Belajar Memahami Anak Sebagai Bentuk Mindful Parenting
Konten [Tampil]
Salah satunya, menjadi sahabat untuk kedua orang tuanya.
Dan layaknya sahabat, seharusnyalah orang tua, bisa memahami anak dengan baik.
Selama ini saya memang sedikit menyadari, kalau hal tentang memahami anak itu adalah penting.
Namun pada praktiknya, hal itu sulit banget.
Lebih seringnya, mental inner child saya, di mana di masa kecil mendapatkan pola asuh yang jadul di mana anak wajib hormat orang tua, nurut orang tua, masih selalu menguasai saya.
Meskipun, hal itu selalu menjadi sebuah penyesalan mendalam saya, terutama ketika malam tiba, lalu melihat wajah anak-anak tertidur dengan lelap, tanpa dosa.
Meskipun, hal itu selalu menjadi sebuah penyesalan mendalam saya, terutama ketika malam tiba, lalu melihat wajah anak-anak tertidur dengan lelap, tanpa dosa.
Tiba-tiba terbayang semua keluguan mereka, terbayang semua rasa ingin tahu untuk proses belajar mereka, dan tiba-tiba saya merasa sangat bersalah.
Terlebih kalau melihat hal-hal baik yang anak-anak lakukan, misal si Kakak yang perhatian banget sama maminya, tidak pernah membantah ketika disuruh mami apa saja.
Terlebih kalau melihat hal-hal baik yang anak-anak lakukan, misal si Kakak yang perhatian banget sama maminya, tidak pernah membantah ketika disuruh mami apa saja.
Mau membantu mami, mau mengerjakan pekerjaan rumah.
Atau si Adik, yang begitu rajin copy paste semua kegiatan dan tingkah laku saya maupun kakaknya.
Tiba-tiba rasa sesak semakin menyelimuti hati, betapa beruntungnya saya punya kedua anak lelaki yang sehat dan lucu.
Anak-anak, yang sebenarnya adalah berkah terbesar dalam hidup saya.
Belajar Memahami Anak, Karena Anak Juga Manusia yang Butuh Dipahami
Salah satu permasalahan yang bikin saya selalu marah kepada anak-anak adalah, seringnya sulit menerima sesuatu yang di luar keinginan saya.
Maksudnya, saya ingin anak-anak tahu, kalau saya sudah berusaha untuk mengurus dan mengasuh mereka dengan baik. Saya udah bekerja keras agar mereka tidak hidup susah.
Jadi, saya ingin anak-anak memahami keadaan dan kondisi saya, dan selalu nurut apa kata saya.
Padahal, sama seperti saya yang ingin dipahami oleh anak, anak-anak juga ingin dipahami oleh maminya, karena mereka juga manusia, punya perasaan dan pikiran tersendiri juga.
Faktor lelah, selalu menjadi penyebab dan kambing hitam dari semua sikap egois saya tersebut.
Memang beneran lelah sih, tapi mau sampai kapan kan berpegang pada kondisi lelah?
Sementara anak-anak terus tumbuh dan membawa bentuk karakter yang dipengaruhi oleh pola pengasuhan yang salah dari maminya.
Karena itulah, berbagai cara saya lakukan untuk bisa lebih mindful dalam menjadi seorang ibu.
Bisa mencari solusi, sehingga rasa lelah, tidak akan menghalangi saya untuk belajar memahami anak-anak, agar mereka bisa tumbuh menjadi anak-anak atau manusia dengan rasa empati yang terbentuk sejak dini.
Hal-Hal yang Harus Dilakukan Dalam Memahami Anak
Menulis adalah salah satu cara saya mengingatkan ke diri sendiri, untuk terus berusaha dan belajar menjadi ibu yang lebih mindful ke anak-anak.
Dengan menulis, saya jadi lebih sering diingatkan oleh tulisan-tulisan saya, ketika rasa marah atau emosi mengepung diri.
Karenanya, saya akan menuliskan beberapa hal yang harus dilakukan dalam memahami seorang anak, yaitu:
1. Lebih memahami karakter anak
Sering banget saya beralasan, kalau saya nggak sabaran, karena memang beginilah karakter saya, tanpa saya sadari, kalau anak-anak juga punya karakter tersendiri.
Dan setelah menyadarinya, langsung merasa betapa saya egois banget ya.
Bagaimana bisa memaksa anak-anak untuk menerima karakter saya, sementara saya abai terhadap karakter mereka.
Karenanya, PR besar saya adala belajar memahami karakter anak, dan mulai membiasakan atau mencari solusi agar karakter anak, tidak menjadi penyebab saya marah terhadap mereka.
Memahami karakter anak memang lumayan berat ya, khususnya buat saya yang tumbuh besar dalam rumah saja, jarang bersosialisasi.
Qadarullah saya malah dikasih 2 anak lelaki, yang karakternya memang lebih mirip papinya, suka bersosialisasi, suka explore di luar.
Di masa pandemi ini, masalah tersebut sungguh luar biasa jadi sebuah tantangan buat saya, untuk bisa mempercayakan anak-anak, khususnya si Kakak bisa menikmati karakternya, yaitu bisa keluar rumah dan bertemu teman-temannya.
Demikian juga dengan si Adik, yang memang punya karakter ceria, rasa ingin tahunya besar, suka tantangan yang kadang terlihat ekstrim buat saya.
Memang butuh waktu lebih banyak sih, agar saya bisa membersamai anak-anak, dan anak bisa menikmati karakternya tanpa saya merasa khawatir berlebihan.
2. Lebih mengimplementasikan bahwa anak adalah segalanya
Saya rasa, semua orang tua pasti selalu punya pikiran kalau anak adalah segalanya.
Apapun dilakukan, semua untuk anak.
Sayangnya, dalam implementasi dunia nyatanya, hal itu tidak seperti yang terlihat.
Saya misalnya, katanya sih hidup untuk anak-anak, semangat untuk anak-anak, tapi ketika anak-anak minta temani main, atau bahkan si Kakak yang kebanyakan tanya itu, bertanya kepada saya.
Sayanya kadang marah, karena sedang sibuk, hiks.
Bagaimana bisa pekerjaan lebih penting dari anak-anak ya? sementara saya kerja buat anak-anak, dan bekerja dari rumah adalah pilihan saya, demi mengutamakan anak-anak.
3. Lebih terbuka kepada anak
Kalau untuk saya, hal terbuka ini, lebih ke masalah memperbanyak komunikasi yang baik dan asertif dengan anak-anak.
Terlebih di masa pandemi ini, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja, tentunya akan lebih menyenangkan jika maminya bisa diajak berkomunikasi tentang apapun yang ada di pikiran mereka.
Dan sebagai parent, saya harus lebih terbuka dalam masalah komunikasi dengan anak-anak.
4. Mengimplementasikan kasih ibu sepanjang masa
Perjalanan mengasuh anak-anak memang merupakan momen paling tepat dalam mengimplementasikan kata-kata yang sering kita dengarkan di mana saja, di mana katanya, kasih ibu sepanjang masa.
Terus berjuang menjadi ibu yang baik, ibu yang sabar, lebih mindful kepada kodrat saya menjadi ibu, sehingga bisa menjalani hidup sebagai ibu yang baik dan mengerti serta paham kepada anak.
Karena semua hal itu, merupakan wujud dari kasih saya terhadap anak-anak, kasih ibu yang sepanjang masa, termasuk di masa kanak-kanak anak yang menyenangkan, karena punya mami yang mau terus belajar untuk menjadi lebih baik.
Kesimpulan
Anak-anak adalah manusia, sama seperti kita para parents, yang mana selalu ingin dimengerti oleh anak-anak, padahal mereka adalah mahluk yang masih dalam tahap belajar, sama seperti kita di masa kecil dahulu.
Sebagai manusia, anak-anak tentu juga ingin dipahami oleh parents, ingin maksudnya yang sering disampaikan dalam cara yang salah, dimengerti lalu, diajarkan caranya yang benar oleh parents.
Karenanya, penting banget untuk kita para parents bisa belajar memahami anak, sebagai salah satu bentuk mindful parenting, agar anak-anak dapat tumbuh menjadi sosok yang lebih baik, karena tumbuh dalam pengasuhan yang lebih baik pula.
Nggak mudah sih, kita sebagai parents pasti bisa.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 9 Februari 2022
Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Post a Comment for "Belajar Memahami Anak Sebagai Bentuk Mindful Parenting"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)