Iri Melihat Pasangan Lain yang Bahagia
Konten [Tampil]
Entah itu di media sosial, ketika melihat teman medsos membagikan foto atau video momen kebersamaan mereka.
Atau ketika nggak sengaja bertemu dengan teman bersama pasangannya, yang terlihat mesra dan bahagia.
Saya pernah, meski nggak berkepanjangan, setidaknya untuk saat ini.
Kalau dulu mah sering baper, trus jadi badmood, astaga si Rey, hahaha.
Iya, dulunya saya sering banget, membanding-bandingkan pasangan lain dengan saya.
Membandingkan suami orang dengan suami sendiri, lalu paksu ngamuk dan berkata kalau dia nggak suka dibandingkan.
Dan saya bilang, itu bukan perbandingan, itu adalah kenyataan.
Ampun deh si Rey, hahaha.
Entah saya memang harus benar-benar bersyukur karena sering berkecimpung di dunia media sosial hingga blog, hingga akhirnya saya mulai sampai di tahap mengerti apa yang ada di dunia ini.
Di mana, Tuhan menciptakan semua yang ada secara adil.
Semua dikasih kelebihan dan kekurangan, even masing-masing berbeda halnya.
Termasuk, semua dikasih tantangan dan rezeki, meski masing-masing beda wujudnya.
Termasuk, semua dikasih tantangan dan rezeki, meski masing-masing beda wujudnya.
Semua disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Mulai saat itu, saya udah lebih tenang menghadapi berbagai masalah, setidaknya meski mungkin agak mengena di hati, tapi seringnya, hal itu nggak sampai merasuk ke dalam hati yang paling dalam.
Jadi, sekarang, saya kalau liat orang lain atau pasangan lain yang terlihat mesra, sekejap mungkin ada getaran di hati, rasa ingin sama kayak gitu juga, namun hanya sepersekian waktu, saya lalu tersadar, kalau mereka juga pasti punya hal yang nggak sempurna, jadi apa yang saya lihat sempurna itu, belum tentu seperti yang terlihat.
Dan saya mulai berpikir, bahwa sesungguhnya kita semua nggak perlu merasa iri dengan pasangan lain, karena:
1. Kebahagiaan itu merupakan tanggung jawab sendiri
Ini faktor utama yang bikin saya lebih tenang akhir-akhir ini, yaitu meyakini dan memahami serta menerima, bahwa kebahagiaan itu merupakan tanggung jawab pribadi sendiri, bukan orang lain.
Jadi, ketika saya melihat pasangan lain, saya tidak perlu merasa harus seperti itu.
Lalu menuntut pasangan agar mau seperti pasangan lain, agar saya bahagia.
Hal ini juga membuat saya tidak mau tampil pura-pura bahagia, demi terlihat seperti orang lain.
I mean, saya tetap mengikuti hati nurani saya, tapi tidak mutlak menodong pasangan untuk wajib seperti ini atau itu demi saya bahagia.
Yang akan saya lakukan adalah, menjalani hubungan dengan natural, kalau sedih ya sedih, capek ya capek, marah ya marah, namun tidak menjadikan semua itu sebagai kunci kebahagiaan saya.
Karena saya sadar, kebahagiaan itu tanggung jawab saya sendiri, jadi menurut saya, wajar saja jika ada pasangan lain yang bahagia, karena mereka pasti berjuang dan telah melewati banyak hal untuk itu.
Dan itu normal.
2. Memicu Konflik dan Ketidakpuasan akan Hubungan Sendiri
Seperti yang saya jelaskan di atas, di mana dulu saya masih sering baper liat pasangan lain yang bahagia, merasa iri, lalu akhirnya pasangan sendiri terasa kurang.
Saat kita merasa iri dengan pasangan lain, kita memang cenderung akan membandingkannya dengan pasangan atau relationship kita sendiri.
Hingga akhirnya, muncullah rasa ketidakpuasan.
Jika rasa tidak puas telah muncul, dengan sendirinya kita jadi mulai berharap pada pasangan, agar bisa seperti pasangan orang lain, dari berharap sampai akhirnya menuntut, dan menjadikannya sebuah konflik.
Jika rasa tidak puas telah muncul, dengan sendirinya kita jadi mulai berharap pada pasangan, agar bisa seperti pasangan orang lain, dari berharap sampai akhirnya menuntut, dan menjadikannya sebuah konflik.
Jadi begitulah, saat kita iri terhadap pasangan lain, maka kita akan terjebak ekspektasi agar seperti hubungan orang lain, padahal ya belum tentu work buat kita.
3. Setiap Pasangan Punya Cara Sendiri dalam Menikmati Hubungannya
Setiap orang tuh punya karakter yang berbeda-beda, dan saya rasa tidak semua karakter akan saling cocok, that's why saya selalu yakin, semua pasangan yang telah dijodohkan-Nya, adalah yang paling baik untuk masing-masing pasangan.
Yang perlu dilakukan adalah mengerti dan memahami karakter pasangan masing-masing.
Misal, kita ingin pasangan romantis, kadang penegrtian romantis tiap orang itu beda.
Misal, ada yang menganggap romantis itu dengan diperlakukan bagai tokoh di dongeng, wanita yang selalu dikasih bunga dan sebagainya.
Ada pula yang menganggap romantis itu adalah pasangan yang mau saling berbagi dalam hal apa saja.
Hanya karena pasangan kita nggak seperti yang kita liat di pasangan lain, bukan berarti dia nggak romantis.
Mungkin saja, pasangan kita menganggap, dia lelah membanting tulang dan tak membiarkan anak istrinya bersusah payah adalah hal yang romantis.
So, kita tak perlu iri dengan pasangan lain, karena masing-masing pasangan punya caranya tersendiri dalam menikmati hubungan itu, yang perlu kita lakukan adalah, menikmatinya.
Seperti banyak yang mengatakan betapa beruntungnya saya punya suami yang begitu perhatian, di kala wanita lain, seiring usia pernikahannya, maka kelembutan dan perhatian suami semakin jarang.
4. Kadang Apa yang Terlihat Tidak Sepenuhnya Seperti yang kita Bayangkan
Seperti banyak yang mengatakan betapa beruntungnya saya punya suami yang begitu perhatian, di kala wanita lain, seiring usia pernikahannya, maka kelembutan dan perhatian suami semakin jarang.
Tapi saya, bahkan sampai usia pernikahan belasan tahun, paksu masih saja memperlakukan saya layaknya anak kecil, hahaha.
I mean, misal ketika sedang berjalan, saya jatuh, buru-buru deh paksu menolong saya, membersihkan pakaian saya yang mungkin kotor, memijat kaki saya.
Romantis nggak kalau dilihat?
Cobaaaa aja baca postingan saya di label Marriage, baik di blog ini, maupun di blog www.reyneraea.com label yang sama.
Bisa semua liat, bahwa kadang semua lelaki itu punya kelebihan, tapi juga kekurangan.
Pada dasarnya, memang setiap orang itu lebih suka menampilkan hal-hal yang ingin mereka tampilkan di media sosial ataupun khalayak ramai.
That's why kebahagiaan itu, nggak bisa diukur dari sebuah postingan atau yang terlihat saja.
Hanya karena pasangan lain terlihat bahagia di depan umum maupun media sosial, bukan berarti mereka nggak pernah punya konflik atau masalah.
Bahkan mungkin, masalah mereka lebih besar dari kita
Iya, semua juga pasti tahu, bahwa rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau, padahal mah mungkin saja itu rumput sintetis, hahaha
5. Fokus Menikmati Hubungan Sendiri itu Lebih Baik
Daripada capek dengan membandingkan dan mengharapkan lalu menuntut pasangan agar bisa seperti yang kita lihat, mending fokus menikmati hubungan sendiri.
Tak perlu membuang waktu untuk hal yang sama sekali nggak berguna, mending menghabiskan setiap detik berharga, untuk menambah kenikmatan dalam hubungan sendiri.
Misal, lebih banyak lagi memberikan cinta kepada pasangan kita, dan belajar untuk mencintai pasangan seutuhnya adalah kebahagiaan kita.
Dengan cara itu, kita bisa menerima give and give, nggak ada ekspektasi take and take nya harus gimana. Dan kita menikmati semua cinta yang kita berikan, karena cinta yang tulus, selalu akan kembali ke pemberinya juga.
Insha Allah.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 6 Agustus 2021
How about you, Parents?
Sidoarjo, 6 Agustus 2021
Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: Canva
Dulu pas pernikahan pertama, aku sering banget rasanya iri Ama pasangan lain :). Iri karena pasangan mereka kayaknya perhatian, ga cemburuan yg terlalu obsesif, ga kasar bicaranya. Dan bener banget, ujung2nya kita jadi ngebanding2an Ama pasangan sendiri.
ReplyDeleteTapi sejak akhirnya divorce Ama dia, dan ketemu pak suami skr, aku Bener2 mikir pernah ga aku cemburu Ama kebahagiaan org lain, rasanya sudah ga :D. Dibandingkan Ama adikku aja, yg suaminya LBH sukses, tetep blm bisa bikin aku cemburu. Krn yg aku nilai memang bukan dr kesuksesan. Tapi lgs ngeliat ke kebaikan pak suami, sabarnya dia Ama aku yg suka gila 🤣🤣🤣, percayanya dia ngizinin aku traveling bareng temen setahun sekali (sebelum pandemi) . Sementara suami lain ga semua bisa melepas istrinya utk bepergian sendiri. Malah banyak pembelaan suami yg begitu berarti ga sayang :D. Buatku, itu artinya suami paham karakter istrinya yg butuh metime dengan sahabat. Dan aku bersyukur bisa nikah dengan Paksu. So, ga ada alasan lagi aku iri Ama kebahagian org lain
Bener sih Rey, bahagia itu kita yg bikin kok. Asalnya dr mindset masing2. ;). Kalo memang mikirnya jealooous Mulu, ngebanding2an Mulu, susah sih mau bahagia. Tapi coba liat dr kebaikan pasangan sendiri. Inget2 pas zaman pacaran, rasanya ga prnh gagal bikin aku bersyukur :)
Saya pernah mau bercerita persis seperti hal yang baru saja saya baca di blog Kak Rey.
ReplyDeleteAlhamdulillah sampai sekarang belum jadi-jadi tulisannya. Dan bersyukur ketemu postingan ini di blog Kak Rey. Akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan tulisan itu.
Intinya, memang kebahagiaan itu punya versinya masing-masing dari diri kita. 😊 Namun memahami hal tersebut sampai ke level itu memang sangatlah sulit Kak Rey. Butih kekuatan untuk (terlihat) biasa melihat oasangan lain bahagia. 😁
Aku juga pernah iri melihat suami istri yang masih utuh bisa foto bertiga sama anaknya, secara kan aku udah cerai setaun yang lalu.. Tapi pikiran itu buru-buru aku tepis, karena bisa jadi alasan orang lain mengunggah foto kebersamaan dengan pasangan adalah sebagai kompensasi atas konflik yang mereka alami.
ReplyDeleteSometimes these issues happens! We generally try to focus on our own family not others. But this problem is really hard and sometimes hurt couples deeply. Thanks for sharing.
ReplyDelete