Persahabatan Pria dan Wanita Dewasa yang Tak Pernah Murni
Konten [Tampil]
Saya sih BISA BANGET!
Karena saya tipe wanita yang tidak mudah jatuh cinta, dan sekali nggak cinta, ya sampai kapanpun sulit untuk mencintai.
Tapi masalahnya adalah, apakah sahabat saya yang lawan jenis dengan saya, punya sikap dan perasaan yang sama dengan saya?
Sama-sama hanya menganggap teman, lengkap dengan tahu diri sampai di mana batasannya?
Itu dia masalahnya!
Pernah liat tayangan yang berisi ucapan Nagita Slavina, bahwa tidak ada yang namanya persahabatan murni antara pria dan wanita dewasa.
Pernah liat tayangan yang berisi ucapan Nagita Slavina, bahwa tidak ada yang namanya persahabatan murni antara pria dan wanita dewasa.
Karena nantinya bakal ada yang baper.
Entah yang lakinya jadi suka lalu cinta, atau wanitanya yang demikian.
Apalagi kalau sahabatannya tuh dekat banget, selalu bareng-bareng baik online maupun offline.
Lama-lama bakalan ada yang berubah tuh, entah si prianya, atau wanitanya.
Karena witing tresno jalaran soko kulino itu, hanya tidak berlaku buat si Rey aja, tapi yang lain ya mana tahu kan ye?
Itulah mengapa, saya tidak pernah setuju, jika suami tetap menjalani hubungan dekat dengan sahabat wanitanya, biar kata alasannya sejak dulu udah dekat.
Itulah mengapa, saya tidak pernah setuju, jika suami tetap menjalani hubungan dekat dengan sahabat wanitanya, biar kata alasannya sejak dulu udah dekat.
Ih saya kesal banget tau nggak sih, kalau dengar alasan pasangan yang,
"Kamu tuh harus ngerti, kami tuh udah dekat sejak kami kecil, bahkan jauh sebelum kamu hadir!"
Pengen saya teriakin!
"KAWEN AJA AMA SAHABATMU ITUH! NGAPAEN KAMOH KAWEN SAMA AKOH!"
Hahaha.
Aneh aja gitu, bagaimana bisa dia memaksakan kehendaknya, untuk dekat dengan sahabatnya, lawan jenis pulak.
Bahkan sahabat sejenis aja sekarang nakutin, apalagi lawan jenis ya?
Pengalaman Bersahabat Dengan Lawan Jenis
Sejujurnya nih, saya lebih suka berteman dengan lawan jenis atau pria, ketimbang dengan wanita.
Mengapa?
Karena berteman dengan pria tuh, saya nggak perlu terlalu berusaha keras menjaga hati teman saya, alias si wanita tersebut.
Karena tahu sendiri kan, wanita itu memang agak ribet, termasuk saya.
Bayangkan sih ya, saya ribet, ketemu sahabat ribet.
Jadilah ribet kuadrat, hahaha.
Jadi, saya lebih suka bersahabat dengan pria.
Hal ini didukung juga, sejak SD, SMP, STM, kuliah, kerja, semua teman dan rekan ya kebanyakan pria.
Waktu SD, nggak ada sahabat lawan jenis yang terlalu dekat sih, maklum gitu loh, generasi jadul itu agak ... ya gitu deh.
Di mana, kalau kita anak cewek, main ama anak cowok.
Udah deh diledekin se kampung.
Dibilang pacaran lah, apalah.
Saya baru bisa dekat atau mendekati sahabat cowok itu ketika SMP, itupun cuman sahabat cowok yang cupu-cupu yang saya dekatin, biar mereka mengalah sama saya, dan nggak aneh-aneh sama saya, hahaha.
STM juga sama, saya hanya berteman dengan sahabat cowok yang diam dan cupu, maksudnya biar nggak ada perasaan aneh-aneh gitu loh di antara kami.
Karena terbukti, ada beberapa sahabat cowok, yang ketika saya mendekat, eh ujung-ujungnya ngajak jalan bareng.
Saya yang cupu (etdah, makanya cari yang cupu juga yang Rey. wakakakak), mau aja diajak jalan, ye kan nggak berpikir yang aneh-aneh, lalu sekarang mereka bilang, saya pacaran ama tuh sahabat cowok.
Dan ternyata memang tuh sahabat saya, suka sama saya, hahaha.
Waktu kuliah, pun sama.
Ye kan, saya kuliah di Teknik Sipil.
Teman cewek ya cuman terbatas.
Mana mereka pada udah punya pacar, dan nggak mau saya dekatin, ya udah terpaksa deh berteman dengan teman cowok.
Oh ya, FYI, saya tuh sejak dulu punya kriteria pasangan, yang sulit saya runtuhkan.
Yaitu...
Saya cuman suka ama pria atau cowok yang lebih tua dari saya.
Dan..
Saya cuman bisa suka sama pria atau cowok yang lebih tinggi dari saya.
Waktu lulus STM, saya sempat nganggur setahun sampai akhirnya saya lanjutin kuliah.
Itu berarti, saya berteman dengan para adik kelas.
Untungnya, saya masuk SD dengan usia yang kecepatan, jadinya ketika masuk kuliah selepas nganggur, usia saya dengan teman-teman ya masih sebaya, bahkan masih terbilang lebih muda.
So, tentu saja saya mencoret semua list persahabatan menjadi cinta dengan sahabat cowok seangkatan.
Saya bersahabat dengan mereka, tapi ternyata balasan mereka nggak semua sama seperti saya.
Beberapa orang mulai menunjukan gejala yang bikin sedikit eneg, hahaha.
Ketika kerja, juga sektor yang banyak lakinya, tapi rekannya sih kebanyakan bapak-bapak, biar kata bapak muda, tetap terlalu tua, jadilah aman.
Saya mau-mau aja bersahabat dengan para rekan lelaki tersebut, sayangnya nggak semuanya memandang saya sebagai sahabat.
Sebagian memandang saya sebagai selingkuhan, wakakakaka.
Persahabatan Pria dan Wanita Dewasa yang Tak Pernah Murni
Semakin bertambah usia, semakin dewasa, semakin saya menyadari, bahwa tidak pernah ada, persahabatan pria dan wanita dewasa yang murni hanya sahabat.
Pasti bakal ada rasa yang beda, entah yang laki, atau yang perempuan.
Itulah mengapa, saya sangat membatasi diri untuk bersahabat dekat dengan lawan jenis atau sahabat pria.
Lalu saya berpikir, memang yang terbaiklah saya sekarang jadi IRT, kebanyakan di rumah aja, jadi saya nggak ketemu sahabat pria yang dulunya biasa ketemu setiap hari.
Meski bukan berarti, saya bisa lolos begitu saja.
Kadang saya harus menebalkan hati, untuk cuekin pesan sahabat-sahabat yang dulunya memang akrab.
Hanya karena semakin diladeni, semakin bertambah keganjenannya, hahaha.
Dari yang berani kirim foto selfie lah, sampai kirim foto telanjang dada.
Astagaaa, i am so sorry friend, mual tauk, hahaha.
Masalahnya adalah, saya tuh nggak tega mau ngomong langsung, dasar pengecut memang si Rey ini, hahaha.
Padahal pengen banget ngomong, bahwa bukankah kita ini bersahabat ya?
Bukankah kita meski bersahabat tentu ada batasnya ya, karena kita udah pada menikah, dan yang paling penting, kita bukam mahrom!
Bisakah, meneguhkan perasaan, bahwa kita adalah sahabat selamanya?
Etdah, ini mengapa ujung-ujungnya udah kek quote buat sahabat ya? hahaha.
Pokoknya gitu lah, tulisan ini terbentuk karena rasa risih saya, terhadap sahabat yang makin hari makin ganjen, tapi saya nggak tega blokirnya, hahaha.
Yo salahmu dhewe Rey!
Ya begitulah, persahabatan pria dan wanita dewasa itu memang tak pernah bisa murni sahabat.
Karena tak ada persahabatan antara pria dan wanita, tanpa adanya rasa dari salah satu pihak.
Oh ya, kecuali ada yang nggak normal sih ya. wakakakakaka.
Kek si Rey ya?
Nggak normal ya saya ini?
Karena, sekali nggak cinta, mau ada yang berkorban nyawa untuk sayapun, sedikitpun nggak mungkin hati saya berubah.
Begitulah...
Betapa tidak nyambungnya tulisan ini, judulnya apaaaa, isinya apaaa, waakakakakakak.
Tulisan gaje, saking kehabisan ide nulis, hahahaha.
Eh ada ide sih, tapi nggak mood nulisnya, hahaha.
Kenapaaaa cobak, banyakan hahaha nya :D
Sidoarjo, 17 September 2021
Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Pertemanan pria dan wanita dewasa kadang aneh, Bukan saja mereka sering tergelincir dibawa perasaan gak karuan. Sering pula besok-besoknya sekian tahun mendatang si cowok ngaku pada orang-orang, kalau kita ini mamtan pacarnya. ha ha ... Padahal dulunya kita dan dia tak pernah ada apa-apanya. selamat malam, ananda Rey.
ReplyDeleteNah iya Bu, pede betol padahal cuman temenan aja :D
DeleteNah, ini artikel antara yang umum di dunia nyata dan sebaiknya membatasi dan yang berusaha membatasi. Memang ampuh pepatah jawa Witing tresno jalaran soko kulino, jadi sebaiknya tidak atau jangan dikulinokan seperti Mbak Rey. Memang cukup sebatas teman saja atau kalau berteman rame rame. Salam sehat dan selamat beraktifitas.
ReplyDeleteNah bener, berteman rame-rame, itu solusi yang pas :D
Delete