Surat untuk Inner Child yang Terluka
Konten [Tampil]
Karenanya, saya jadi terpikirkan oleh obrolan yang seharusnya sering saya lakukan, agar bisa mengendalikan emosi yang biasanya melanda tanpa kira-kira.
Emosi yang tak terkendali, biasanya muncul ketika terpicu oleh sesuatu yang mengingatkan saya akan masa kecil.
Jadilah semacam Dejavu, dan merasa kembali ke masa kecil, dalam sosok dewasa, di mana sekarang punya power untuk melakukan hal yang dulu tidak berani saya lakukan, ketika berada di situasi tersebut.
Atau, kadang juga mencontoh apa reaksi orang terhadap saya ketika itu.
Misal, saya dulu melakukan kesalahan kecil dan dibentak bapak.
Tanpa sengaja, ketika anak-anak bahkan pasangan memicu hal tersebut tanpa sadar.
Seketika emosi tak terkendalikan.
Solusinya, merangkul masa kecil tersebut, sosok inner child yang masih saja bercokol di dalam diri ini.
Bukan untuk melupakannya, tapi menerima dan memaafkan situasi dulu.
Maka, mungkin begini, surat yang akan saya sampaikan pada si Reyne kecil, yang kurus kering dahulu, hahaha.
(Btw, waktu kecil saya dipanggil Reyne, Sampai STM barulah jadi Rey)
Dear Reyne,
Apa kabarmu pagi ini?
Sepertinya keadaanmu sedikit marah ya.
Karena anak-anak rewel.
Si kakak yang kebanyakan ngomong, membuat adiknya kesal dan menjerit-jerit bikin kuping sakit.
Iya,
Saya bisa merasakan kekesalan hatimu, karena dulu kau bahkan bisa dipukul sampai betismu biru, hanya karena berisik seperti itu.
Sini peluk dulu.
Dear Reyne,
Tahu nggak, kamu sekarang udah lebih dikenal dengan nama Rey.
Simple dan nggak ribet.
Itu juga menandakan bahwa kamu udah dewasa.
Bahkan sangat matang.
Kamu ingat kan, ketika STM dulu, mama dan tantemu kesal ketika banyak teman yang memanggilmu dengan nama Rey.
Kayak cowok saja!
Itu kata mereka.
Tapi nyatanya, sekarang namamu Rey!
Itu berarti, kamu udah melewati semua masa-masa 'pemaksaan' dulu, meskipun sejujurnya, kita bisa tahu kan, bahwa kita beruntung punya ortu yang tidak suka memaksakan kehendaknya untuk masa depan anak-anaknya.
Yup, waktu berlalu, sekarang kita udah dewasa.
Udah punya keluarga sendiri.
Menikah dengan lelaki pilihan sendiri.
Menjadi IRT dengan keputusan sendiri.
Menjadi blogger atas kemauan sendiri.
Semuanya atas kehendak dan keputusan sendiri.
How lucky we are, bukan?
Iya..
How lucky we are sekarang, Rey.
Kita sekarang udah bebas!
Nggak ada lagi yang bakal marah kalau kita bermalas-malasan.
Nggak ada lagi yang bakal marah saat kita gagal melakukan suatu hal.
Nggak ada lagi malam-malam menakutkan ketika sedang tertidur pulas, lalu kaget terbangun oleh suara bapak yang berteriak ketika berantem dengan mama.
Nggak ada lagi hal mengesalkan ketika malam-malam ketakutan, eh malah ditinggal sendiri karena mama harus pergi menolong orang melahirkan.
Nggak ada lagi yang bakal membentak ketika rumah berantakan sedikit.
Nggak ada lagi yang marah ketika makanan atau pakaian bersih tidak berada di depan matanya.
Nggak ada lagi yang ngelarang keluar ke sana ke mari.
Nggak ada lagi..
Kita bebas, Rey!
Bebas!
Dear Rey,
Terimakasih ya udah bertahan selama ini.
Masa kecilmu memang sulit untuk dilewati anak seusiamu saat itu
Banyak hal yang mengecewakanmu saat itu.
Hal-hal menyedihkan, menakutkan dan mengecewakan.
Semua itu tak lagi ada, Rey!
Kamu punya kebebasan sekarang!
Kamu bebas jadi dirimu sendiri, bebas membeli apapun yang kamu butuhkan, dengan hasil keringat mu sendiri.
Tak perlu bersedih lagi.
Semua hal nggak enak dulu, udah berhasil kamu lewati, dan kamu hebat, Rey!
Sekarang, saatnya kita meraih cita-cita kita dulu.
Di mana, kita tahu betapa nggak enaknya hidup kita di masa kecil dulu.
Karenanya, mari kita berjanji agar cukup sampai di kita semua hal yang nggak enak tersebut.
Anak-anak kita, jangan sampai merasakan hal itu lagi.
Kita tak mungkin bisa mengubah masa lalu, tapi sangat mungkin bisa mengubah masa depan, dengan memastikan anak-anak berbahagia selalu.
Dimulai dari kita yang berbahagia dahulu.
Mari kita bahagia, Rey.
Mari kita maafkan kedua orang tua kita atas ketidak mampuan mereka menjadi orang tua seperti yang kita harapkan dulu.
Sungguh, mereka pun lebih tidak seberuntung kita.
Masa kecil mama dan bapak lebih berat, sehingga tanpa sadar mereka mengikuti cara ortunya mengasuh mereka, yang lebih banyak meninggalkan luka buat mereka.
Bapak yang kehilangan kasih sayang mamanya bahkan saat dia tumbuh remaja.
Mama yang kehilangan kasih sayang bapaknya, bahkan di saat dia jadi anak paling dimanja oleh bapaknya.
Sungguh mama dan bapak adalah sosok-sosok yang jauh lebih kurang beruntung dibanding kita.
Mari kita maafkan mereka.
Dan mari kita berjanji akan berjuang bersama menghentikan masa kelam di usia kanak-kanak, khususnya buat anak-anak kita.
Kita pasti bisa.
Karena sekarang kita udah bebas dan merdeka.
Terlebih, kau punya pengalaman hebat, bisa bertahan melewati semua tantangan di masa lalu.
Semangat Rey.
Kamu sekarang adalah Rey yang bebas.
Bukan Reyne yang terabaikan lagi.
Semangat!
Demikianlah.
Sidoarjo, 11 April 2021
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete