Ketika Istri Tidak Dekat dengan Keluarga Suami
Konten [Tampil]
Saya salah satunya.
Bukan karena masalah klasik kayak keluarga suami yang jahat sih, bahkan bisa dibilang, saya beruntung berjodoh dengan lelaki yang keluarganya lumayan baik.
Hanya saja, sebaik-baiknya hubungan tanpa darah, tidak bisa menggantikan hubungan dengan darah, meskipun kalau dipikir, yang punya hubungan darah aja bisa nggak langgeng hubungannya, hahaha.
Keluarga suami sejujurnya bisa dibilang baik, mereka tidak pernah ikut campur dengan urusan saya.
Sayangnya, saking nggak pernah ikut campurnya, bahkan urusan urgent pun sering nggak ikut campur hahaha.
I mean, kalau saya lagi sakit, atau semacamnya.
Mungkin juga arti dari bahasa cinta keluarga antara saya dengan keluarga suami beda kali ya.
Mungkin juga arti dari bahasa cinta keluarga antara saya dengan keluarga suami beda kali ya.
Bagi saya, bahasa cinta keluarga itu, adalah selalu ada ketika dibutuhkan, even nggak perlu hadir, tapi perhatiannya nyampe.
Sementara bahasa cinta keluarga suami adalah, selalu berkumpul sesering mungkin.
Saya sih sama sekali nggak pernah merasa keberatan dengan masalah kumpul-kumpul tersebut, yang menjadi masalah adalah, betapa tersiksanya saya, ketika harus ngumpul, tapi merasa bagai orang asing.
Enggak dicuekin sih ya, keluarga suami baik-baik kok, menyambut saya dengan baik.
Tapi entahlah, mungkin karena saya merasa diperhatikan hanya ketika ngumpul aja, jadi... gimana ya membahasakannya?
Gini loh, ibarat main The SIM, ada yang pernah main game itu nggak?
Jadi, ada parameter kondisi setiap pemain di The SIM itu, di mana ada parameter lapar, kalau dia lapar jadi merah, kita ajak makan, biar parameter merahnya jadi hijau.
Jadi, ada parameter kondisi setiap pemain di The SIM itu, di mana ada parameter lapar, kalau dia lapar jadi merah, kita ajak makan, biar parameter merahnya jadi hijau.
Ada juga kadar parameter kenyamanan, di mana dia bisa nyaman kalau diajak melakukan sesuatu yang fun, dan begitu juga dengan kadar hubungan.
Kalau sering ngobrol, itu parameternya akan hijau.
Tapi kalau lama nggak ngobrol, maka jadi merah, bahkan jadi kayak orang asing.
Nah, saya tuh merasa kayak gitu.
Karena saya nggak pernah merasa bisa masuk dan diajak masuk ke keluarga suami, jadinya mereka itu kayak orang asing.
Nantilah, kalau ke sana, semacam mulai dari nol lagi buat ngisi parameter menjadi hijau, hahaha.
Penyebab Istri Tidak Dekat dengan Keluarga Suami
Tidak ada asap, jika tak ada api, eh atau sebaliknya ya?
Terserah deh, mana aja yang duluan, asap atau api, hahaha.
Menurut saya, ketika istri tidak dekat dengan keluarga suami, pasti ada alasan tertentu.
Dan amatlah tidak bijak, jika suami atau keluarga suami malah menyalahkan istri aja yang nggak bisa berbaur.
Istri juga manusia dong, punya hati dan perasaan.
Ketika dia merasa tidak nyaman, bukankah dia berhak untuk menjauhi hal yang membuatnya tidak nyaman itu?
Mungkin ada yang merasa, yang namanya istri itu seharusnya patuh sama suami, mengikuti suami, jadi wajib mengakrabkan diri kepada keluarga suami.
Eiitttssss... eiiittttssss....
Tunggu dulu!
Memangnya, kalau dibalik, suami yang tidak nyaman dengan keluarga istri, apa dia mau tetap memaksakan diri untuk akrab dengan keluarga istri?
Kenyataannya, ada begitu banyak suami yang cuek terhadap keluarga istri, karena dia merasa nggak nyaman.
Jadi, daripada saling memaksakan kehendak, lebih baik mencari tahu, apa sih penyebab mengapa istri tidak akrab dengan keluarga suaminya?
Kalau dari pengalaman saya, penyebab istri tidak dekat dengan keluarga suami adalah:
1. Merasa asing di keluarga suami
Penyebab utama mengapa saya nggak bisa dekat dengan keluarga suami adalah, karena saya selalu canggung dan merasa asing dengan keluarga suami.
Asal muasal rasa asing itu, ya suami tidak pernah benar-benar membantu saya untuk bisa masuk ke dalam keluarganya.
Asal muasal rasa asing itu, ya suami tidak pernah benar-benar membantu saya untuk bisa masuk ke dalam keluarganya.
Saya bukannya tak berusaha untuk bisa mengakrabkan diri, bahkan seringnya saya yang mengajak suami main ke rumah orang tuanya, sesampai di sana langsung mengakrabkan diri dengan adik ipar, atau duduk mendengarkan cerita ibu mertua yang berulang-ulang diceritakan, hahaha.
Masalahnya adalah, suasana itu hanya ada ketika saya di sana, kalau udah nggak di sana, langsung semacam putus hubungan aja.
Kalau ada apa-apa, keluarga suami selalu menghubungi suami, untuk disampaikan ke saya.
Bahkan sejak masa pacaran dulu, saya sudah berkali-kali protes, dan malas diajak ke acara keluarganya, karena keluarganya sama sekali nggak pernah langsung mengundang saya, melainkan melalui si pacar.
Sampai sesudah nikah dan punya anakpun, semua tetap seperti itu.
Jadilah saya semakin hari semakin merasa jauh dari keluarga suami.
Dan lama-lama saya berhenti memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang tidak membuat saya nyaman.
2. Menghindari keluarga suami karena selalu merepotkan
Ini sih bukan saya banget ya.
Alhamdulillahnya, keluarga suami nggak pernah merepotkan kami untuk hal-hal yang sangat mengganggu, selain waktu suami yang kadang ingin keluarganya punyai juga.
Iya sih, sometimes saya merasa sedikit keberatan dengan itu, karena biarpun suami nyaris nggak pernah ke rumah ortunya, bukan berarti dia di rumah mulu, orang 80% waktunya habis di tempat kerjanya.
Tersisa 20% untuk anak-anaknya, dan sungguh saya merasa sedih kalau sedikit waktu itu juga harus dipotong untuk keluarga suami.
Lucky us, keluarganya jarang banget meminta waktu suami seperti itu.
Tapi, di luar kisah saya, ada begitu banyak istri yang menghindari keluarga suaminya, hanya karena keluarga suami selalu merepotkan, dari yang tahap biasa aja, sampai tahap toxic banget.
3. Menghindari keluarga suami karena selalu ikut campur
Alhamdulillah ya, saya tidak punya masalah tentang keluarga yang selalu ikut campur urusan kami.
Ya pegimana mau ikut campur, bahkan ketemu saja jarang, hahaha.
Tapi ada loh bahkan saya rasa banyak wanita berstatus istri yang punya masalah seperti ini, dari yang keluarga suami baik mertua yang suka ikut campur terlalu dalam, sampai saudara-saudaranya yang ikut campur.
Nggak heran mah saya, jika sang istri memilih menjauhi keluarga suami, apalagi kalau ikut campur keluarga suami bikin suami juga jadi plin plan.
4. Selalu terjadi persaingan dengan keluarga suami
Ini juga sering terjadi di masyarakat ya, baik ibu mertua yang bersaing dengan menantunya, maupun saudara ipar yang bersaing dengan istri.
Duh kalau kayak gini mah, wajar saja hubungan istri dengan keluarga suami jadi menjauh, daripada pusing dengan segala persaingan kayak mau memperebutkan champion internasional *tsah!
Syukurlah, saya tidak perlu mengalami hal tersebut.
Mengatasi Istri yang Tidak Dekat dengan Keluarga Suami
Sebenarnya nggak asyik banget sih ya, jika ada istri yang nggak dekat dengan keluarga suami, terlebih jika kedua mertua masih ada.
Karena biar gimanapun, seorang anak lelaki itu tetap menjadi milik orang tuanya juga, bahkan milik saudara perempuannya jika belum mampu.
Bukan hanya itu, kalau di kondisi saya, yang sekarang berjauhan beda pulau dengan suami, sementara saya bagai sebatang kara di sini, kalau sakit tuh bingungnya minta ampun, nggak ada yang bisa dimintain tolong.
That's why, mendekatkan istri kepada keluarga suami itu perlu, dan bukan hanya semata dipaksakan kepada istri, namun di sinilah letak tanggung jawab suami diperlihatkan.
Apapun alasannya, suami istri itu awalnya berasal dari keluarga yang berbeda, dibesarkan dalam kebiasaan keluarga yang pastinya berbeda juga, kayak saya dengan suami.
Saya lahir dan besar dalam keluarga kecil, tumbuh besar dalam 'pingitan' bapak saya yang melarang saya keluar rumah.
So, bisa dibilang, seumur hidup, saya tuh hanya bisa bersosialisasi ketika sekolah aja.
Sementara suami, berasal dari keluarga besar, banyak hal-hal sederhana yang seringnya bikin saya merasa shock ketika di keluarganya, seperti antri kamar mandi dan lainnya, hahaha.
Nah perbedaan seperti itu, hanya bisa dileburkan dengan smooth, kalau ada peran suami yang mengakrabkan istri dan keluarganya.
Jadi, dibutuhkan sosok lelaki yang punya prinsip dan bijak untuk menyikapinya, dengan cara:
1. Menjadi penengah dan supporter utama buat istri dan keluarganya agar bisa dekat dan akrab
Mudah kok, kalau dalam permasalahan saya, cukup dengan bantuan suami untuk selalu mencairkan hubungan istri dengan keluarganya.
Misal, memuji istri di depan keluarganya, maksud pujian ini adalah menceritakan betapa istri begitu perhatian kepada keluarganya, terlepas mungkin tidak seperhatian yang diinginkan keluarganya ya.
Demikian juga ketika berada dengan sang istri, sangatlah bijak jika suami memuji perhatian keluarganya kepada istrinya, meski mungkin nggak seperhatian yang diinginkan istrinya.
Intinya, bagaimana suami yang memang mengenal dengan dekat kedua belah pihak (istri dan keluarganya), menciptakan suasana agar kedua belah pihak bisa akrab.
Bahasa mudahnya mungkin suami kudu jadi semacam mak comblang kali ya, biar bisa menghubungkan atau menciptakan koneksi perasaan yang akrab antara kedua belah pihak yang sama-sama suami cintai.
2. Bijak dan adil dalam bertindak
Nah ini yang paling dibutuhkan buat suami, jika istrinya nggak sekadar nggak nyaman dengan keluarganya, tapi juga terjadi masalah serius, seperti istri menganggap keluarga suami toxic yang suka ngerepotin, ikut campur dan selalu bersaing.
Untuk hal ini, memang sang suami kudu lebih keras lagi mendamaikan istri dan keluarganya, agar hubungan kedua belah pihak bisa lebih baik.
Namun jika memang sulit dipersatukan, dibutuhkan keputusan yang adil dan bijak dari suami untuk bertindak, agar tidak terjadi kedzaliman, baik terhadap istri, atau mungkin terhadap keluarganya sendiri.
Tidak Dekat dengan Keluarga Suami, Begini yang Seharusnya Istri Lakukan A La Rey
Nah, untuk mengatasi ketidak dekatan hubungan istri dengan keluarga suami kan kalau dipikir-pikir, butuh usaha lebih dari suami untuk memperjuangkan ya.
Namun, bukan berarti istri hanya diam saja ya.
Ini menurut saya sih, tapinya.
Kalau saya pribadi, even saya nggak dekat dengan keluarga suami, bahkan bukan semata nggak dekat, tapi pernah kecewa, sakit hati dan sebagainya terhadap sikap keluarga suami.
Tapi hal itu tidak membuat saya lantas memusuhi atau bahkan menutup pintu silaturahmi sama sekali.
Saya masih tetap kok ke rumah mertua, tentunya ketika hati sedang baik ya, biar sampai di sana nggak malah bikin makin masalah dan sakit hati.
Karena pernah juga saya datang di saat yang nggak tepat, yang ada saya sakit hati dicuekin bahkan disinisin, dan yang jadi masalah adalah, saya tuh peka banget perasaannya, didiamin aja udah bikin hati mencelos, apalagi disinisin, duh.
That's why, saya selalu memilih waktu yang tepat untuk berkunjung ke sana, bahkan saya sendiri yang mengajak suami main ke rumah mertua.
Bukan semata main, sampai di sana pun tetap berusaha membaur, tetap ceria, mendengarkan celotehan ibu mertua atau bapak mertua, tetap sopan juga.
Karena sejatinya, sebagaimana bentuknya sikap keluarga suami ke kita, mereka tetap sudah menjadi bagian dalam hidup kita sebagai istri dari anak atau saudara mereka.
Karenanya, mau nggak mau, ya kudu berdamai dengan segala perbedaan yang ada.
Yang penting, selama tidak terlalu memaksakan diri, sampai akhirnya merusak mental, sebaiknya memang kita sebagai istri ya berusaha juga untuk selalu baik dan sopan serta ramah kepada keluarga suami.
Itu menurut saya sih.
How about you, parents?
Sidoarjo, 31 Desember 2021
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: cava edit by Rey
Jadi akrabnya cuma kalo ada mbak Rey saja ya, giliran mbak balik lagi ke rumah maka tidak ada yang menelpon, gimana kabarnya Rey, sehat saja kan, gimana anak-anak, udah minum es Boba belum, eh ~
ReplyDeleteGimana ya, kalo terlalu bertanya terus nanti dikira ikut campur keluarga, tapi tergantung juga sih.
Tapi masih mending sih, daripada lama ngga pernah telepon, tiba-tiba telpon tanya kabar dan ujung-ujungnya pinjam duit.🤣
Bukan akrab sih, maksudnya, saya tuh selalu merasa ada jarak dengan keluarganya, kalau ada apa-apa, selalu melalui paksu, ngundang saya, melalui paksu, padahal semua tahu nomor saya :D
DeleteKalau masalah duit, Alhamdulillah saya beruntung banget dikasih saudara kayak keluarga paksu, mereka bahkan yang ngasih duit :D
Oh, Alhamdulillah sih kalo malah dikasih duit. Harusnya ngeblog nya dibikin santai saja, ada yang ngasih duit ini.😅
DeleteHarusnya gitu ya Mas, tapi nggak ah, paling enak pakai duit sendiri :D
DeleteKok saya mah di balik ya ...awal nikah tinggal d rumah mertua, awalnya karena saya terlalu nurut dan begitu peduli d dalam rumah semua pekerjaan saya yang kerjakan,, lama lama kok kaya babu kaya keenakan sampe saya di suruh2 ini itu tanpa jeda, aku pikir bakal ada gotong royong taunya bikin anak orang gondok tiap hari..saya bintang aries dan introver saya senang melakukan sesuatu tanpa d suruh,klo udah di suruh2 saya gondok sendiri dan mertua dari bangun tidur cuma duduk manis doang.. lama2 saya gak betah saya ngontrak.pas ngontrak masih kaya babu panggilan, nlp minta di ulekin bumbu.blender kan ada... Nlp minta di beliin rokok.padahal warung depan rumah kok hal kecil d bikin ribet saya kesal disitu tiap x chat / nlp cm mau nya minta tolong hal2 sepele pdahal mertua saya masih sehat masih bisa nongkrong,arisan jalan2 pake kacamata sama lipstik merah hobinya ..ya allah...makin sini saya g suka angkat tlp nya saya diemin j udah beberapa jam baru d balas... beberapa bulan saya gtuin..gatau kapok gtau ngadu domba k kakak ipar skarang2 jd g suka nlp g suka chat kaya seolah ngejauh gt... Tp kok saya punya perasaan mreka makin cuek sm saya gara2 saya seolah gak mau berbuat baik sm mreka saya mah cuma pengen adanya gotong royong biar sama2 enak ..saya juga anak orang punya ortu d kampung tapi g di gtu2 ....bukan masalah g ikhlas bantu, cm gak gt jg x.....skrang saya makin mals ktmu sm kluarga suami. Saya harus gimana ya biar sikonnya aman trus tiap ktmu mreka? Hmmmmmmm...
ReplyDeleteternyata kisah kita sama mbak..🥲
ReplyDeletekisah kita ternyata sama mbak🥲
ReplyDelete