. Tp begitu udh selesai, balik lagi ke perhatian yg biasa aja :D.
ReplyDeleteReminder bgt sih buatku juga Rey. Jgn sampe yaaa suami malah tertarik perhatian wanita lain kan yeeee :p. Aku slalu berfikir, perceraian bisa terjadi Krn 2 pihak. Kalo sampe suami selingkuh, aku mikir, pasti aku ada salah juga yg membuat dia begitu. Nth aku terlalu cuek, nth aku terlalu jauh . Kayak si ex pertama yg selingkuh, setelah dipikir, ya aku jauuuh kan saat itu. Dia kesepian mungkin. Dulu awal2 ngizinin aku kuliah ke Malaysia, bisa jd dia berat, tp mungkin ga mau bikin aku kecewa Krn dia tahu aku sangaaaat kepengen kuliah di sana wkt itu.
So yaaa gitu deh. Kesalahan pasti ada di 2 pihak :)
Nah iya Mba, segimanapun manusia, kalau ngomongin hubungan, pasti keduanya punya andil, nggak mungkin banget cuman 1 pihak.
DeleteApalahgi udah menikah kan.
Meskipun mungkin ada pihak yang lebih besar pengaruhnya, tapi kadang sikap pasangan dalam menghadapinya bikin masalah jadi makin besar
dan beda prinsip, juga bisa jadi alasan kenapa cerai sih kadang wkwkw :D
ReplyDeletemasalah itu apa namanya, menjaga jarak dengan pasangan, kayaknya itu agak gimana gitu ya? pas pacaran nempel, eh pas sudah menikah, menjaga jarak wkwkw :D
Biasanya karena keadaan yang beda.
DeleteKalau pacaran kan jarang kenal tanggungan lebih.
Belom kenal biaya popok dsb hahaha
Very useful post! Nowadays, conflicts between husbands and wives increase all around the world. Life is too short but people dont aware of it
ReplyDeleteThank you, it's true :)
DeleteBetul keduanya.. Sebelum bercerai, aku dan mantan sempat ada jarak. Walaupun serumah, tapi seperti punya dunia masing-masing. Bahkan saling mengatakan perasaan masing-masing pun tidak.
ReplyDeleteWah iya ya, ternyata jarak nggak melulu tentang KM ya
Deleteselain dari 2 penyebab utama diatas, ada 1 penyebab inti mbak,
ReplyDeleteyaitu pernikahan itu sendiri, karena menurut saya tidak akan ada perceraian tanpa adanya pernikahan,,,
:-D
hahehehe.... iya engak seh? kok saya jadi bingung sendiri
hahahah, bisa ajaaaa.
DeleteKalau nggak ada pernikahan, nggak ada undangan dong *loh? :D