Istri Bekerja Menghasilkan Uang Punya Lebih Banyak Pilihan
Konten [Tampil]
Parenting By Rey - Istri yang bekerja dan menghasilkan uang, punya lebih banyak pilihan dalam hidupnya, yang seringnya amat sangat membantunya untuk bisa lebih mudah lepas dari keadaan yang nggak nyaman, sampai merusak mentalnya.
Setidaknya, itu yang saya rasakan selama menikah 12 tahun lamanya.
Eh eh eh...
Disclaimer dulu, biar pada nggak kebakaran rambut, eh jenggot eh kebakar emosi ding, hanya dengan membaca judulnya, hahaha.
Bahwasanya, tulisan saya di blog ini, mostly berdasarkan pengalaman pribadi saya, apa yang saya alami, rasakan dan seringnya membentuk pola pikir saya.So, off course bakalan berbeda dengan apa yang dialami, rasakan, dan pikirkan orang lain.So, kalau merasa beda pendapat, it's okay.Berbeda membuat kita jadi manusiawi :)
Ketika Jadi Istri Bekerja Menghasilkan Uang VS Bekerja Mengurus Anak dan Rumah
Tak pernah sama sekali terlintas di pikiran saya, akan menjadi ibu rumah tangga yang bekerja mengurus anak dan rumah, tanpa menghasilkan uang.
Punya mama yang seorang wanita karir dan bekerja menghasilkan uang, kakak perempuan yang juga bekerja menghasilkan uang.
Menjadikan saya sudah bercita-cita menjadi wanita karir yang sukses ketika kecil dulu.
Siapa sangka?
Ternyata setelah punya anak semua cita-cita itu tak dapat lagi diteruskan.
Dan setelah menikmati jadi seorang ibu punya bayi yang bekerja kantoran hingga si bayi berusia 10 bulan, saya akhirnya resmi resign dan memilih bekerja mengurus anak dan rumah saja.
Rasanya gimana?
Rasanya gimana?
Astagaaa... nggak enak banget nget nget!
Sudah terbiasa setiap bulannya rekening terisi.
Setiap hari Sabtu dulu saya dapat uang kehadiran di kantor, dan pulangnya langsung mampir toko bayi, beli pernak pernik bayi yang gemesin, popok, susu bayi.
Lalu tiba-tiba, nggak ada lagi uang mingguan yang bisa dibuat jajan keperluan si bayi.
Bukan hanya itu, pada akhir bulan, nggak ada lagi aliran dana yang masuk ke rekening saya.
Dan nggak ada lagi sibuk membeli ini itu, sibuk transfer orang tua, kasih mertua, ketika pertengahan Ramadan sewaktu THR cair.
Itu rasanya nggak enak banget tau nggak.
Meskipun pastilah ada rezeki dari suami, tapi rasanya beda.
Mau kasih ortu itu sungkan bukan kepalang, akhirnya cuman kasih mertua doang, sama keponakan dari suami.
Bukan hanya itu, ketika akhirnya bekerja di rumah nggak menghasilkan uang, entah cuman perasaan saya, atau memang begitu adanya. Bahwa sikap mertua juga jadi beda.
Mungkin mertua nggak merasa memperlakukan saya berbeda, namun begitulah yang saya rasakan.
Eh ini bukan hanya keluarga suami sih ya, dari keluarga sendiri bahkan lebih-lebih lagi.
Terlebih keluarga besar, di mana menurut mereka PNS lah pekerjaan terbaik.
Jadi bahkan ketika saya masih punya gaji sendiri, sayanya nggak dianggap, apalagi jadi ibu rumah tangga? hahaha.
Ketika masih kerja dan menghasilkan uang, entah mengapa saya merasa diterima di mana saja.
Ah anggaplah ini perasaan saya aja, anggap aja saya yang sensitif.
Tapi begitulah.
Ada begitu banyak perbedaan yang saya rasakan, ketika saya masih bekerja menghasilkan uang setiap bulannya, berbanding dengan saat bekerja di rumah saja.
(Sengaja saya tulis bekerja di rumah tanpa menghasilkan uang, karena jangan sampai salah persepsi ya, dianggap IRT itu nggak kerja, padahal ya kerjaannya 3 kali lipat dari kerjaan kantor, menurut saya).
Jadi, kalau ditanya, gimana sih rasanya jadi ibu bekerja dan menghasilkan uang setiap bulan, dibandingkan ibu bekerja di rumah tapi nggak menghasilkan uang?
Ya enakan menghasilkan uang setiap bulannya lah.
Karena merasa, lebih banyak kemudahan, dan yang paling penting adalah, merasa lebih diterima aja di mana pun.
Ingat! MERASA DITERIMA YA, alias itu yang saya rasakan, belum tentu itu kenyataan, bisa jadi hanya perasaan saya aja, yang menganggapi sikap orang yang berbeda, hehehe.
Bukan hanya merasakan banyak hal lebih menyenangkan ketika menjadi istri bekerja dan menghasilkan uang setiap bulannya.
Istri Bekerja Menghasilkan Uang Punya Lebih Banyak Pilihan
Bukan hanya merasakan banyak hal lebih menyenangkan ketika menjadi istri bekerja dan menghasilkan uang setiap bulannya.
Namun, istri yang bekerja dan menghasilkan uang, atau punya gaji sendiri, juga berarti punya banyak pilihan dalam hidupnya, lebih bebas menentukan jalan hidup berdasarkan kenyamanannya.
Kok bisa?
Hal tersebut saya simpulkan sementara, ketika melihat banyak curhatan di grup Single Mom Indonesia, yaitu sebuah grup di facebook, yang berisi para single mom atau janda, baik yang udah resmi menjanda, maupun belum.
Sudah berbulan-bulan mengikuti grup tersebut, dan membaca banyak curhatan dari anggota grup tersebut, rata-rata...
Ibu yang punya pekerjaan dan menghasilkan uang, cenderung lebih independent, nggak terlalu lama berada dalam sebuah permasalahan tanpa ujung.
Jadi, meski mungkin juga belum sepenuhnya move on, tapi kebanyakan single mom yang punya kerjaan dan punya gaji bulanan itu, lebih cepat bertindak dibanding yang bekerja di rumah nggak menghasilkan uang.
Jadi, ketika mereka merasa kehidupan bersama suami udah nggak harmonis, sulit diperbaiki, maka nggak butuh waktu yang berlarut-larut, segera mengurus perceraian, lalu udah deh, move on.
Berbeda dengan istri yang kehidupannya di rumah aja, bekerja di rumah dan tidak menghasilkan uang setiap bulannya, yang ada mereka bakal sibuk berkutat dalam ketidak nyamanan tersebut, bahkan ada yang sampai depresi, mental jadi terganggu.
Hanya karena nggak berani pisah, takut memikirkan masa depan dia dalam mengasuh anak-anaknya gimana?
Oh iya...
Nggak semuanya gitu sih.
Tapi... sebagian besar memang seperti itu, termasuk saya, hahaha.
Nggak bisa dipungkiri ya, salah satu penyebab mengapa saya nggak berani say babay dari pak suami, meski saya hampir mati karena sikapnya.
Ya karena saya mikirin nasib anak-anak.
Biar kata semua orang bilang, jangan takut, rezeki itu Allah yang ngatur.
Tapi kan orang cuman bilang aja, yang bakal merasakan ya saya dengan anak-anak khususnya.
Tapi, tahu nggak sih, sebenarnya di dasar hati saya, ingin banget segera mengakhiri penderitaan hati, jika saja saya punya pemasukan tetap untuk membiayai anak-anak, khususnya sekolah.
Kan ada papinya, meski bercerai, anak tetap jadi tanggungan papinya.
Teorinya sih gitu, praktiknya who knows kan ye.
Dan saya nggak mau mengorbankan anak saya untuk keluar dari sekolahnya misalnya, hanya demi membuktikannya.
Saya jadi berpikir, memang ya wanita yang punya uang itu punya begitu banyak pilihan dalam hidupnya, karena dia lebih mandiri, tidak semata bergantung kepada orang lain, even itu suaminya.
Oh ya, bukan hanya dalam segi pernikahan ya.
Dalam segi kehidupan sehari-hari juga.
Istri yang bisa menghasilkan uang sendiri itu punya pilihan lebih dalam menjalani hidupnya sebagai ibu. Misal, keuangan suami pas-pasan bahkan nyaris nggak cukup untuk kehidupan sehari-hari.
Lalu anak sedih bosan makan lauk yang hanya sanggup dibeli dengan uang seadanya.
Kalau nggak menghasilkan uang ya manut aja dengan penghasilan suami, anak dipaksa menerima keadaan.
Menepis semua rasa sedih melihat anak ngiler liat teman sebayanya bisa makan ini itu.
Tapi kalau punya uang?
Saat suami memang belum bisa memenuhi kebutuhan rumah dengan baik, sang istri masih punya uang dari hasil keringatnya buat mencukupinya, dan jadi punya pilihan nggak cuman pasrah melihat anak melas.
Atau kebutuhan-kebutuhan pribadinya, di mana perawatan diri, karena menjadi cantik itu sebenarnya adalah idaman semua wanita, hanya saja nggak semua wanita punya dananya.
Kalau bisa menghasilkan uang sendiri, ya punya pilihan memilih perawatan mana yang cocok untuknya.
Demikian pula dalam sosial dan keluarga, kalau punya uang sendiri, selalu saja ada pilihan untuk bisa membantu keluarga atau siapapun.
Tanpa merasa sungkan kepada suami.
Sungguh ya, istri yang bekerja dan menghasilkan uang itu punya begitu banyak pilihan hidup, dan membuat hidupnya lebih berwarna.
Lalu, apakah istri yang tidak menghasilkan uang, hidupnya tak punya pilihan, dan jadi suram?
Enggak juga dong, ada juga manfaat dan warna lebih cerianya.
Tapi bersambung aja deh, saya bahas di minggu mendatang ya.
Karena minggu ini, saya hanya ingin membahas, betapa istri yang bekerja dan menghasilkan uang itu asyik banget buat saya, karena punya lebih banyak pilihan dalam hidup ini.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 10 September 2021
Reyne Raea untuk #FridayMarriage
Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey Blogger
" ... istri yang bekerja dan menghasilkan uang itu punya begitu banyak pilihan hidup, dan membuat hidupnya lebih berwarna." >>>setuju banget. Bagi saya, membayangkan menadah tangan ke suami 100% itu rasanya kurang merdeka. He ...he .... Mungkin karena ketidakbiasaan saja. Karena punya uang sendiri, saya bebas untuk ngasih orang tua, bantu adik2, beli ini itu. Suami gak pernah melarang. Entah karena segan atau tipenya dia yang tidak rewel masalah keuangan. Selamat malam, ananda Rey.
ReplyDeleteBetul banget Bu, yang paling penting itu, bisa ngasih siapa aja, tanpa merasa bersalah kepada suami yang mungkin merasa berat, karena memikul beban semuanya :)
DeleteWah keren juga ini. Seorang istri memang menurut saya juga bisa mengisi waktu selain memberikan penghasilan baik untuk sendiri maupun untuk keluarga. Saya sangat mendukung istri yang tidak hanya manak, macak dan masak, kalau bisa yang seperti itu dikerjakan bareng bareng dengan suami atau keluarga kecuali melahirkan he..he..he... Istri yang bekerja baik formal maupun informal mampu berinteraksi dengan sekeliling, biasanya lebih fleksible. Salam sehat dan selamat beraktifitas.
ReplyDeleteBetul sekali tuh Pak Eko, menikah dan bekerja sama untuk semua hal dengan baik tuh, idaman banget :)
Deleteits true, mbak...
ReplyDeletemeskipun ada yang bilang "rezeki pasti dicukupkan oleh Allah asal niatnya baik", saya belum berani resign kerja.
karena selain kebutuhan rumah tangga sendiri, ada orangtua dan adik yang juga harus saya biayai.
kalau saya pakai penghasilan suami saja, saya nggak makan ya nggak masalah, tapi gimana kalau ada apa-apa di rumah?
jadinya, meskipun udah ada berapa yang bilang "resign dulu aja rezeki bisa dicari", saya gak bisa yakin sama kemampuan sendiri wkwkwkw. mungkin juga emang karena kurang yakin sama kebesaran-Nya. baca tulisan mbak ini saya jadi mikir lagi.
terlepas dari itu, saya emang suka kerja sih. dan sekarang saya belum punya anak. jadi sepertinya ini masih akan tetap jadi pilihan saya. daripada resign trus pertanyaan kenapa belum punya anak makin menjadi-jadi. ahaha..
semoga rezeki mbak rey selalu dilapangkan yaaah...
Betul banget say, meski nggak semuanya, tapi banyak wanita bekerja, yang memutuskan jadi IRT berakhir dengan penyesalan.
DeleteTerlebih kalau suka kerja ya, saya juga sebenarnya.
Cuman ya saya tuh nggak tega ninggalin anak-anak, biarpun tiap hari kesal dengan tingkah mereka, tapi bahkan mau ditinggal ke minimarket aja saya kepikiran hahahaha
setujuuuuu
ReplyDeletenggak ada yang salah jika istri bisa menghasilkan uang sendiri, dan bukan perkara apakah nanti duit yang dihasilin istri lebih gede
karena kepuasan perempuan yang bisa mengexplore kemampuan diri dan duit yang dihasilkan anggap sebagai bonus dari kerja "sampingan" tadi
Bangeettt, apalagi kalau hasilkan bisa dipake buat ini itu ya, kasih orang yang kita ingin kasih misalnya :D
DeleteBener banget, istri harus punya pekerjaan (penghasilan) sendiri. Lebih bebas menentukan segala sesuatu. Gak enak, kalo tiap kali harus minta dari suami. Ada loh, yang seorang istri harus minta2 dulu dari suami baru dikasih duit.
ReplyDeleteUdah gitu, ngasihnya cukup untuk belanja sehari. Waduh, ini mah kayak asisten rumahtangga ajah
Bayangin ajah, capek hati kalo seperti itu kan?
Lain lagi kalo istri punya penghasilan sendiri.........
eh iya Mba, ada banget itu, kasian sih ya.
DeleteSuaminya nggak mikir apa ya, bahwa menafkahi keluarga itu adalah HARGA DIRI lelaki sebenarnya.
Tapi harus minta dulu baru dikasih, huhuhu
Ikutan komen, boleh ya, semoga ga dibolehkan?
ReplyDeletePada dasarnya boleh saja seorang istri bekerja dengan alasan ingin menambah penghasilan, apalagi katanya uang gaji suami tidak mencukupi.
Hanya saja ada tapinya...
Tetap ada tapinya...
(mengingat anda adalah seorang Muslimah) bukankah begitu? Jadi ada aturan yang mengikat seorang wanita (istri) untuk bekerja diluaran.
Wanita dibolehkan bekerja di luar rumah asal:
1. Mendapat izin dari suami (wanita yang sudah menikah)
2. Tidak boleh tabarruj (berhias hingga menarik menarik perhatian lelaki)
3. Berbusana Syar"i (berjilbab sesuai Syariat)
4. Menghindati fitnah seperti (berduaan dengan laki2 yang bukan mahramnya, bercampur baur dengan lawan jenis)
5. Pekerjaan yang dijalani bukan saja halal tapi sesuai dengan kodratnya sebagai wanita.
6. Tidak mengabaikan kewajiban dia sebagai seorang istri juga seorang ibu.
Walaupun Islam tidak melarang istri (wanita) untuk bekerja membantu mencari nafkah, tapi seorang istri (wanita) lebih diutamakan berada didalam rumahnya. Karena sebaik2 tempat wanita adalah di rumah.
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyyah yang dahulu".
(Q.S Al-Ahzab: 33)
Maksudnya hendaknya wanita itu berdiam di rumahnya dan tidak keluar kecuali ada kebutuhan.
Bagaimanapun kewajiban mencari nafkah itu adalah tugas suami, bukan tuntutan istri.
Apalagi seorang suami itu bekerja dqn gajinya mencukupi (tidak kekurangan), walaupun tidak besar jumlahnya.
Makanya syukurilah apa yang diberikan suami, dengan begitu istri akan mendapatkan keridhaan dan keberkahan.
Ada kisah diluaran sana istri-istri mempunyai suami yang belum bekerja, mereka mengeluh karena lelahnya mencari nafkah, mereka ingin tugasnya mencari nafkah segera diambil alih oleh suami.
Hiks, nggak dibaca poinnya deh.
DeleteSedih saya tuh.
Poinnya itu bukan tentang istri boleh kerja atau enggak dong.
Ini tentang, apa yang istri rasakan ketika punya uang sendiri, maupun enggak punya uang sendiri.
That's it.
Kalau bahasnya jadi meluas ke pemikiran suami, waahh bakal jadi lebih luas lagi bahasnya nih.
Yaitu..
WHY OH WHY?
Setiap kali istri yang punya keluhan, kesedihan, masalah yang amat menyiksa batinnya, selalu aja disuruh bersabar, nrimo dll?
dan WHY OH WHY?
Saat suami nggak bertanggung jawab, error, selingkuh, ngga pernah sholat dll, nggak bisa mendidik istrinya.
ISTRI LAGI YANG DISALAHKAN?
Mengapa nggak dibalik?
Saat suami sedih karena istrinya masih sulit menerima hidup susah bersamanya, KENAPA SUAMI NGGAK DISODORKAN AYAT-AYAT ALQURAN?
MENGAPA MALAH BANYAK DISODORIN ISTRI KEDUA, KETIGA DLL?
Bisa-bisaaaaaanyaaaa, urus 1 istri aja nggak bisa, malah tambah istri lainnya, wkwkwkwk.
Tapi itu hanyalah sebuah kiasan dari isi hati banyak perempuan ya.
Amat sangat tidak nyambung dengan tulisan saya di atas, karena tulisan saya di atas tuh murni menceritakan isi hati seorang istri, yang saya rasa banyaaakkk banget dirasakan oleh wanita lainnya.
Bukan masalah nggak dibolehin bekerja, tapi tentang bagaimana lingkungan bahkan banyak juga suami memandang istri ketika istri nggak menghasilkan uang seperti dia.
Btw, no hard feeling ya, cuman tukar pendapat kan ya.
Makasih banyak udah sharing di sini.
Meski sedih karena belum terlalu nyambung dengan pokok tulisan saya, tapi saya belajar banyak dari sharingnya :)
info yang disampaikan sih bener.
Deletetapi nyasar jauh dari isi postingannya :')
Banget say hahahaha
DeletePoinnya itu bukan tentang istri boleh kerja atau enggak dong.
ReplyDeleteIni tentang, apa yang istri rasakan ketika punya uang sendiri, maupun enggak punya uang sendiri.
RESPON:
Oh ya? Tapi tulisan anda itu mendukung kesana. Anda lebih menikmati nyamannya istri yang punya penghasilan? Iya kan? Komen saya cuma menjelaskan, bagaimana dan apa yang sebaiknya bagi seorang istri.
=============
Kalau bahasnya jadi meluas ke pemikiran suami, waahh bakal jadi lebih luas lagi bahasnya nih.
Yaitu..
WHY OH WHY?
Setiap kali istri yang punya keluhan, kesedihan, masalah yang amat menyiksa batinnya, selalu aja disuruh bersabar, nrimo dll?
dan WHY OH WHY?
Saat suami nggak bertanggung jawab, error, selingkuh, ngga pernah sholat dll, nggak bisa mendidik istrinya.
ISTRI LAGI YANG DISALAHKAN?
RESPON:
Bukan pemikiran suami wahai ibu? Yang saya komen itu anjuran/perintah agama.
Semua juga yang namanya orang Islam itu kudu bersabar, ibu. Suami bersabar kepada istrinya yang judes, yang susah dinasehati, ga mau berjilbab, ga mau shalat. Istri juga bersabar dengan perangai suaminya yang pemalas, pemabuk, ga mau shalat, dan lainnya. Orang tua juga harus sabar dengan anaknya yang bandel, anak juga harus sabar kepada perangai orang tuanya. Kita juga disuruh bersabar dalam lelahnya ibadah. Sabar itu ibadah, jika diniatkan karena Allah, ibu.
Kenapa istri lebih banyak sabar kepada suami? Karena suami itu imamnya istri. Setelah menikah, tanggung jawab orang tua berpindah kepada suami. Jadi bakti istri itu kepada suami itu lebih besar. Apalagi kalau suami anda itu orang baik / orang shaleh, taat agamanya, jika ada keburukannya maka bersabarlah. Ga kepingin ibu, meraih pahala bersabar karena Allah? Suami yang buruk akhlak agamanya aja, istri disuruh bersabar, apalagi suami yang shaleh?
===============
Mengapa nggak dibalik
Saat suami sedih karena istrinya masih sulit menerima hidup susah bersamanya, KENAPA SUAMI NGGAK DISODORKAN AYAT-AYAT ALQURAN?
MENGAPA MALAH BANYAK DISODORIN ISTRI KEDUA, KETIGA DLL?
Bisa-bisaaaaaanyaaaa, urus 1 istri aja nggak bisa, malah tambah istri lainnya, wkwkwkwk.
Tapi itu hanyalah sebuah kiasan dari isi hati banyak perempuan ya
RESPON:
Siapa yang bilang dalam kasus ini suami harus nikah lagi, ibu? Lha untuk nafkahi istri pertama aja suami kalang kabut, kok berani2nya nikah lagi?
Kok jadi lari ke Poligami, ibu. Poligami itu untuk suami yang mampu secara ilmu agama dan finansial.
Islam itu juga melindungi hak istri, contoh jika suami tak mampu menafkahi istri, maka istri bisa minta cerai. Jika istri tak mau tinggal bersama mertua karena merasa tak nyaman, maka suami berhak memberikan tempat tinggal yang layak untuk istri.
Tapi jika istri mau bersabar apalagi kondisi suami yang tak memungkinkan, maka itu lebih bijaksana.
====================
Amat sangat tidak nyambung dengan tulisan saya di atas, karena tulisan saya di atas tuh murni menceritakan isi hati seorang istri, yang saya rasa banyaaakkk banget dirasakan oleh wanita lainnya.
RESPON:
Sebenarnya masih nyambung kok komen saya. Kan anda inginnya seperti dalam tulisan anda, ingin jadi istri yang bekerja dan punya penghasilan. Maka saya beri pencerahan dari sisi ilmu agama.
================
Bukan masalah nggak dibolehin bekerja, tapi tentang bagaimana lingkungan bahkan banyak juga suami memandang istri ketika istri nggak menghasilkan uang seperti dia
RESPON:
Ya berarti suaminya yang bermasalah. Masa istri diwajibkan bekerja. Cari nafkah itu kewajiban suami. Kalau istri bekerja untuk membantu suami menambah penghasilan, boleh aja, asalkan syaratnya seperti yang saya utarakan di komen sebelumnya.
=====================
Seperti yang saya katakan, komen saya kayaknya nyambung juga itu..
Hehe.. jangan sedih bu, sedihlah kalau kita itu awam selamanya dengan ilmu agama. Semoga ini tidak dibilang ga nyambung lagi.
Terima kasih kembali..
Oh ya ini ada komentar anda yg terlewatkan:
ReplyDeleteSaat suami nggak bertanggung jawab, error, selingkuh, ngga pernah sholat dll, nggak bisa mendidik istrinya.
ISTRI LAGI YANG DISALAHKAN?
RESPON:
Sebenarnya iya istri juga yang salah, waktu dulu mau nikah, kenapa sembarangan milih suami, ya harusnya diselidiki luar dalam. Tanya ke teman, tetangga, keluarga dekat gimana akhlak calon suaminya. Jangan main bilang cinta aja. 😀
Tapi jika memang Allah mentaqdirkan seorang istri yang baik mendapatkan suami kayak gitu, ya suaminya yang berdosa. Ga pernah shalat, ga pernah didik istri ke jalan agama. Suami kayak gitu, nanti akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah kelak.
Tidak ada yang menyalah-nyalahkan, Allah itu Maha Adil dalam aturan2Nya.
Kalau ada error atau ketidak adilan, berarti itu dari oknumnya sendiri.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteRESPON:
DeleteOh ya? Tapi tulisan anda itu mendukung kesana. Anda lebih menikmati nyamannya istri yang punya penghasilan? Iya kan? Komen saya cuma menjelaskan, bagaimana dan apa yang sebaiknya bagi seorang istri.
Reply:
Wah, masih lanjut hahaha.
Sebenarnya saya tidak perlu menjelaskan hal ini, kalau Mba/Mas admin mau membaca tentang disclaimer blog ini.
Blog ini bertema parenting and family, tapi tetap personal blog, jadi apa yang saya tulis di sini tidak mutlak benar untuk semua orang, hanya benar di opini saya.
Terlepas ada yang setuju atau enggak, itu bukan hak saya untuk memaksakan.
Dan apa yang saya ceritakan di sini adalah, apa yang saya alami, saya rasakan, saya jalani.
Nah saya mau menikmati seperti apa, itu kan tanggung jawab saya seorang.
Beda lagi kalau saya menulis di website milik pemerintah, atau milik resmi lainnya dan mengajak orang lain wajib ikut apa yang saya pikirkan, atau jalankan, itu mungkin bisa saja salah.
Kan lucu ya, kalau Mba/Mas Admin, lalu melarang saya menikmati hidup sebagai wanita punya penghasilan.
KECUALI.... mas/mba admin, support saya sesekali bayar air, listrik, atau beliin sembako deh (ops becanda, hahaha)
RESPON:
ReplyDeleteBukan pemikiran suami wahai ibu? Yang saya komen itu anjuran/perintah agama.
Semua juga yang namanya orang Islam itu kudu bersabar, ibu. Suami bersabar kepada istrinya yang judes, yang susah dinasehati, ga mau berjilbab, ga mau shalat. Istri juga bersabar dengan perangai suaminya yang pemalas, pemabuk, ga mau shalat, dan lainnya. Orang tua juga harus sabar dengan anaknya yang bandel, anak juga harus sabar kepada perangai orang tuanya. Kita juga disuruh bersabar dalam lelahnya ibadah. Sabar itu ibadah, jika diniatkan karena Allah, ibu.
Kenapa istri lebih banyak sabar kepada suami? Karena suami itu imamnya istri. Setelah menikah, tanggung jawab orang tua berpindah kepada suami. Jadi bakti istri itu kepada suami itu lebih besar. Apalagi kalau suami anda itu orang baik / orang shaleh, taat agamanya, jika ada keburukannya maka bersabarlah. Ga kepingin ibu, meraih pahala bersabar karena Allah? Suami yang buruk akhlak agamanya aja, istri disuruh bersabar, apalagi suami yang shaleh?
Reply:
Sebenarnya saya tidak perlu juga memberitahukan ke dunia bagaimana sabarnya saya.
Karena level sabar seseorang itu beda-beda.
Saya juga tidak perlu memberi tahukan ke dunia atau ke Mba/Mas admin, bahwa saya nggak tahu tentang ajaran agama.
Saya juga nggak perlu beritahu bagaimana saya terhadap suami kan, kalau istri anda judes dan ga taat nasihat Anda (seandainya Anda seorang lelaki ya), waaahh Anda salah besar datang ngomel ke saya.
Ajak ngobrol istrinya Mas Admin zheyenk :D
Dan saya udah terlalu tua untuk tidak tahu bagaimana seharusnya seorang istri bersikap wahai Mas admin.
That's why, penting banget kita membedakan mana masalah pribadi, mana tulisan orang, karena kalau dicampurkan jadi nggak nyambung :D
Sekali lagi, disclaimer blog ini udah sangat jelas, bahwa mostly tulisan di blog ini berdasarkan pengalaman dan opini saya, hanya sekadar menyimpan memori dan bercerita pada dunia, bukan berarti buat dipatenkan.
kalau mau cari berita yang paten, kayaknya kurang tepat deh membaca tulisan di sini, noh di website yang memang formal.
RESPON:
ReplyDeleteSebenarnya masih nyambung kok komen saya. Kan anda inginnya seperti dalam tulisan anda, ingin jadi istri yang bekerja dan punya penghasilan. Maka saya beri pencerahan dari sisi ilmu agama.
Reply:
Duhai Mas Admin, saya anggap aja Anda Mas-Mas ye :D
Pegimana bisa saya mengambil satu ayat?
Sementara saya bukan ustadzah wahai Mas Admin wkwkwkwkw.
Tulisan ini sama sekali bukan untuk mencerahkan siapa-siapa kok, saya cuman mengambil kesimpulan dari pengalaman saya.
Sama sekali nggak ada hubungannya dengan pikiran Anda yang tercerahkan :D
ReplyDeleteRESPON:
Ya berarti suaminya yang bermasalah. Masa istri diwajibkan bekerja. Cari nafkah itu kewajiban suami. Kalau istri bekerja untuk membantu suami menambah penghasilan, boleh aja, asalkan syaratnya seperti yang saya utarakan di komen sebelumnya.
Reply:
Nah ini dia, pola pikir kita beda Mas Admin, kalau saya fokus mengajak ngobrol diri saya melalui tulisan begini, untuk cari solusi dari siapa aja yang salah.
Bukan nyalahin suami atau istri dengan atas nama agama.
Dan kalau udah beda pola pikir, ibarat nyambung jembatan tuh, dari Surabaya dan Madura, tapi yang kerja ga pake tenaga ahli di bidang itu, jadinya sampai ditengah, ga ketemu jembatannya hahahah
Udah dulu deh Mas admin, entaran lagi saya balas, mau nulis di blog satunya dulu, hahahaha
ReplyDeleteHahahahahah panjaaang Yaa diskusinya :D. Aku sampe jadi lupa kan mau komen apa di sini, saking bacain komen pak admin 🤣.
ReplyDeleteAku sih jujur aja Rey, setelah resign, aku jauuuuuuh lebih happy 🤣. Ga pusing Ama kerjaan yg sbnrnya ga sesuai Ama sifat dan skill ku. Jadi begitu resign, dan full time di rumah, aku langsung seneeeeng aja bawaan, bebas dari stress 😅. Di rumah pasti lain lagi masalahnya, tapi at least ga bikin aku bawaan tiap hari pengen jadi T-rex ngamuk 🤣. Aku pernah sampe di tahap, bangun paginya aja udah moody luar biasa, di jalan makin gloomy. Sampe kantor senyum udah ilang. Gaji dan benefit besar, ga cukup bikin aku ngerasa seneng dan ikhlas kerja di sana.
Setelah ngerasain di rumah, aku JD ga tertarik utk kerja kantoran apapun. Skr ini aku full tugasnya ngatur gaji suami dan meng-growing-kan nya memakai platform2 investasi ku :D. Responsibility nya cuma ke suami. Akhir tahun aku harus explain financial growth udah gimana... Target keuangan tercapai atau ga, ada investasi yg boncos ATO ga.. kalo ada kenapa, harus dikasih detilnya juga.
Walopun target yg dikasih suami lumayan gede, tapi aku suka, Krn merasa tertantang . Kayaknya bidang keuangan begini seharusnya memang jadi pilihanku dari dulu, bukannya malah nyangkut di service dan operation hahahahaha.
Jadi sepertinya, aku memang LBH suka kondisi skr. Menjadi menteri keuangan suami secara full 😁.
Kereeenn Mba, akhirnya bisa menerapkan apa yang dikuasai dan disukai untuk diri dan keluarga sendiri ya , best banget itu mah :)
DeleteUnknown
ReplyDeleteSeptember 29, 2021 at 3:54 AM
Akhirnya ikutan mampit untuk baca tulisan mom rey dan diskusi di komennya. Hahaha
Reply:
Hihihi makasih :D