Anak Tidak Suka Matematika, Begini Cara Saya Mengatasinya
Konten [Tampil]
Benarkah pendapat itu?
Bagi saya tidak, anak nggak suka matematika, harus disiasati dengan penuh perhatian, bukan agar anak jadi jago matematika, padahal dia nggak suka.
Namun, agar nilainya nggak anjlok-anjlok banget, biar kata banyak yang bilang nilai tak penting, tapi kan sekolah butuh nilai kan ye?
Dan di Parenting By Rey kali ini, saya akan membahas hal tersebut, yang memang terjadi pada si sulung, Kakak Darrell, dia nggak suka matematika dong, dan nilainya sungguh bikin sedih.
Sejujurnya, bukan masalah nilai semata sih sehingga saya jadi sedih, tapi memang setelah saya selidiki, si Kakak itu bukannya nggak bisa matematika, tapi memang nggak suka.
Nggak bisa dan nggak suka kan 2 hal yang berbeda, sementara matematika, mau kita hindari ke ujung duniapun, kita ya akan terus berhadapan dengan si dia.
Cerita si Kakak Tidak Suka Matematika
Sebelumnya saya mau jujur deh, meski saya seorang sarjana lulusan Teknik Sipil, dulunya sekolah di STM, tapi sebenarnya saya pun kurang suka sama matematika.
Waktu SD, SMP dan STM sih, otak masih bersahabat dipaksa memahami matematika, setelah kuliah, bablas deh.
Saya membutuhkan 3 kali mengulang mata kuliah Kalkulus I (matematika) agar bisa lulus, luar biasa kan ye? Anehnya, mata kuliah Kalkulus lanjutannya, lulus-lulus aja tuh, nggak perlu mengulang, hahaha.
Ternyata, kekurang sukaan saya terhadap angka-angka itu, menurun ke si Kakak Darrell.
Hal ini mulai saya sadari sejak dia TK, di mana bahkan penjumlahan sederhanapun dia kesulitan (iya, dulu si Kakak di TK udah belajar penjumlahan, hahaha).
Gara-gara itu, pas banget kan dia pengen belajar di Kumon, sekalian saja saya arahkan ambil Kumon Matematika.
Maksudnya kan, biar dia mencintai Matematika, eh yang ada dia bosan dong, hahaha.
Sampai akhirnya setelah lama di Kumon, dia milih menyerah dan tetap nggak mau keluar dari Kumon, jadinya saya pilihkan Kumon Bahasa Inggris, yang akhirnya dia bosan juga, hahaha.
Begitulah, si Kakak akhrinya masuk SDI RJ di Sidoarjo, dan mulai mengeluh kesulitan di Matematika.
Bahkan di kelas berapa ya, saya lupa tepatnya, nilainya jelek banget.
Karena batas nilai terendah di sekolah si Kakak memang agak tinggi, dan saya menghindari kena teguran ustadz/ah nya dari sekolah.
Jadi, mau nggak mau saya harus mencari cara agar si Kakak bisa mengerjakan soal-soal matematikanya, minimal nilainya nggak anjlok-anjlok banget lah.
Cara Saya Mengatasi si Kakak yang Tidak Suka Matematika
Langkah selanjutnya adalah, saya memikirkan, gimana caranya mengatasi si Kakak yang tidak suka matematika, bukan untuk memaksanya jadi hebat, tapi melengkapi kebutuhan sekolah, dan memang kebutuhan kehidupan juga sih ya, karena kita nggak akan pernah bisa lepas dari angka-angka dan perhitungan selama kita hidup.
Dan berikut cara saya mengatasi masalah si Kakak yang nggak suka matematika, yaitu:
1. Mencari tahu penyebab nilainya rendah
Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari tahu penyebab mengapa nilainya rendah, bahkan di bawah batas nilai rata-rata di sekolahnya.
Lebih tepatnya, mencari tahu permasalahannya apa?
Apakah karena dia benar-benar nggak mengerti tentang matematika tersebut?
Atau hanya karena dia kurang belajar dan latihan?
Saya coba ajak ngobrol pelan-pelan ketika santai, menanyakan kenapa sih nilainya di bawah rata-rata?
Mengapa dia nggak bisa menjawab soal-soal ujiannya?
Si kakak dengan polosnya menjawab, bahwa dia nggak ngerti, bingung dan lupa dengan pengerjaan soalnya.
Penyebabnya, karena dia jarang eh bahkan sama sekali nggak pernah latihan, yang dia lakukan hanyalah membaca ulang soal-soal yang pernah dikerjakan di sekolah.
Uwow deh si Kakak, makanya nggak bisa jawab soal ujian, orang cara belajarnya udah kek belajar IPA atau IPS, dibaca dan dihafal aja, ya pantas aja sulit ngerjain tugas ujian matematika.
Setelah tahu masalah pertamanya, saya tanya lagi, kenapa sih dia nggak pernah latihan pas mau ujian?
Ternyata katanya dia bingung mau latihan gimana.
Fix sih, intinya si Kakak memang kurang suka pelajaran matematika, dia lebih suka pelajaran yang mengandalkan baca dan hafalan serta pengertian, kayak pelajaran IPS, IPA, Agama Islam, dan Bahasa.
Di mana pelajaran-pelajaran tersebut memang tidak perlu latihan yang pakai nulis di buku, cukup dibaca, dihafalkan dan dipahami.
Jadi, saya tahu deh alasannya, dan berikutnya lebih mudah mencari solusi.
2. Menemaninya belajar
Karena saya sudah tahu masalah utamanya adalah si Kakak nggak suka cara belajar yang pakai latihan tulis menulis angka, mau nggak mau saya harus terlibat langsung dalam belajarnya, biar dia semangat karena merasa lebih diperhatikan dan dikasih semangat.
Pas banget kan, ketika itu memang adiknya lahir, yang mana otomatis perhatian saya jadi terbagi pada adiknya yang ketika new born hingga toodler, selalu punya masalah serius dalam pencernaannya yang butuh perhatian ekstra dari saya.
Dengan saya menemaninya belajar matematika, si Kakak jadi lebih semangat, bahkan ada tempat bertanya, jika dia menemukan kesulitan dalam belajar matematika yang kurang digemarinya.
3. Membantunya belajar
Langkah selanjutnya adalah, terlibat langsung dalam belajarnya, membantunya belajar pelajaran yang kurang dia minati, yaitu matematika.
Baik mencarikan cara menjawab soal-soal dengan lebih sederhana, maupun akhirnya saya berinisiatif membuatkannya soal-soal yang bisa dijadikan latihan langsung oleh si Kakak.
Hasilnya ajaib banget sih ya, setiap kali saya menemani dan membantunya belajar matematika sebelum ujian matematika di sekolahnya, keesokan harinya dia lebih mudah mengerjakan soal-soal ujian dengan tenang dan teliti.
Dan akhirnya, nilainya pun jadi naik di atas batas nilai rata-rata target sekolahnya.
Dengan menemaninya belajar, saya jadi tahu secara langsung masalah tambahan yang ada pada si Kakak, di mana.. entah karena dia kurang suka matematika, atau memang si Kakak ini susah fokus, jadinya dia sering kali kurang teliti melihat angka-angka.
4. Memberikan apresiasi
Langkah terakhir adalah, memberikan apresiasi baik itu berupa pujian tulus yang mana udah mau belajar yang rajin khususnya sering latihan dan mau fokus.
Maupun dengan memberikan apresiasi berupa mengabulkan keinginannya, misal pengen beli buku, atau pengen makan di mana atau makan apa.
Jadinya, si Kakak semakin termotivasi untuk melawan, ketidak sukaannya akan matematika atau segala macam angka-angka yang kurang menarik buat dia.
Hingga akhirnya, nilai-nilainya pun lebih membaik.
Penutup
Anak nggak suka matematika, buat saya adalah hal yang harus lebih diperhatikan.
Karena, memang sih anak tidak harus hebat dalam semua bidang, namun bukan berarti anak mengabaikan syarat-syarat yang ada di sekolah, misal syarat naik kelas atau kelulusan kudu punya nilai khusus.
Karena, saya sendiri udah merasakan, apa yang diterapkan di sekolah itu, bukannya tanpa ada arti dan manfaatnya sama sekali.
Matematika misalnya, setidak sukanya saya terhadap pelajaran penuh angka tersebut, tetap saja saya ketemu matematika di dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari menghitung belanjaan, misalnya.
Hingga akhirnya dipaksa harus mengerjakan lagi tugas matematika, karena harus mengajari dan membantu anak agar mau berusaha untuk semua mata pelajaran di sekolahnya, termasuk matematika.
How about you, parents?
Sidoarjo, 01 September 2022
How about you, parents?
Sidoarjo, 01 September 2022
Sumber: pengalaman pribadi
Gambar: Canva dan dokumen pribadi
Post a Comment for "Anak Tidak Suka Matematika, Begini Cara Saya Mengatasinya"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)