Inspirasi Memahami Anak Melalui Tetangga Dan Peliharaannya
Konten [Tampil]
Hal itu membuat saya lebih suka mendapatkan inspirasi, khususnya dalam hal parenting seperti memahami anak, ketimbang membaca teori pengasuhan yang selalunya menyama ratakan kondisi setiap ibu, khususnya.
Bagi saya, seringnya teori parenting itu malah menambah tingkat stres seorang ibu, karena ujung-ujungnya jadi menyalahkan diri sendiri, kenapa kok nggak bisa mengikuti seperti teori yang beredar.
Lalu kemudian memaksakan untuk bisa menerapkan teori tersebut, padahal ya kondisinya mungkin tidak memungkinkan, dan begitulah..
Bukannya pengasuhan yang baik, yang bisa disalurkan ke anak, yang ada ibu jadi makin galak, bahkan jika memang tak bisa disalurkan dengan baik, bahkan dipendam, ujung-ujungnya jadi kayak ibu yang mencelakai anaknya hingga tewas di Brebes beberapa waktu lalu.
That's why, untuk masalah pengasuhan, saya lebih suka mencari inspirasi langsung dalam dunia nyata, karena di dunia tersebut, saya bisa mengamati langsung, dan tentunya bisa mengira-ngira seberapa banyak saya mencontoh pola pengasuhan yang positif dari situ.
That's why, untuk masalah pengasuhan, saya lebih suka mencari inspirasi langsung dalam dunia nyata, karena di dunia tersebut, saya bisa mengamati langsung, dan tentunya bisa mengira-ngira seberapa banyak saya mencontoh pola pengasuhan yang positif dari situ.
Salah satunya adalah, saya belajar banyak dari tetangga saya.
Dia adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat hebat di mata saya.
Punya 4 orang anak, dan mengurus ke-4 nya dengan baik, meski sesekali berantem dengan anak-anaknya, tapi in the end, si ibu tersebut bisa banget bijak menasihati anak-anaknya, dan didengarkan oleh anak-anaknya dengan baik.
Dari tetangga tersebut, saya juga banyak belajar menerima keadaan dan kondisi saat ini, yang seringnya bikin saya merasa sangat kelelahan.
Dari tetangga tersebut, saya juga banyak belajar menerima keadaan dan kondisi saat ini, yang seringnya bikin saya merasa sangat kelelahan.
Yup, mengasuh 2 anak usia 11 tahun dan 4 tahun serta keduanya lelaki itu, ternyata seheboh ini, hahaha.
Lelah, mendengar teriakan mereka, yang udah kayak Tom and Jerry, si Kakak yang doyan banget godain adiknya, dan si Adik yang doyan banget ngusilin kakaknya, lalu menolak jika dibalas, dengan protes pakai suara melengkingnya.
Masha Allah!
Kadang saya pengen lari sejenak dari sini, pengen mem puk-puk telinga saya yang udah semakin budek, hiks.
Kadang saya pengen lari sejenak dari sini, pengen mem puk-puk telinga saya yang udah semakin budek, hiks.
Tapi, saya pernah melakukan hal itu, ketika hendak bepergian, anak-anak malah berantem nggak ada yang mau kalah, hanya karena perkara mematikan keran air di depan rumah.
Saking kesal, saya tinggalin aja mereka berdua, kebetulan juga saat itu BBM motor udah habis, jadi saya pergi menenangkan diri dan telinga, sambil isi bensin.
Etapi, sesampainya saya kembali ke rumah, saya menemukan si Adik nangis sampai muntah-muntah dan ngompol, dia nangis kejer dong selama beberapa belas menit sejak saya tinggalin, dan saya merasa bersalah banget, takut dia trauma, hiks.
Sejak saat itu, saya udah belajar terima nasib aja, kuping makin budek karena teriakan mereka, saking saya nggak bisa pergi sejenak, hahaha.
Inspirasi Dari Tetangga
Dalam kegalauan dan rasa stres saya menghadapi tingkah pola anak-anak yang super heboh tersebut, tiba-tiba saya tersadar akan satu hal.
Yaitu, tetangga kami satu-satunya di sebelah rumah itu, sekarang menjalani kehidupan yang super tenang.
Sama sekali nggak ada suara teriakan, tangisan atau semacamnya, bahkan kedua orang tuanya sudah sangat jarang terdengar meninggikan suara.
Anak-anaknya pun, nggak ada lagi yang suka seenaknya berteriak kepada orang tuanya.
Yang menjadi sumber ketakjuban saya adalah, saya baru ngeh, kalau beberapa tahun lalu, keadaan rumah tetangga itu, sangat bertolak belakang dari sekarang.
Dulu tuh ya, sejak subuh sekitar pukul 04.30, sang ibu udah ngomel.
Apalagi kalau bukan untuk membangunkan anak-anaknya, karena semua anaknya sekolah di sekolah Kristen di Surabaya, alhasil mereka dijemput pukul 5 pagi oleh mobil antar jemputnya.
Itu belum ketambahan, ada yang berantem, ada yang nangis, baik anak pertama yang saat itu udah SMU, maupun anak bungsu yang masih SD.
Sungguh sering banget memecahkan keheningan subuh, dan itu berlangsung sampai seharian, hingga tengah malam.
Bukan hanya omelan si ibu, tangisan anak-anaknya, tapi juga lebih seram ketika sang ibu teriak-teriak minta tolong, lantaran anak pertamanya berkelahi dengan sang ayah.
Astagaaaa...
Oh ya, masih juga ketambahan pertengkaran anak pertamanya dengan pacarnya, duh drama banget pokoknya, hahaha.
Waktu itu, si Adik belum lahir, si Kakak pun masih di bawah 6 tahunan, masih TK.
Sekarang, seolah kehebohan tetangga itu pindah ke kami, hahaha.
Mulai dari subuh bangunin si Kakak yang kadang bikin saya naik darah saking susaaaaahhhnyaaaaaa dan udah bangunpun masih slow motion segala macam huhuhu.
Sampai agak siangan, adiknya bangun, lalu mereka bak Tom and Jerry hiks.
Kadang pengen protes ke Allah, sesusah inikah punya anak, huhuhu.
Apalagi, saya sendirian yang mengurus keduanya, tanpa bantuan siapapun, bahkan kalau sakitpun, tetap harus urus anak-anak tanpa bantuan, hiks.
Lalu, Allah sepertinya mengirimkan sebuah petunjuk, melalui inspirasi dari tetangga.
Iya, ini semua memang ada masanya.
Seperti tetangga kami yang dulunya super hebih dan berisik nggak karuan, sampai-sampai berkali-kali satpam datang, baik menegur mereka, sampai datang karena mendengar ibunya berteriak minta tolong.
Lalu sekarang, mereka seolah sangat harmonis, anak-anaknya udah nggak lagi berisik, udah nggak pernah berantem, udah jarang merepotkan kedua orang tuanya.
Sampai-sampai orang tuanya bahagia aja ketika anak-anaknya membawa pulang peliharaan 2 ekor anjing.
Kedua orang tuanya bahagia banget direpotkan peliharaan tersebut, mungkin karena anak-anak udah tak pernah lagi merepotkan mereka dengan intens, hahaha.
Yup, saya jadi sadar, untuk belajar menerima keadaan saat ini, berdamai dalam kehebohan yang terjadi, teriakan melengking si Adik yang protes akan tingkah kakaknya.
Juga teriakan dan tangisan si Kakak yang kesakitan digetok adiknya yang super usil, wakakakaka.
Astagaaaa...
Insha Allah, semua ini bakalan berlalu.
Dan saya juga nggak tahu, apakah akan merindukan hal ini suatu saat nanti.
Namun yang jelas, inspirasi dari tetangga menyadarkan saya untuk menerima keadaan dan memahami masa kanak-kanak yang 'ya memang kayak gitu'.
Inspirasi Dari Peliharaan Tetangga
Sekarang, si tetangga tersebut punya 2 ekor anjing peliharaan.
Sepertinya tetangga itu kangen keberisikan anak-anaknya yang sekarang meski di rumah aja, masing-masing sibuk sendiri, udah nggak pernah berantem lagi, hahaha.
Dan giliran si 2 ekor anjing yang ngerecokin.
Awal datangnya sih, kedua ekor anjing itu lucu banget, masih kecil.
Pernah salah satu ekor lepas dari pagarnya, dan masuk ke pagar kami.
Karuan aja si ibu merasa nggak enak, karena dia tahu muslim sedikit cranky dengan anjing, karena malas kena najisnya, hehehe.
Seiring waktu, kedua ekor anjing itu tumbuh besar, yang dulunya kalau menggonggong suaranya imut-imut, sekarang jadi membahana, astagaaa hahaha.
Untungnya sih saya udah terbiasa dengar teriakan anak-anak yang melengking, jadi bukan masalah lagi dengar gonggongan si anjing yang orang lewat aja, udah abis deh digonggong.
Bukan hanya itu, si anjing tersebut juga suka banget ngerusak barang, sofa si tetangga sampai rela dibuang, saking sobek semua dicakar anjing, hahaha.
Suatu pagi beberapa hari lalu, saya mendengar percakapan sang ibu dengan anak-anaknya.
Di mana, anak-anaknya memarahi salah satu anjing yang super aktif banget dan suka merusak banyak barang.
Lalu si ibu malah membela anjing tersebut dengan ucapan,
"Ya namanya juga dia nggak tahu!"
Seketika saya merasa tertohok dengan kalimatnya,
Yup, namanya juga dia nggak tahu!
Binatang hanya sosok yang akalnya terbatas, jadi nggak bisa memahami kalau barang itu jangan dicakar.
Ini hampir sama dengan hakikatnya anak-anak.
Mereka juga belum sempurna akalnya, meskipun bukan kayak anjing ya, hahaha.
Anak-anak, masih dalam tahapan belajar, dari yang nggak tahu, mereka belajar yang dalam perjalanan belajarnya pastinya banyak melakukan kesalahan, tapi it's oke.
Semua akan menjadi pelajaran buat anak-anak.
Dan seketika saya merasa lebih baik lagi.
lebih mudah menerima kondisi dan keadaan saat ini.
Ketika anak-anak bertingkah, buru-buru saya setir pola pikir dengan,
"Namanya juga mereka belum sepenuhnya tahu dan menyadari!"
Kesimpulan
Dunia pengasuhan itu memang berat banget, setidaknya buat saya.
Tapi saya adalah seorang ibu, seseorang yang Tuhan pilih buat dititipin milik Tuhan, melalui rahim saya, untuk dilahirkan ke dunia, dan dititipkan-Nya juga untuk dirawat melalui tangan saya.
Iya, bayangin aja, kita sebagai manusia, kalau pengen nitip sesuatu yang berharga kan milih-milih banget ya, milih yang amanah, yang mampu.
Nah, saya, bahkan kita para ibu semuanya, yang pilih ini Tuhan loh.
Yang Maha Mengetahui!
Dan di antara milyaran manusia, kita terpilih untuk mengandung dan mengasuh titipan-Nya.
Bagaimana bisa kita ingkari, kalau kita ini memang adalah orang yang istimewa dan mampu menjadi ibu?
Karenanya seberat apapun tantangan yang saya hadapi, saya yakin, Tuhan akan membantu saya dalam mengasuh anak-anak saya.
Ye kan, nggak mungkin banget Dia lepas tangan membiarkan saya asal aja dalam menjaga amanah-Nya.
Salah satunya, dengan memberikan saya pikiran dari hal-hal kecil, yang ternyata bisa menjadi inspirasi untuk lebih baik lagi.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 06 April 2022
Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey dan dokumen pribadi
Cerita yang sangat inspiratif. Terkadang kenyataan menjadi pembelajaran yang paling mengena. Teori bisa menjadi pelengkap untuk melengkapi dan memahami proses pendewasaan anak anak. Semoga selalu sehat dan selamat beraktifitas Mbak Rey.
ReplyDeleteAamiin, terima kasih ya :)
DeleteWaah terimakasih untuk artikel, inspiratif 👍
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteKisahnya menginspirasi mbak, jadi orang tua memang berat terutama dalam mendidik anak.
ReplyDeleteTetangga memang bisa jadi inspirasi untuk mengasuh sih. Saya juga kadang ngobrol dengan tetangga agar tahu bagaimana harus mendidik anak
HIhihi, iyaaaa... kalau saya jarang ngobrol Mas, karena kami sama-sama doyan di dalam rumah aja hahahaha
DeleteJadi ingat semasa anak-anak masih kecil. Saya juga termasuk ibu yang kurang sabar menghadapi anak2 yang sering sering bertengkar. Tiada hari tanpa berantem. Kini rumah malah sepi sesepi2nya. Mereka sibuk dengan kehidupan masing2 di kota berbeda. Ketemu sesekali setahun, mesra sekali.
ReplyDeleteSetelah anak-anak pergi, justru kangen ya Bu :)
DeleteAku bacanya sambil nangis, iya bener bgt mbak kalau kita adalah manusia2 pilihan Tuhan yg udah dipercaya bgt mampu mengasuh dan merawat anak2 kita yg merupakan titipannya.
ReplyDeleteAku juga kadang stress mbak ngikutin teori parenting yg kadang ga sesuai ama sikon, tp setelah aku pikir2, teori itu emang udah paling bener, setidaknya kalau aku ngkikutin teori itu aku jd labih terarah gitu *halah hahhahaha
Yang penting sesuai aja dengan sikon kita sebenarnya say, yang susah itu kalau pas ga sesuai, kan jadinya memaksakan banget :D
DeleteKok baca ini aku mau mewek yaaa 😭... Langsung kayak ketampar juga. Inget, kesalahan kecil anak2 aja bisa bikin aku emosi banget,bahkan sampe skr, jujurnya aku blm bisa terlalu sabar menghadapi anak 😔.
ReplyDeletePadahal biasanya tiap abis marah, aku nyesel Rey, ngerasa bersalah, trus janji ga mau ulangin, tapi teteeeeep kejadian lagi :(. Yg bkin sedih, anak2 itu tetep kliatan mau Deket Ama aku, walopun aku yg ga kepengin 😔...
Ntahlah kenapa susah banget untuk bisa sabar menghadapi anak. Seandainya ga ada Raka yg jadi support systemku, mungkin aku bisa lebih kacau lagi.