Azab Mertua Dzalim Terhadap Menantu itu Nyata?
Konten [Tampil]
Membaca kisah banyak orang di sebuah grup facebook, yang rata-rata
mengeluhkan sikap mertua yang jahat kepada menantu, rasanya saya ingin banyak-banyak bersyukur.
Saya bersyukur, karena Tuhan berikan tantangan lain, bukan masalah mertua. Which is saya tuh orangnya nggak suka ada masalah face to face langsung dengan orang lain, apalagi dengan mertua.
Duh nggak nyaman banget, karena sudah pasti saya akan melawan, jika didzalimi.
Sementara, saya juga takut jahat atau kasar sama orang-orang tua, baik
orang tua sendiri, maupun mertua hingga orang tua lainnya.
Nggak bisa dibayangkan, jika harus menjalani hidup dengan berantem dengan
mertua yang jahat. Entah apa jadinya saya, yang selalu berontak jika
diperlakukan tidak adil.
Azab Mertua Dzalim Terhadap Menantu, Apakah dosa menantu kepada mertua?
Sering banget menuliskan tentang masalah mertua dan menantu. Yang
pernah baca tulisan saya pasti tahu, betapa beruntungnya saya. Karena
Alhamdulillah, nggak punya masalah yang bikin hidup saya nggak tenang,
tentang mertua.
Mertua saya bukanlah orang yang baik banget, tapi setidaknya mereka nggak
pernah lagi membuat hati saya sakit atau kecewa. Lebih tepatnya... karena hati saya kebal dan sedikit bebal kayaknya ya? hahaha.
Setidaknya, tak ada beban hati saya atas sikap mertua saya.
Well, keduanya memang sedikit cerewet, layaknya para orang tua
lainnya, tapi sikap mereka masih di dalam batas kewajaran orang tua, dalam pandangan saya ya.
Bukan berarti, saya tak pernah merasa kecewa terhadap sikap mertua
ya. Dulu banget, khususnya ketika baru menikah, saya sering banget kesal. Tapi memang kesalnya lebih ke suami, bukan ke mertua. Karena saya kurang suka
dengarin ceramah bapak mertua, hahaha.
Sekarang udah nggak ceramah, Rey?
Masih sih, hahaha.
Tapi si Rey udah kebal dan terlatih, malahan sekarang saya senang banget
dengar 'ceramah' mertua. Baik bapak mertua, maupun ibu mertua, karena itu
berarti mereka peduli dengan saya, hehehe.
(Pola pikir juga sebenarnya membuat hidup kita tenang, loh).
Karenanya, saya pikir, kadang mungkin, bukannya mertua yang dzalim kepada
menantu, kadang juga sebenarnya hanya sebuah kesalahan pola pikir
mengartikan sikap mertua.
Dan bahkan, bisa jadi itu menjadi dosa seorang menantu kepada mertuanya.
Dan kabar buruknya lagi, dosa dari pola pikir yang belum tentu benar itu,
seringnya membuat hubungan antara anak (suami kita) dengan ibunya jadi
ikut bermasalah, bahkan terputus.
Padahal, banyak ulama yang mengatakan,
"dalam Islam adalah halal bagi seorang suami, menceraikan istrinya yang berdosa kepada mertuanya (ibu sang suami)"
Saya rasa hal tersebut terjadi, jika yang terjadi adalah,
permasalahan mertua menantu
yang disebabkan oleh prasangka pola pikir yang salah. Misal kesalahan
menantu dalam mengartikan sikap mertua.
Seperti sikap saya ketika pertama kali menikah dulu. Astagaaaaa... masih
terngiang banget bagaimana sikap saya ketika bapak mertua udah siap-siap
ceramah, saya auto pura-pura sibuk. Saking nggak mau dengar 'ceramah' atau
sebenarnya nasihat dari beliau, hahaha.
Padahal ya, bapak mertua sebenarnya cuman mau nasihatin hal-hal yang
penting, demi kebaikan pernikahan kami juga.
Sayapun juga nggak tahu, apa yang menyebabkan saya sekarang bisa berubah
180 derajat. Di mana saya senang aja diajak ngobrol Bapak mertua, senang
aja mendengarkan semua nasihatnya.
Mungkin karena saya merasa nggak punya
orang tua kali ya, dan jadi menganggap mertua adalah sosok orang tua. Meski tetap aja nggak bisa menggantikan sosok orang tua kandung di hati
saya.
Jadi demikian ya, azab mertua dzalim terhadap menantu, kadang tidak
benar-benar terjadi. Kadang juga hanya sebuah kesalah pahaman sehingga banyak yang berharap mertua mendapatkan azab dari perilakunya. Dan mungkin
sikap menantu yang masih beradaptasi dengan kebiasaan mertua. Terlebih
kalau menantunya baperan, kayak si Rey dulu.
Entah kenapa, kebaperan saya dulu, musnah seiring waktu loh. Semoga semua
menantu lain di dunia ini, juga bisa meluruhkan semua kebaperannya. Dan
bisa lebih sabar dan bijak menghadapi mertuanya.
Demikian juga mertuanya,
bisa lebih kalem menghadapi menantunya, aamiin.
Azab Mertua Dzalim Terhadap Menantu, Apakah Menantu Tanggung Jawab Mertua?
Kisah azab mertua dzalim terhadap menantunya, biasanya juga berkaitan
dengan menantu dan tanggung jawabnya terhadap mertua.
Dalam hal ini, mungkin menantu laki-laki, dan keharusan menafkahi mertua
(orang tua dari istrinya).
Kalau dipikir dan dipilah, *halah!
Masalah ini menjadi panjang, dan menyebabkan permasalahan serius antara
mertua dan menantu .
Jika memang, suami punya penghasilan lebih, mungkin hal menafkahi mertua
ini nggak akan jadi masalah besar, terlebih kalau suaminya nggak pelit ya.
Jadi, sang suami, tidak hanya menafkahi orang tuanya sendiri, tapi juga
memberikan rezekinya untuk mertuanya (orang tua istrinya) juga.
Tapi, bagaimana jika kondisi ekonomi suami yang juga masih terbatas bahkan
pas-pasan?
Sementara orang tuanya, juga butuh bantuan anaknya?
Otomatis, suami akan mendahulukan membantu orang tuanya kan, ketimbang
mertuanya.
Dan hal ini biasanya akan menjadi masalah bagi istri, karena menganggap
suami pilih kasih, hanya peduli dengan orang tuanya sendiri.
Sayangnya, sikap suami itu sebenarnya nggak sepenuhnya salah loh, terutama
dalam hukum Islam. Banyak ulama yang mengatakan, bahwa seorang suami,
tidak berkewajiban menafkahi mertuanya (orang tua istrinya), namun
berkewajiban menafkahi orang tuanya, terutama ibunya,
saudara
perempuannya dan semua yang menjadi tanggung jawabnya sebagai lelaki.
Tentu saja. hal itu setelah kepentingan utama anak istrinya ya.
Namun, masalah ini akan menjadi masalah banget, dan berujung pada kondisi
mertua terlihat dzalim di mata istrinya, meski sebenarnya yang paling
bertanggung jawab tentang hal itu ya suami.
Karena toh suami yang memutuskan untuk membantu keluarganya dulu, karena
memang aturannya begitu, atau mungkin juga ikatan hati anak dan orang tua.
Untuk masalah seperti ini, sejujurnya saya nggak bisa menyelami terlalu
dalam, karena nggak punya pengalaman hal serupa.
Mertua saya bukanlah orang berada dan nggak butuh bantuan anak-anaknya,
namun memang kebetulan saya berjodohnya dengan lelaki yang juga kurang
peka terhadap orang tuanya, khususnya dalam masalah uang ya.
Justru sebaliknya, mertualah yang banyak membantu kami dalam ekonomi
ataupun keuangan. Dan mertua juga yang paling berjasa, meminta saudara
suami lainnya, untuk mau ikut membantu keuangan kami, ketika kami
benar-benar sedang down.
Justru, saya sendiri yang malu banget, karena bukannya ngasih ke mertua,
malah dikasih mulu, iya kalau mertua saya orang berada ya, mungkin masih
mending.
Ini kan mereka juga sebenarnya berhak dikasih, bukan ngasih.
Nah, karena itulah, saya sejujurnya agak kesulitan memahami masalah mertua
menantu dalam hal tanggungan atau menafkahi.
Saya hanya bisa berharap dan mendoakan, agar para istri mengerti, bahwa
tanggung jawab suami itu bukan hanya anak istrinya, namun juga orang tua
dan saudara-saudara perempuannya yang belum menikah atau yang butuh
bantuan.
Seharusnya, kita sebagai wanita, menyadari hal itu, dan bisa menjadikan
sebuah pemikiran mendalam, sebelum kita memutuskan menikah. Apalagi menikahnya dengan lelaki
yang punya banyak saudara wanita yang belum bisa mandiri.
Tentu saja, untuk poin ini, maksud dari pembahasan saya adalah, suami yang
hanya bisa membantu keluarganya yang benar-benar membutuhkan bantuan
urgent ya, bukan menafkahi kebutuhan sosialita orang tua dan
saudara perempuannya, sementara mungkin mertuanya juga butuh banget
bantuan.
So, azab mertua dzalim terhadap menantunya untuk masalah menantu
tanggung jawab mertua, bisa saja terjadi, ketika istri menolak
memahami, bagaimana aturan tanggung jawab lelaki yang sebenarnya.
Jadinya, kayaknya mertuanya dzalim, pengen menguasai harta anaknya melulu.
Iya kan ya? padahal ya, nggak melulu seperti itu.
Azab Mertua Dzalim Terhadap Menantu, Apa hukumnya Mertua Ikut Campur Rumah Tangga Anaknya?
Poin berikutnya yang selalu menjadikan mertua terlihat dzalim terhadap
menantu adalah, mertua yang selalu ikut campur rumah tangga anaknya.
Nah, kalau masalah yang ini, menurut saya sih, liat-liat sikonnya ya.
Kalau kayak mertua saya yang selalu ikut campur masalah keluarga kami, untuk
mendamaikan dan membuat rumah tangga anaknya jadi lebih adem, ya apa
salahnya?
Menurut saya ya!
Terlebih kalau ada masalah yang sulit dipecahkan dalam rumah tangga, ikut
campur mertua kadang malah menjadi sebuah hal yang sangat positif loh, jika
memang untuk kebaikan.
Dalam masalah ini, saya sangat bersyukur jika mertua ikut campur, karena
jujur saya udah seperti kehilangan cara menghadapi suami.
Dan mertua selalu ikut campur untuk kebaikan, untuk mendamaikan, untuk
membuat rumah tangga anaknya selalu bersatu dan bahagia selamanya.
Yeah, i told you, i am so lucky punya mertua yang bisa
dikategorikan idaman sih, Alhamdulillah.
Dan lebih tepatnya lagi, i am so lucky, punya hati yang luas,
sehingga seiring waktu, akhirnya bisa klik sama mertua, khususnya bapak
mertua.
Saya sama sekali nggak keberatan mereka ikut campur, karena semua pola pikir mertua tuh, masuk akal di pikiran saya.
Saya sama sekali nggak keberatan mereka ikut campur, karena semua pola pikir mertua tuh, masuk akal di pikiran saya.
Dan saya bersyukur banget, Allah memberikan saya hati yang mau mendorong
pola pikir saya, lebih luas, dan pas juga punya mertua dengan pola pikir
yang juga luas.
Semua nasihat mertua, selalu masuk akal buat saya, meskipun kadang mertua
juga nggak bisa memaksakan pola pikirnya buat anaknya sendiri, malah
menantunya (saya) yang setuju, hahaha.
Namun, nggak menampik juga sih, beberapa wanita yang berstatus istri, bahkan sebagian saya kenal, tidak seberuntung saya untuk masalah ini.
Namun, nggak menampik juga sih, beberapa wanita yang berstatus istri, bahkan sebagian saya kenal, tidak seberuntung saya untuk masalah ini.
Banyak juga, dari istri yang akhirnya menderita, karena ikut campur mertua.
Yang selalu menyetir kehidupan rumah tangga, yang lebih parahnya lagi,
anaknya juga ho'oh ho'oh aja, nurut banget, hehehe.
Sementara, ikut campur mertua itu, nggak sesuai dengan keinginan dan pola
pikir istri.
Kalau udah demikian, yang namanya perselisihan, nggak bisa terhindarkan
lagi.
Apalagi, kalau ikut campur mertua, udah sampai tahap mengatur segala
sesuatunya, bahkan hal-hal yang sebenarnya menjadi hak istri?
Misal keuangan?
Semoga, kita semua dijauhkan dari mertua seperti itu ya, dan kalaupun sedang
mengalami hal tersebut, terlebih tahapnya udah lanjutan banget alias, si
mertua udah terlihat dzalim terhadap menantu.
Semoga para menantu diberikan kesabaran lebih, dan semoga suami bisa lebih
tegas, serta semoga mertua dilembutkan hatinya untuk tidak berlaku terlalu
arogan dalam mengurusi urusan rumah tangga anaknya, sebelum mertua kena azab
karena dzalim terhadap menantu.
What i am trying to say dalam masalah azab mertua dzalim terhadap
menantu ini adalah, bahwa hal ini memang kadang nyata terjadi, meskipun
dengan berbagai alasan mengapa hal itu bisa terjadi.
Azab Mertua Dzalim Terhadap Menantu dan Apa Yang Harus Dilakukan Jika Mertua Jahat
Kehidupan sejatinya, adalah sebuah perjalanan dengan penuh ujian
kehidupan.
Semua manusia pasti akan menghadapi yang namanya ujian atau tantangan.
Dan jenisnya pun beragam.
Salah satunya adalah, menghadapi atau punya mertua yang jahat.
Ada loh mertua yang memang beneran jahat sama menantunya, saya pikir,
mertua kayak gini sebenarnya adalah sosok manusia yang karakternya buruk
sejak dulunya, mungkin juga punya masalah mental yang gagal dihadapinya,
sehingga membuatnya jadi manusia yang jahat seumur hidupnya.
Ada juga,
mertua jahat
dikarenakan oleh kekecewaan terhadap menantunya, yang mungkin mertua
kurang setuju dengan menantunya tersebut, atau juga menantunya sendiri
yang berubah ketika sudah menikah dengan anaknya.
Saya sering banget diceritakan masalah perubahan menantu yang bikin
mertuanya jadi terlihat jahat, salah satunya tentang keuangan.
Banyak banget wanita, yang memulai hubungannya dengan mertua dengan salah,
terlalu berlebihan.
Ketika pacaran, sang calon mertua dihujani begitu banyak perhatian,
termasuk hadiah-hadiah dalam bentuk sesuatu dengan nominal yang wah.
Semua itu, menjadikan mertua jadi terbiasa, lalu setelah menikah,
kebutuhan bertambah, otomatis hadiah yang sering dihujani ke mertua
berkurang, bahkan mungkin nggak ada lagi.
Maka masalahpun dimulai.
Karenanya, wahai para calon menantu, hadapilah calon mertuamu dengan
bijak, ambillah hatinya dengan tetap menjadi dirimu sendiri.
Tetap sopan, itu udah cukup kok.
Nggak perlu sampai nyogok segala, takutnya mertua jadi terbiasa, dan
setelah nikah kitanya nggak sanggup begitu lagi.
Meskipun, memang seharusnya mertua lebih mengerti sih ya, tapi yang
namanya manusia kan ye, ada juga yang sulit mengerti kan.
Jadilah, kadang bahkan sering kita temukan, mertua yang jahat kepada
menantunya, suka banget nyakitin hati menantu secara terang-terangan,
misal membanding-bandingkan menantunya dengan menantu orang lain, atau
juga menantunya yang lain (well, kalau saya mah yang begini-begini
saya cuekin aja, hahaha)
Atau juga sengaja tidak menghargai apa yang dilakukan menantunya, di depan
menantunya langsung pula, duh kalau yang begini sih saran saya, mending
jaga jarak saja, mau nggak mau kan ye, daripada sakit hati dan bikin kita
makin membenci orang yang melahirkan dan membesarkan suami kita.
Tapi, bagaimana jika tinggal dengan mertua yang jahat dan suami nggak mau
pisah dengan orang tuanya yang jahat itu?
Ya kalau saya sih, mau nggak mau harus dihadapi, dengan menyiapkan mental
terkuat kita, dan tentu saja menutup rapat-rapat rasa baper.
Dan juga, jangan lupa tahu diri juga, karena biar gimana pun, kita hidup
di rumah mertua itu kan numpang, dan mertua tetap yang berkuasa.
Jadi, tempatkan saja diri kita sebagai orang yang numpang, tau diri, tau
batasan dan menghargai mertua sebagai pemilik rumah yang berkuasa penuh.
Dan amannya sih, mending komunikasikan dahulu masalah tinggal di rumah
mertua, sebelum menikah ya, agar nggak menjadi korban dari kejamnya
mertua, dan terjadi azab mertua dzalim terhadap menantunya.
Kesimpulan
Bisa jadi karena menantu yang terlalu baper, atau terlalu berekspektasi
tinggi mengharapkan mertua sebaik orang tua sendiri, padahal ya mertua tetap
orang lain kan ye.
Ada juga yang karena kesalahan menantu, yang suka manjain mertua, sehingga
mertua jadi terbiasa, abis itu pas nggak bisa manjain, mertuanya jadi kesal
deh, karenanya plis kalau ambil hati mertua, pilih hal-hal yang masuk akal
dan tetap jadi diri sendiri ya sist!
Intinya, mertua adalah orang tua yang melahirkan dan membesarkan lelaki yang
menjadi suami kita, sesalah apapun mereka, mau nggak mau kita harus lebih
bisa sabar dan bijak dalam menghadapinya, kecuali memang
mertua orangnya benar-benar jahat
kek ibu tiri di film-film dengan karakter antagonis parah ya.
Yang begitu-begitu mah, sabarin aja, biar azab akan menimpa mertua dzalim
terhadap menantunya itu, menjadi nyata.
Demikianlah.
Demikianlah.
How about you, parents?
Sidoarjo, 17 Juni 2022
Sidoarjo, 17 Juni 2022
Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva
Alhamdulillah, saya tak mencoba tinggal bersama mertua. Karena tradisi di kampung kami, suami yang ikut tinggal di rumah orang tua istri. Tapi kami nekat, sebelum nikah kami berjanji misah dari orang tua. Tinggal di rumah warisan almarhum ayah mertua, yang beliau beli sebelum nikah sama ibu mertua saya. Emak .... Betapa menderitanya kami. Nikah, suami hanya modal jual seekor sapi pemberian emaknya. Ha ha ... Ujung2nya saya jadi tukang lontong. Hik hik ....
ReplyDeleteHihihi, tapi Alhamdulillah, jadi membekas banget ya Bu perjuangannya :)
DeleteJadi, bagaimana cara kita memandang terhadap apa yang dilakukan oleh mertua itu menjadi penting penting sekali ya.
ReplyDeleteBetul banget! Mertua itu, sama dengan orang tua kita, meski dalam makna yang berbeda. jadi, kalau kita merasa tersiksa dengan mertua, nggak ada cara lain yang bisa kita lakukan selain berdoa, sabar dan ubah pola pikir.
DeleteKalau enggak? cepat stroke dah hahahaha
Alhamdulillah mertua ku super zalim. Suka merong rong anak, padahal dia tau anaknya susah. Untuk tempat tinggal dan makan sehari hari saja dari istri. Masih tega sama anak. Padahal dua duanya pensiunan pns, ga bener bener butuh. Sementara anaknya kerjanya masih belum tetap dengan gaji yg untuk beli rokok dia sendiri aja masih ga cukup.
ReplyDeleteBismillah, semoga jadi amalan yang membuka rezeki Mbaknya jadi lebih banyak dan berkah ya, aamiin :)
DeleteSemangat selalu
Ini apasih? Gak sesuai bgt sama judulnya. Kok jd malah bangga2in punya mertua yg baik dll, kan judulnya apa? Hadeu
ReplyDeletePukpuk Mas/Mba Anonim, mertuanya jahat kah? kok ngamuk kalau ada mertua orang baik.
DeleteAnyway, terima kasih ya udah bilang mertua saya baik, padahal kalau dibaca dengan seksama, mungkin mertua saya sama aja kayak dengan mertua situ, bedanya saya hadapinya pakai pola pikir yang positif, biar nggak stres trus ngamuk di tulisan orang, hahaha *ups maaf :D
BTw, kalau dibaca dengan seksama, ada kok nyambungnya azab mertua dengan tulisan saya tersebut, meski nggak seperti keinginan Anda, yang mungkin mertua di azab kek di neraka, hehehe
emang bener kok yang komen diatas. gak nyambung judulnya bu sama isi ceritanya. bukan malah puk2in nuduh mertua orang jahat wkwk
DeleteHai, bukan tulisan saya yang nggak nyambung dengan judulnya. Harapan Mba/Mas animos aja yang kurang tepat.
DeleteKalau dibaca judulnya secara lengkap, pasti udah sadar, kalau isi tulisan ini, bukan cerita tentang mertua yang kena azab karena dzalim terhadap menantunya.
Dan mengapa saya pukpuk serta menuduh pemilik komentar di atas punya mertua jahat.
Karena baca aja komentarnya yang asal di tulisan saya.
Hanya orang yang berharap isi tulisan ini adalah cerita mertua yang kena azab aja, tapi ternyata enggak, yang akhirnya ngamuk di tulisan orang.
Tapi sudahlah, intinya kalau mau buat tulisan seperti mau Anda, yuk menulislah juga di blog sendiri.
Semoga membantu :)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteSalam kenal Kak Rey...gak sengaja saya melihat tulisan kakak..jadi kepengen sharing pengalaman saya, mungkin kakak bisa memberikan saya saran terbaik kakak..
Suami saya dari keluarga broken Home, sejak TK diberikan kepada saudara yg tidak punya anak, sampai kuliah, jadi suami berpindah2 tinggal untuk mencari saudara yg mau membiayai sekolahnya, waktu saya mau menikah, saya tanyakan ..kalau ibu bapak kamu tidak suka dgn saya bagaimana? Jawabnya, tidak ada hak org tua saya utk ngatur2 apapun dalam hidup saya, karena mereka tidak pernah membiayai hidup saya dan tidak pernah ada disaat saya butuhkan.
Di awal menikah ..saya banyak mengalami hal2 yg tidak pernah saya pikirkan, kedua mertua saya selalu merongrong masalah uang, dikasih selalu saja kurang, padahal kami mulai dari nol, awal menikah kami numpang hidup, dirumah keluarga, lalu kami mengontrak tanpa punya perabot, lemari pun dari tumpukan dus yg kami susun.
Dimana kami mulai menata keuangan, karena saya mulai hamil tuntutan kedua mertua semakin gencar, untungnya kedua orang tua saya tidak pernah meminta uang, bahkan terkadang membantu keuangan kami, biasanya ketika anak sakit, sampai ibu mertua bilang ke Mama saya, kalau bisa saya bercerai dengan anaknya karena bulanan yg dikasih dari anaknya selalu kurang. ( suami saya anak laki satu2nyadari 5 bersaudara.) Hal ini saya baru ketahui sekarang, ketika saya bercerita kepada mama saya, kalau beberapa hari lalu, suami bertengkar dengan ibunya karena suatu hal, dan saya berusaha melerai dengan meminta suami utk sabar, dengarkan saja apa yg ibunya mau, tapi malah ibu mertua saya mengatakan, kalau membenci saya , karena saya selalu ikut campur urusan suami saya dengan keluarganya khususnya masalah keuangan. Lalu suami saya bertanya, "apakah ibunya lebih suka kalau dia menceraikan istri saya", dijawab "terserah kamu" Terus terang saya kaget sekali mendengar jawaban ibunya saat itu, ditambah dengan cerita mama saya, kalau ternyata memang dari dulu ibu mertua ingin kami bercerai.
Terus terang kak..hati saya sakit sekali, pantas selama saya mengadu ke beliau kalau lg kesal dengan suami, tanggapannya malah bikin saya kesal.
Kami sudah menikah 24 tahun, banyak sekali lika-liku yg kami alami, permasalahan lbh banyak dari keluarga suami, tapi saya tidak pernah melarang suami saya bersilahturahmi dengan keluarganya.
Apa yg harus saya lakukan, untuk meredakan sakit hari saya ini? Karena saya sebenarnya sudah sangat capek menghadapi keluarga suami saya.
Waalaikum salam.
DeleteMasya Allah, saya sampai auto insecure dimintai pendapat untuk orang yang udah menikah selama 24 tahun.
Saya aja baru menikah 14 tahun dong, dan masih belajar, belajar dan terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik, khususnya sebagai istri.
Tapi, saya banyak menulis di blog ini, bisa dibaca di label 'Marriage', di mana sebenarnya masalah dalam pernikahan itu, kadang tidak sebesar yang terjadi.
Hati kita sebagai mahluk overthinking yang bikin masalah jadi runyam.
Ketambahan ekspektasi kita sebagai wanita, yang senang berharap apa yang kita lakukan ke orang lain harus dibalas sepadan oleh orang itu.
Jadinya kacau.
Saya pernah kok berada di posisi, yang berbaik-baik dengan keluarga suami, ujungnya mereka tidak menganggap saya penting, setelah semua hal saya korbankan untuk menyenangkan keluarganya.
Lama-lama saya sadar, ngapain berharap kebahagiaan dari orang-orang yang tidak bisa seperti yang kita harapkan.
jadinya ya saya sekarang punya prinsip.
Yang penting suami masih bertanggung jawab.
Masalah mertua dan keluarganya, ya mau mereka bilang apa juga, saya tutup kuping aja, dan tetap baik kepada mereka.
Jaga jarak juga bisa jadi solusi yang tepat.
Fokus sama kebaikan suami, agar lebih mudah menjadi istri yang baik.
Begitu sih saya :)
Semoga Mbanya selalu diberi kekuatan ya menjalani masalah rumah tangganya.
Semoga Allah melembutkan hati suaminya, hati Mba nya, hati mertuanya, untuk bisa lebih saling menghargai dan akur, aamiin :)
Maksudnya gimana sih sis, judul sama isi ga sesuai. Kalo masalah mengalah sih ya pasti sebagai menantu mesti ngalah, karena tau sendiri anaknya(suami kita) kadang ga mempan kita nasehati harus sama orang tuanya. Menurut saya artikelnya ga nyambung sama judul, sehingga poin poin yang saya cari gaada disini...
ReplyDeletePokonya cara2 yang mba lakuin di cerita, udah aku lakukan. Tapi mertuaku itu tetap dzalim beserta seluruh keluarganya dari mulai kakaknya suami sampai anak2nya kaka suami..
Jadi artikelnya kurang bermanfaat. Gaada poin yang menurut aku nge klik sama yang aku alami..