Sebuah Kisah Cara Komunikasi dengan Suami Secara Tepat
Konten [Tampil]
Kalau sama suami orang mah, kebanyakan wanita tuh nyambung-nyambung aja komunikasinya, entah mengapa ya?
Etapi bukan wanita saya ya, saya mah males banget komunikasi dengan suami orang, takut ujung-ujungnya suami orang bakalan baper, *eh, hahaha.
Etapi bukan wanita saya ya, saya mah males banget komunikasi dengan suami orang, takut ujung-ujungnya suami orang bakalan baper, *eh, hahaha.
Maksud saya, ciwi-ciwi yang bisa nyambung gitu chat dengan suami orang, tauk deh apa memang dianya asyik, dan juga nyambung komunikasi dengan suaminya sendiri.
Atau memang cuman bisa komunikasinya, nyambung ama suami orang *eh, nyindir aja dirimu, Rey! hahaha.
Oke fokus.
Iya, saya pikir, komunikasi itu the most important factor di dalam sebuah hubungan.
Selain cinta sih ya, meski ujung-ujungnya juga cinta biasanya kudu dipertahankan dengan komunikasi.
Eh tapi kalau mau, kita bisa banget loh mengandalkan cinta dalam sebuah komunikasi, biar lebih lancar.
Nah loh, saling berhubungan kan ye?
Ketika Komunikasi Dengan Suami Terasa Sulit
Selama 3 tahun ke belakang, saya bermasalah mulu dengan suami, dan 1 tahun belakangan, pak suami sering banget kabur kalau diajak komunikasi.
Sampai-sampai rumah tangga terasa bagai neraka, mau pisah kok ya mikirin nasib anak-anak gimana kan ye? Sebagai wanita yang nggak punya pekerjaan dan penghasilan tetap, pun juga macam anak yatim piatu karena jauh dari orang tua, bahkan udah pulang pun orang tua kurang semangat aja menyambut anaknya ini.
Saya terpaksa kudu hidup seorang diri, dan terpaksa mempertahankan rumah tangga meski rasanya tuh nggak enak banget nggak punya tempat mengeluh, punya suami macam nggak punya.
Masih terbayang banget bagaimana hampir 2 tahunan ini, pak suami selalu menyakiti hati dengan sikapnya, yang paling nyakitin tuh, saat diajak komunikasi, dianya cuek aja, kalau ditekan, eh dia memaki saya, packing baju, lalu pergi begitu saja.
Meninggalkan saya dengan anak-anak tanpa biaya sedikitpun, dari seminggu kemudian baru balik, hingga pernah sampai 3 mingguan tanpa kabar sama sekali.
Nggak usah ditanya lagi, bagaimana sakitnya hati.
Semua usaha udah saya lakukan, termasuk curhat ke keluarganya.
Tapi toh kenyataannya nggak bisa membuat pak suami bisa sedikit berubah.
Udah deh saya berpikir, kalau mungkin pak suami ini udah ada yang lain, yang menarik hatinya, tapi anehnya, setiap kali saya ajak untuk berpisah baik-baik, dia nggak mau juga.
Paling banter paksu nyuruh saya urus sendiri di pengadilan agama.
Duh ye, kalau cuman urus satu surat kek gitu, apa sulitnya ya.
Yang sulit itu kan sesudahnya, karena ada 2 anak yang bakalan jadi 'korban' dari perpisahan kami.
Saya tuh pengennya, kami berpisah baik-baik, kami diskusikan bagaimana setelah berpisah, anak-anak ikut siapa, gimana biaya hidupnya?
Dan kalau ikut saya, gimana dengan biaya hidup saya?
Karena kan kalau udah pisah, otomatis saya bertanggung jawab dengan hidup saya sendiri, dan butuh waktu lebih buat cari duit.
Eh dia nggak mau dong, bahkan minta tolong ke keluarganya pun sama, nihil.
Malah sibuk nasihatin saya, kudu sabar ama si paksu.
Kudu ambil hatinya paksu.
Euyyyy... cuh dah! hahaha.
Ini siapa yang terluka dan ilfil, siapa yang kudu ambil hati?
Orang-orang yang aneh dah, demikian pikir saya beberapa bulan yang lalu.
Lama saya berkutat dengan rasa depresi, menuliskan semua kekesalan saya di blog atau media sosial.
Sampai akhirnya saya udah nggak sanggup lagi, rasanya udah menyerah dengan keadaan.
Dan saya jadi mulai lebih mendekatkan diri ke Allah, sholat istikharah dan Allah tunjukan jalan, bahwa saya harus tetap bersama si paksu.
Petunjuk Allah tersebut begitu nyata.
Pas banget, abis sholat khusu' sambil nangis-nangis, eh pas juga abis sholat ada mobil di depan pagar, ada ortu si paksu dong beserta keluarga.
Intinya, ortunya begitu peduli dengan saya dan anak-anak, paksu juga, meski masih tetap nggak mau dengerin keluh kesah saya.
Dan sejak saat itulah, seolah sedikit demi sedikit pintu kesabaran di hati saya mulai terbuka, pintu pikiran yang lebih bijak juga mulai terbuka, sehingga sedikit demi sedikit, ilmu yang saya baca dan dengar, bisa saya terapkan perlahan-lahan.
Ternyata Ada Cara Komunikasi Dengan Suami Secara Tepat
Dari pemikiran yang sedikit lebih tenang, saya akhirnya bisa menerapkan beberapa cara berkomunikasi dengan suami secara tepat.
Dan akhirnya juga tahu, di mana letak kesalahan saya selama beberapa tahun ini.
Dan tahu juga apa yang terjadi dengan pak suami, lelaki yang selama belasan tahun selalu bisa memahami saya, bisa selalu menjadikan saya ratu dalam hidupnya.
Dan saya bertekat, untuk mengembalikan semua itu, karena dipahami suami itu adalah sebuah anugerah buat saya, mengingat kalau baca-baca curhatan banyak istri tuh, ternyata saya adalah salah satu istri dari sedikit istri yang beruntung di dunia ini, karena berjodoh dengan lelaki yang super mengalah.
Namun lelaki, semengalah apapun, ada kondisi yang bikin mereka merasa enough!
Terutama saat mereka sedang merasa tertekan, stress bahkan sampai depresi.
Seperti yang kita tahu kan ye, di masa pandemi ini, ada begitu banyak manusia yang merasa depresi, bukan hanya para wanita dan ibu atau istri loh, sebenarnya para suami atau ayah juga merasa super depresi, tak terkecuali pak suami juga.
Di saat keadaan seperti itu, komunikasi yang salah, akan membuat mereka semakin depresi, beberapa suami bahkan mungkin akan bertindak KDRT fisik ke istrinya, namun beberapa juga akan memilih jalan aman, yaitu kabur atau menghindar, seperti yang dilakukan oleh pak suami.
Lalu gimana sih agar para suami bisa melewati rasa depresinya, dan bisa kembal seperti semula?
Sementara kita sebagai istri dan ibu, juga sebenarnya merasa depresi juga.
Di rumah aja, urus anak yang aktif, selalu kekurangan uang.
Kurang depresi apa lagi cobak? hahaha.
Namun setelah saya pikir-pikir, semua hal sudah saya lakukan, berpisah juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan, terutama mengingat anak-anak yang masih butuh kedua ortunya.
Dan begitulah, dengan pertolongan-Nya, saya mulai bangkit perlahan.
Mencoba mempraktikan dengan benar-benar, ilmu-ilmu yang saya baca dari berbagai sumber.
Di mulai dari komunikasi melalui chat WA, dengan komunikasi yang to the point aja, eh Alhamdulillah dibalas dong.
Dari situ, mulai terbuka sedikit komunikasi, meski ya awalnya kek orang asing aja, hahaha.
Tapi berbekalkan bantuan-Nya, saya tahan semua rasa kesal dan ego yang kadang memuncak.
Pelan-pelan, paksu mulai rajin pulang, di rumah pun mulai ada komunikasi meski ya terbatas sih ya, kebanyakan cuman bahas anak.
Lama kelamaan mulai deh berani saya curhat, tapi tetap aja hati-hati milih kata-katanya, fokus ke kondisi saya, berusaha sekuat tenaga enggak membahas rasa iri saya melihat kondisinya yang lebih enak dari saya (dalam pemikiran saya sih ya).
Dan begitulah, hingga saat ini, meski belum balik seperti semula, tapi Alhamdulillah paksu udah lebih baik lagi sikapnya.
Udah mulai tahan dengar omelan saya ketika di rumah, pokoknya satu yang nggak boleh saya lakukan ketika ngomel, yaitu 'menyerang' dia dengan membandingkan kondisi kami.
Dan sama sekali nggak boleh bahas lelaki lain, meski kadang pengen banget curhat tentang lelaki-lelaki ganjen yang suka gangguin saya, hahaha.
Tapi ya sudahlah, bertahap kan ye, nggak bisa kita pengen ubah semuanya sekaligus.
Karena toh, mungkin kita juga pengen diubah oleh suami, tapi suami memilih sabar.
Eh kok kita, kamu kali Rey, hahaha.
Dari semua pengalaman tersebut, saya jadi pengen menyimpulkan beberapa point cara komunikasi dengan suami secara tepat, agar suami bisa lebih tenang melewati masa depresinya, dan juga enggak berpotensi bikin masalah rumah tangga jadi semakin besar, yaitu:
1. Pahami bahwa suami juga punya beban, bukan hanya istri
Iya, biar kata keliatannya suami lebih enak, di luar aja bekerja cari uang, sementara kita di rumah dengan semua hal yang harus diselesaikan seorang diri, bukan berarti suami lebih punya beban yang ringan ketimbang istri.
Terlebih di masa pandemi ini, banyak suami yang begitu stres memikirkan bagaimana bisa menafkahi anak istrinya, sementara masih bisa kerja meski gaji kurang, itu udah Alhamdulillah banget.
Karenanya, sebelum kita sebagai istri, menuntut untuk dipahami beban kita, jangan lupa juga untuk memahami beban suami.
2. Pahami bahwa suami juga ingin didengarkan, bukan hanya istri
Meski dalam teorinya, lelaki hanya perlu mengeluarkan kata lebih sedikit ketimbang istri, bukan berarti suami nggak butuh mengeluarkan kata-katanya sama sekali dan butuh didengarkan.
Sesekali bahkan kalau memang terlihat dari gelagatnya, bahwa suami lagi banyak masalah, sebaiknya sih tunda dulu rasa ingin curhatnya, tapi jadilah pendengar yang baik terlebih dahulu.
3. Pahami bahwa suami tidak suka diserang atau dibandingkan meski dengan istrinya
Ini masalah utama saya sih, kesalahan cara komunikasi yang fatal, saya udah terlalu terbiasa, nggak bisa mengemukakan isi hati dengan benar, selalu keluarnya dalam bentuk omelan, marah, cemberut, sampai kalau bisa ngomong langsung mah, lebih fokus menyerang suami, hahaha.
Misal, saya lelah banget di rumah, mengurus anak 2 orang yang aktifnya minta ampun, berantem aja setiap saat, jejeritan sampai telinga saya budek (eh ini beneran loh, pendengaran saya tuh terganggu sejak punya anak, saking kedua anak ini kalau teriak uwowwww melengking).
Nah, alih-alih saya menyampaikan hal itu ke suami, yang ada saya malah nyerang suami.
"Capek tauk di rumah, anak-anak berantem dan banyak tingkah setiap saat, kamu mah enak, jarang di rumah, bisa fokus cari uang di luar, tidur di mess yang nggak diganggu anak, jadi bisa tidur pulas, gitu kok nggak ada hasilnya juga, sementara aku harus urus ini itu, sampai nggak pernah tidur setiap malamnya!"
Nah loh, curhat apaan tuh, jadi sebenarnya masalahnya si Rey ini, capek atau memang emosi dan iri ama suami? hahaha.
Akhirnya saya coba ganti cara komunikasi dengan suami, seperti ini:
"Aku capek, badan pegal semua, telinga sakit dengar si adik jerit-jerit setiap saat, si kakak juga gangguin adiknya mulu, mana dikejar deadline, juga harus masak, nyuci dan lainnya"
That's it!
Fokus ke diri sendiri, jangan campurkan dengan masalah kita iri sama pak suami yang terlihat enak di luar, padahal ya nggak selalu enak juga, hahaha.
Karena hal itu kali ya, biar kata cara penyampaiannya sambil ngomel, kadang sambil nangis penuh ingus, biasanya pak suami langsung handle anak-anak ketika di rumah, mandiin, suapin makan, bersihin rumah semampunya, karena dia tau i hate rumah kotor dan berantakan.
Setelah kelar, dia keluar meski seringnya nggak pakai izin dulu, tapi nggak lama kemudian dia pulang bawa jajan, dan si mami selalu kebagian cokelat atau buah, makanan yang saya suka akhir-akhir ini.
Lalu, ketika saya udah nggak tahan ngantuk dan memilih tidur duluan, tiba-tiba aja si paksu datang mijitin kaki, pokoknya kebalik deh, harusnya istri kan yang mijet suami, hahahaha.
Setidaknya ada 3 hal tersebut yang baru saya lakukan akhir-akhir ini, dan Alhamdulillah, hubungan kami mulai membaik, paksu mulai kembali seperti dulu, meski masih ada hal-hal yang kurang saya sukai, misal dia nggak pernah mau inisiatif minta maaf kalau saya ngambek, ya saya duluan yang kudu ajak ngomong, hahaha.
Tapi begitulah rumah tangga, nggak ada yang sempurna, yang penting komunikasi sehat mulai terjalin, insha Allah ke depannya bisa lebih mudah untuk saling berbenah satu sama lainnya.
Demikianlah, kapan-kapan dilanjutkan lagi deh, udah panjang banget ini rasanya, hahaha.
Oh ya, bagi pembaca baru, jangan lupa baca disclaimer blog ini ya, alias blog ini bukan website formal yang mutlak dan paten wajib diikuti.
Tapi blog ini berisi curhatan saya, pengalaman saya dan opini saya, yang mungkin beda dengan orang lain.
Demikianlah.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 1 Oktober 2021
Sidoarjo, 1 Oktober 2021
Reyne Raea untuk #FridayMarriage
Sumber: Pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Kalian berdua masih dalam proses beradaptasi. Sekarang jalan mulai sedikit terbuka. Kuncinya hanya satu, ikuti maunya apa? Kalau dia minta diengar, jangan sekali2 membantah. Jika dia tak suka mendengar istrinya berkeluh kesah, tahan dulu curhat padanya. He he .... Maaf, Nenek sok peramal. Selamat malam, ananda Rey.
ReplyDeleteAww... makasih banyak nasihatnya Ibu :*
Deletewowwwww kak reyyy 🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
ReplyDeletemakasih ya kak infonya ya walaupun belum nikah semoga aja bermanfaat di masa depan 😆
gak cuma komunikasi, kak rey secara langsung juga ngasih tau juga kalau ada masalah tu solat tahajud, InsyaAllah pasti Allah kasih jalan, makasih sudah mengingatkan kembali kak rey 😁
Tengkiu say, semangat untuk kita semua :)
DeleteKomunikasi memang sangat penting..
ReplyDeleteTanpa komunikasi yg baik, segala sesuatu menjadi tersumbat.. eh, seperti saluran air saja...?😇
Tapi aku selalu mengibaratkan seperti mba Rey... di dalam keluarga kecilku. Apalagi di dlm hub suami istri...
Membina komunikasi di dlm keluarga suami n istri itu gampang2 susah iyaaa.... harus di tambah sense of understanding dan bumbu2 lainnyaaa...
Semoga kita n keluarga kita selalu kompak2 iya mba Rey...
Doaku. Amin.
💕
Iya ya Mba, ada banyak hal sih, yang ke semuanya hanya bisa di mix and match oleh pasangan itu sendiri :)
Delete