Rezeki Sehat Sering Tak Dianggap
Konten [Tampil]
Sering banget, kita, eh bahkan saya, lupa kalau rezeki saya tuh berlimpah.
Malah sibuk meratapi nasib, pengen punya ini, pengen punya itu.
Pengen punya uang banyak, biar bisa beli ini itu.
Pengen punya banyak rezeki, which is uang.
Iya, seringkali, saya, bahkan saya rasa ada banyak orang di luar sana, yang menganggap rezeki itu mutlak uang.
Bahkan ketika saya memikirkan doa-doa saya, yang selalu dipanjatkan ketika berada di manapun atau dalam situasi apapun, terutama setelah shalat.
Tiba-tiba saya merasa malu luar biasa, karena selama ini saya fokus meminta rezeki kepada Tuhan tapi dalam pikiran saya rezeki itu berbentuk uang.
Padahal ya, bahkan selama pandemi ini, dimana seringkali saya merasa hidup semakin berat, ekonomi terpuruk, tapi hei saya lebih banyak sehatnya ketimbang sakitnya selama masa ini.
Terutama anak-anak.
Saya, dan Rezeki Sehat Diri dan Anak-Anak
Oke baiklah, saya akan jujur bahwa saya sering sekali meratapi nasib, khususnya di masa-masa seperti sekarang ini.
Saya merasa bosan banget, selalu berada di rumah selama 24 jam mengurusi anak, repot dengan hal yang itu-itu saja setiap harinya.
Saya lalu bertanya kepada apapun di sekitar saya, mengapa hidup saya tidak seperti orang lain.
Mereka masih bisa jadi seperti yang mereka inginkan, menjadi diri sendiri, masih bisa mendapatkan penghasilan bulanan karena masih berstatus ibu bekerja diluar.
Saya merasa, rezeki saya tidak sebanyak orang lain. Dan saya merasa a little bit stress about that *Halah.
Apapun yang saya lakukan, selalu dijauhkan dari rezeki, atau uang.
Kerja kantoran, hanya habis buat bayar keperluan anak baik biaya menitipkan anak, biaya dokter anak karena anak sering sakit.
Lalu memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga dan mencari uang dari rumah, kenyataannya semua itu tidak semudah yang saya bayangkan.
Beberapa bisnis yang saya mulai kumat selalu diakhiri dengan kegagalan.
Sering banget iri melihat orang-orang yang sukses.
Sampai suatu hari saya membaca status Facebook seorang leader MLM.
Ybs bercerita bahwa dia baru saja pulang dari RS, karena anaknya dirawat di RS.
Anaknya kena DB, dan harus segera ditangani saat itu juga.
Dan ybs juga menambahkan, bahwa dia beruntung mau bekerja keras, sehingga ketika anaknya sakit, dia punya uang untuk membayar biaya rumah sakit yang mahal itu.
Saya sedikit parno juga membaca hal itu, dan mulai berpikir lalu ketakutan, andai anak saya seperti itu, gimana caranya saya dapatin duit buat bayar biaya rumah sakit?
Tapi, sisi pikiran saya lainnya mengkritik, bahwa bukankah itu pertanda, betapa saya sangat kaya juga?
Bayangkan, ketika orang lain yang punya banyak duit harus mengeluarkan banyak duit untuk biaya rumah sakit, dan saya hanya berpikir aja untuk itu, karena Alhamdulillah saya dan anak-anak sehat selalu.
Seketika merasa malu dong saya, betapa nggak tahu dirinya saya selama ini, selalu meratapi kekurangan rezeki, karena rezeki dinilai dari duit aja, padahal ya saya juga tak kalah kayanya dengan orang lain yang bikin saya selalu iri, hahaha.
Iya, dulu ketika saya kerja, saya juga bisa bayar biaya rumah sakit.
Si kakak yang selalu bolak balik mengunjungi dokter spesialis setiap bulannya, karena sakit.
Saya bisa bayar, karena saya masih kerja dan punya gaji sendiri.
Lalu, saya akhirnya nggak kerja kantoran lagi, bagaimana saya bisa membayar rumah sakit?
Mengapa harus saya pikirkan itu?
Orang saya juga tetap kaya, karena setelah berhenti kerja, rezeki saya tetap, diganti dengan kesehatan oleh Tuhan.
Dan iyes, Alhamdulillah, anak-anak udah jarang banget sakit, setelah saya berhenti bekerja.
Saya sih masih beberapa kali sakit, tapi guest what?
Saya masih hidup dong, karena Tuhan kasih rezeki dari mana saja, untuk mengganti rezeki kesehatan itu.
Mereka, dan Rezeki Sehat yang sering Tak Dianggap
Saya sering banget menuliskan bahwa, jadi ibu rumah tangga itu luar biasa banget nget tantangannya buat saya.
Terutama karena saya dilahirkan dengan keluarga yang seorang pekerja.
Mama saya seorang wanita karir dulunya, kakak saya pun juga seorang wanita karir dengan karir yang semakin naik, gajipun naik.
Karena itu, kakak bisa menyenangkan mama dengan membelikannya ini itu.
Sementara saya, jangankan menyenangkan mama dengan uang, bahkan selalu bikin mereka gregetan sama saya.
Iya, rasanya udah tebal banget ini kuping, mendengarkan nasihat tanpa putus dari mama, kakak dan keluarga.
Di mana saya harus irit, saya harus cari kerja di luar, saya nggak boleh jadi ibu rumah tangga yang nggak punya uang.
Mereka semua kasian sama saya, yang katanya nggak punya rezeki sebaik kakak saya.
Lalu, saya hanya bisa diam dan melongo saja, ketika mereka bercerita bahwa anaknya sakit, dia sakit, butuh penyembuhan ini itu, butuh berobat ini itu.
Dan itu mahal, makanya saya harus kerja.
Bingung kan ya?
Kata mereka saya nggak punya rezeki?
Anak saya jarang banget sakit, semenjak saya jadi ibu rumah tangga, mengasuh dan mengurusi mereka sendiri.
Kalaupun sakit, saya masih bisa beliin obat kok, karena Alhamdulillah sakitnya ya biasa aja.
Bukankah itu juga rezeki?
Eh salah, itu adalah rezeki yang luar biasa?
Kan sama aja ya, kakak saya kerja, tapi uangnya lebih banyak dipakai buat bayar kesehatan anak-anak dan dirinya sendiri.
Saya nggak punya uang sebanyak itu, makanya saya jarang sakit.
Ye kan?
Sungguh, rezeki sehat itu sesuatu yang luar biasa, dan seringnya tak dianggap.
Ini juga kali ya, yang membukakan mata dunia di masa sekarang ini.
Di mana, ketika wabah virus covid-19 mendunia, banyak orang-orang kaya memenuhi rumah sakit, rebutan alat bantu kehidupan, demi bertahan hidup.
Tidak sedikit orang-orang yang punya banyak duit, terpaksa harus beli ini itu demi selalu sehat.
Pakai masker yang harganya selangit.
Makan makanan sehat yang harganya cukup untuk makan kaum dhuafa sekampung.
Sementara, di beberapa tempat kita temui, orang-orang yang bersusah payah mencari secuil rezeki di luar, mereka baik-baik saja.
Bukan karena mereka kebal terhadap virus corona, tapi karena mereka memang dikasih rezeki lain, berupa kesehatan, daya tahan tubuh yang luar biasa, dan semacamnya.
Begitulah.
Sesungguhnya rezeki sehat itu luar biasa mahal.
Sayang, seringnya tak dianggap.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 1 Juli 2021
Sumber: opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Post a Comment for "Rezeki Sehat Sering Tak Dianggap"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)