Ibu, Ridhai Pilihan Anakmu Agar Hidupnya Lebih Baik
Konten [Tampil]
Dan kita juga sering melihat, betapa orang-orang yang memuliakan ibunya, selalu diberikan kehidupan yang lebih baik dan tentram.
That's why, yang namanya berbakti kepada orang tua, khususnya ibu, adalah kunci.
Sayangnya, tidak semua anak bisa berbakti dengan baik kepada ibunya, dan kebanyakan hal itu disebabkan oleh kondisi.
Sayangnya, tidak semua anak bisa berbakti dengan baik kepada ibunya, dan kebanyakan hal itu disebabkan oleh kondisi.
Sehingga, tidak jarang anak harus memilih, berbakti kepada ibu, atau mendahulukan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Jika hal itu terjadi, tak jarang orang tua semakin kecewa pada anaknya, dan tidak jarang malah mencari-cari kesalahan untuk itu, dan menantu menjadi salah satu pelampiasan kesalahan tersebut.
Yang ada, anak semakin bingung, keluarganya semakin nggak karuan.
Seperti Kasih Sayang Orang Tua, Anakpun Ingin Membahagiakan Orang Tuanya
Meskipun di dunia ini mungkin saja ada anak yang memang durhaka seperti Malin Kundang yang biasanya juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua maupun lingkungannya.
Tapi saya yakin, semua anak sangat mencintai orang tuanya, dan sangat berharap bisa membahagiakan kedua orang tuanya, seperti orang tua membahagiakan anak sejak kecil.
Seperti apapun kehidupan anak, mau terlihat nggak agamis sekalipun, kehidupan yang bebas dan liar di mata orang kebanyakan sekalipun, tetap ada rasa di dalam hati seorang anak, untuk bisa membahagiakan kedua orang tuanya.
Ada begitu banyak hal-hal di dunia maya, yang sering bikin kita terbelalak.
Di mana ada anak yang terlihat urakan, tapi begitu mencintai orang tuanya khususnya ibu.
Mau anak laki-laki kek, anak perempuan, semua punya impian yang sama untuk bisa membahagiakan kedua orang tuanya, mengangkat derajat orang tuanya.
Dalam dunia nyatapun demikian, ada begitu banyak anak-anak yang merasa hidupnya masih kurang, karena belum bisa membalas budi kedua orang tuanya, khususnya ibu.
Bahkan, ketika anak-anak sudah menikah dan memiliki anak, niatan membahagiakan kedua orang tuanya, selalu ada dan terpatri dalam ingatan dan doanya.
Bahkan tak jarang, hal tersebut mempengaruhi kebahagiaan seorang anak yang sebenarnya sudah terlihat bahagia dengan kehidupannya.
Misal, seperti ibu rumah tangga yang nggak punya penghasilan uang sendiri, sehingga mereka nggak bisa memberikan sesuatu berbentuk materi untuk menyenangkan orang tuanya.
Tak jarang hal itu yang memicu seorang istri berusaha mencari penghasilan lagi, meski kebutuhan rumah tangga sudah dicukupi suaminya.
Apalagi alasannya, kalau bukan demi bisa memberikan sesuatu materi kepada orang tuanya, tanpa harus memberikan beban lebih kepada suaminya.
Sedemikian dalamnya kasih sayang anak kepada orang tua, meskipun semua anak tahu, apapun yang mereka lakukan, tak akan bisa membalas semua kasih sayang orang tua, khususnya ibu.
Cinta Anak Terhalang Restu dan Ridha Ibu
Banyak di antaranya terhalang kondisi kehidupan yang sulit.
Dan tidak jarang, bahkan seringnya.
Kondisi sulit itu dikarenakan tidak adanya restu dan ridha ibu untuk anak tersebut.
Setidak berdaya apapun anak ketika dilahirkan, sehingga anak hanya bisa tumbuh besar dan sukses atas kasih sayang dan asuhan orang tua, namun bukan berarti, orang tua bisa memiliki seluruh hidup anaknya.
Ada kalanya, anak juga punya pilihan akan hidupnya sendiri, terlebih jika orang tua tidak pandai melihat potensi anaknya.
Baik itu mengenai masa depan seperti karir atau pekerjaan, terlebih untuk pasangan hidup.
Masih sangat banyak orang tua yang bahkan sejak kecil sudah merencanakan masa depan anak, diawali dengan pilihan karir anak.
Ada yang sudah mempersiapkan anaknya masuk dokter, tentara, polisi, PNS dan semacamnya.
Memang sih bagus, dengan demikian, orang tua sudah menyiapkan dana untuk sekolah anaknya.
Namun di sisi lain, pernahkah orang tua menyadari, bahwa anak-anak juga mungkin punya pilihan sendiri? punya impian sendiri? sesuai dengan minat dan bakatnya?
Untuk hal ini, beberapa anak mungkin memilih untuk nurut saja, karena sejak kecil memang sudah dibesarkan dengan budaya bahwa anak wajib nurut pilihan orang tua.
Namun, di beberapa kondisi, ada juga anak yang menolak hal demikian, dan memilih (bahkan kadang memaksa) untuk mengikuti jalannya sendiri.
Ada yang memaksa harus ada di jalannya sendiri ketika awal menentukan sekolah lanjutan, ada pula yang awalnya ikut pilihan orang tua, lalu di tengah jalan menyerah dan memilih ikut jalannya sendiri.
Jika hal itu terjadi, sangat jarang kita menemukan orang tua yang bijak dan menghargai pilihan anaknya.
Ada yang di mulutnya membiarkan anak mengikuti maunya, namun di dalam hatinya tidak merestui hal itu, bahkan mencari cara agar anak menyerah dan ikut pilihan orang tua.
Ada juga yang jadi sangat kecewa dan marah sama anaknya, lalu terputuslah ridha orang tua, terutama ibu.
Itu belum ketambahan dengan memilih jodoh.
Ini yang paling banyak menyumbang kondisi anak jadi miris, karena kurang bahkan tak ada ridha tulus dari orang tua.
Dari yang membiarkan anaknya memilih sendiri pilihan hidupnya, tapi di dalam hatinya tidak ridha.
Ada juga yang terang-terangan tidak menyetujui pilihan anaknya, bahkan mengusir anaknya.
Boro-boro kasih restu maupun ridha.
Hasilnya?
Kehidupan anak terombang-ambing ombak kehidupan yang selalu saja menerpanya.
Jangankan mau sukses, bisa hidup tentram aja sulit.
Apalagi kalau masalahnya ada di restu orang tua.
Kalau sudah begitu, siapa yang rugi?
Bukan hanya anak, orang tua juga ikutan rugi.
Siapa sih yang nggak sedih lihat kehidupan anaknya selalu sulit?
Dan siapa sih orang tua yang nggak pengen anaknya sukses dan bisa membahagiakan orang tuanya dengan materi maupun kenaikan derajat di mata masyarakat?
Padahal kuncinya hanya di restu.
Sungguh sedih jika orang tua harus meletakan anak dalam pilihan, hidup dalam campur tangan orang tua tanpa punya pilihan, demi restu.
Kisah Sukses Anak Karena Restu dan Ridha Orang Tua / Ibu
Sewaktu saya mudik bulan lalu, saya harus sering keluar rumah, karena bapak sakit, dan tidak ada yang bisa disuruh selain saya.
Karena hal itu, saya sering banget ketemu banyak orang, yang berakhir dengan bikin hati keki.
Bagaimana tidak, hampir semua orang yang saya temui dan saya tanggapi basa-basinya, menyalahkan saya mengapa jadi ibu rumah tangga, bukannya kerja di luar, cari uang yang banyak.
Saya hanya diam saja, karena sia-sia menjelaskan, kalau saya tidak semata diam ngedrakor di rumah, tapi saya urus anak, urus rumah dan juga cari duit!
Saya malas menjelaskan, kalau semasa pandemi ini, kehidupan ekonomi kami kacau balau.
Saya malas menjelaskan, kalau semasa pandemi ini, kehidupan ekonomi kami kacau balau.
Dan bersyukur saya masih bisa menutupi kebutuhan rumah tangga, membeli kebutuhan anak dan saya sendiri, dengan uang hasil kerja saya dari rumah.
Karena menjelaskan hal itu kepada para PNS, adalah sebuah hal yang sia-sia.
Hanya ada satu orang yang mengapresiasi jawaban saya, ketika saya bilang kerja di rumah.
Dia adalah mantan tata usaha di SMP saya dulu.
Menurut si bapak, keputusan saya juga bagus, karena anak-anak juga butuh orang tuanya.
Dan rezeki selalu datang dari mana saja.
Si bapak juga bercerita tentang anaknya, yang mana si anak nggak mau jadi PNS kalau harus mengabdi dulu beberapa tahun dengan bayaran yang bahkan nggak bisa nutupi uang transportnya setiap hati ke kantor.
Sang anak akhirnya memilih mendalami dunia servis barang elektronik, sambil jualan beberapa produk online.
Karena bapaknya berpikir, alasan anaknya itu masuk anak, maka dia maupun istrinya memilih untuk menghargai dan meng-support keputusan anaknya tersebut.
Beberapa hari kemudian, ketika saya menemani mama keluar dan melewati rumah anak si bapak tersebut, mama terkagum-kagum dengan kondisi renovasi rumah anak si bapak yang bagus dan cepat banget selesai.
Mama terheran juga, karena mama tahu si anak itu bukan PNS seperti kebanyakan orang di sana.
Saya hanya menjawab kalau yang namanya rezeki, bukan hanya dari PNS doang.
Namun, satu hal yang saya simpan dalam hati adalah..
Kalau si anak bapak tersebut, bisa sukses dan mendapat banyak rezeki, bukan hanya karena rezeki memang dari mana saja, tapi dari restu dan ridha orang tuanya yang menghargai pilihan hidupnya.
Suatu hal yang belum bisa saya dapatkan, karena sesungguhnya saya tidak benar-benar mendapatkan restu apalagi ridha dari orang tua, terlebih mama.
Mama inginnya saya di Buton saja, sementara saya punya pilihan dan alasan tersendiri mengapa saya memilih tinggal jauh dari Buton, meski jauh dari keluarga.
Menurut saya, ini yang terbaik, bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk semua keluarga.
Itulah mengapa, sejak lulus kuliah, hidup saya sulit banget.
Dari yang lulus dengan nilai terbaik, tapi kudu nganggur setahun baru dapat kerja, itupun ketika kerja gajinya bikin saya pengen berteriak ke Tuhan, hiks.
Dalam hal mencari jodohpun, meski orang tua tidak pernah mengatakan langsung kepada saya, tapi orang tua menginginkan saya mencari jodoh lelaki yang punya masa depan yang jelas.
Atau setidaknya, kalau saya nggak bisa dapatkan lelaki dengan masa depan jelas, setidaknya saya punya pekerjaan tetap.
Karena hal itulah, bahkan setelah menikah, hidup saya tetap dalam kesulitan.
Lalu, ketika saya kesulitan, semua hanya mengatakan, kalau saya sendiri yang memilih kesulitan itu, hiks.
Andai saya bisa jujur apa alasan saya memilih hidup jauh dari mereka.
Namun tak mungkin saya bisa jujur, karena itu akan membuat masalah baru.
Ah, semoga Tuhan, masih memberikan saya jalan untuk bisa berbakti dan membahagiakan mama.
Saya sudah gagal membahagiakan bapak di dunia ini.
Saya hanya bisa terus menyelipkan namanya di setiap doa-doa saya, agar bapak diberikan kemudahan di alam sana.
Namun, saya berlomba dengan waktu, agar bisa diberi kesempatan berbakti kepada mama.
Saya yakin, tidak ada yang tidak mungkin dengan doa tak putus untuk itu.
So parent, khususnya juga reminder untuk saya nih as a parent.
Untuk menyiapkan hati agar ikhlas menghormati pilihan anak-anak nanti.
Agar restu dan ridha saya sebagai ibu, bisa membantu memudahkan kehidupan anak-anak nanti, dalam mencapai dan memaknai kesuksesannya, aamiin.
Sidoarjo, 5 Juni 2021
Rey, aku termasuk yg pernah gagal Krn ga dpt restu ortu . Biarpun aku ga alim2 banget, tp aku selalu percaya restu ortu itu penting banget. Menentukan nasib si anak. Tapi pastinya yg berkaitan dengan hal2 baik yaaaa.
ReplyDeleteAku yakin pernikahanku yg pertama gagal Krn ga dpt restu. Sbnrnya kami ditentang Ama ortu, tp keukeuh utk nikah. Yg akhirnya mereka ngalah memang, tp aku yakin dlm hati nya ga rela. Hasilnya udh ketahuan. Pernikahan ga jalan lama, dan belang si mantan itu memang ketahuan sesuai prediksi mama.
Aku nyesel...
Tapi sejak itu, aku JD LBH hati2 dan berusaha dapetin restu mereka dulu sebelum ngelakuin sesuatu. Tapi sebagai ortu, aku juga ga akan mau JD ortu diktator. Aku ttp mau diskusi dgn anak, apa keinginan mereka. Toh sbnrnya yg menjalani hidup ini, nantinya mereka. Sebatas ortu, aku hanya bisa memberikan nasehat apa yg menurutku baik. Tp apapun keputusan si anak, asalkan itu masuk akal dan ga bertentangan agama, aku pasti akan support
Nah iya Mba, pengalaman hidup bikin saya belajar setiap hari, menyiapkan hati agar bisa menerima dan menghargai pilihan anak nanti.
DeleteSemoga anak-anak juga bisa diberikan kemampuan memilih pasangan hidup dengan benar, setidaknya yang dibenarkan oleh Tuhan ya Mba, aamiin.
Meski di satu sisi, saya coba mengerti maksud ortu menyetir anak, tapi terlebih di zaman sekarang, yang namanya hidup itu udah jarang ada yang mau disetir, pun juga itu hidup anak, dia yang jalani, sebijaknya kita hanya mengsupport dan mendoakannya :)
Catatan buat kita semua,sebagai para orang tua...untuk byk2 ikhlas sama anak,ngasih restu apapun keputusan mereka dan yg terpenting berdoa tak putus2 untuk mereka.inshaAllah
ReplyDeleteBetul banget Mba, apapun keputusan anak, kalau kita support dengan doa yang tak putus, insha Allah hidupnya akan baik-baik saja dan lebih baik lagi :)
Deleteaku percaya kalau restu orang tua "bernilai"
ReplyDeleteselama ini di keluarga aku nggak ada tuntutan harus begini begitu, soal pasangan juga nggak banyak didikte.
keinget waktu dulu mau masuk universitas terbaik, di doain sama ortu, terus pas lulus di doain juga
masha Allah, paling asyik tuh dapat ortu yang selalu supoort dan doain anak ya
DeleteDoa Ibu adalah segalanya
ReplyDeletebetul sekali :)
DeleteMendingan punya orang tua masih bisa merima kenyataan. Meskipun mungkin hatinya kurang kiklas dengan kondisi anaknya belum sukses versi mereka. Ada pula orang tua yang melampiaskan kekesalannya dengan cara kurang adil. selamat malsm, ananda Rey.
ReplyDeleteBetul banget Bu, sejujurnya ortu saya lebih demokrasi, terutama bapak, kalau mama saya iya iya doang, tapi hatinya kagak hahaha
Delete