Anak adalah Achievement dan Rencana Hari Tua Terbaik Saya, Begini Maksudnya!
Konten [Tampil]
Loh kok?
Bertolak belakang banget ya, sama ilmu parenting yang banyak digembar gemborkan, hehehe
Iya, kalau kita cuman mengartikan apa itu achievement dan rencana hari tua dalam artian yang terlalu formal, coba artikan dalam hal yang melibatkan emosi serta menerima kondisi?
Dan di Parenting By Rey kali ini, saya bakalan berbagi opini tentang ini.
Orang Tua Adalah Manusia, Bukan Malaikat
Saya sering membaca tentang masalah anak bukannya achievement dan rencana masa tua, kalau nggak salah ini merupakan tulisan pakar parenting yang saya lupa deh namanya.
Di mana, kata-katanya begini,
"Anakku bukan achievementku, bukan pula rencana masa tuaku, yang kuberikan padanya, seutuhnya miliknya. Tidak perlu kembali padaku, tidak dalam tanda jasa, tidak juga dalam balas budi."
Saya yang baca, auto, aamiin, hehehe.
Mengaminkan orang yang nulis demikian, biar menguatkan untuk tetap semangat kan ye.
Mengaminkan orang yang nulis demikian, biar menguatkan untuk tetap semangat kan ye.
Kalau saya, nggak sependapat sih, bagi saya anak adalah achievement utama saya saat ini, dan juga rencana hari tua saya, bahkan yang paling penting adalah, rencana akhirat saya.
Karena saya kan manusia ya, bukan malaikat.
Jadi pasti butuh bantuan, dan saya selalu percaya, apa yang saya lakukan sekarang, bakal kembali ke diri sendiri, entah secepatnya, atau ketika sudah tua nanti, bahkan mungkin di akhirat kelak.
Jadi begitulah, apa yang saya lakukan saat ini, mengurus, mengasuh dan membesarkan anak, sudah pasti akan kembali ke saya.
Entah bentuknya tanda jasa, atau juga balas budi, pokoknya insha Allah bakalan kembali.
Duh egois banget ya si Mami Rey ini? hehehe.
Jangan berhenti baca, biar hati nggak panas.
Karena saya bakalan jabarkan alasannya, dan saya yakin banyak ibu yang butuh pola pikir kayak saya.
Demi menciptakan anak-anak yang lebih berkah, anak-anak yang sholeh/ah, dan anak-anak yang selalu berada di jalan yang lurus yang ditunjukan Allah, insha Allah.
Alasan utama ya itu tadi, karena kita, meskipun merupakan manusia pilihan yang dipilih Allah untuk menjaga titipan-Nya, para anak-anak kita, namun kita tetap manusia biasa, tidak diberi keistimewaan jadi malaikat, hanya dengan menjadi ibu saja, hehehe.
Kondisi Setiap Orang Tua sangat Berbeda
Ini yang jadi alasan kedua, yaitu kondisi setiap orang tua itu sangat berbeda.
Kalau kebanyakan orang atau pakar parenting yang saya perhatikan, pola hidupnya memang udah punya 'modal' dari sananya.
Punya support sistem yang luar biasa.
Entah suami yang peduli, keluarga yang peduli, uang yang mencukupi, meski mungkin nggak semuanya berlebihan ya, tapi setidaknya beberapa pakar parenting yang saya perhatikan itu, ya hidupnya bisa fokus ke parenting, karena hal-hal lain yang juga urgent ya udah terpenuhi.
Tapi, coba deh kita pikirkan.
Di luar sana, ada loh, bahkan banyak, ibu yang ingiiiinnn banget jadi parent yang baik, yang memperlakukan anak-anaknya sesuai teori parenting yang ada.
Tapi kondisi mereka tidak sepenuhnya memungkinkan.
Ada ibu yang harus berjuang sendiri.
Jagain anak seorang diri, anaknya nggak cuman satu pula.
Dan bukan hanya jagain dan urusin anak, tapi juga urus rumah dan perintilannya itu, kayak masak, nyuci, beberes dan lainnya.
Dan masih ketambahan, wajib cari uang, karena uang dari ayahnya anak-anak nggak mencukupi.
Saya banget itu mah, hahaha.
Sudah bertahun-tahun dengan berbagai metode saya lakukan, untuk bisa menjadi ibu yang sabar (iya, goal utama saya tuh baru menjadi ibu yang sabar dulu ya, susahhhhnyaaaaaa minta ampuuunnn!)
Dari yang bikinin jadwal dan ngikutin jadwal dengan ketat, sampai ke anak-anakpun dibikinin jadwal.
Kenyataannya, ternyata nggak bisa semudah itu loh, mengurus anak-anak seorang diri dengan fokus.
Lupakan deh yang namanya saya harus berdaya sebagai perempuan, saya bahkan mikir, nggak butuh itu.
Yang saya butuhkan anak-anak bisa mandiri, dan bisa sekolah setinggi-tingginya yang mereka inginkan dan butuhkan.
Dan anakpun bisa tumbuh dengan bahagia, minim trauma, atau setidaknya anak bisa menghadapi trauma dengan baik, dan nggak menjadi sebuah output yang buruk dalam karakternya ketika dia dewasa nanti.
Dari segala cara saya lakukan, sampai mengorbankan waktu tidur, sampai yang udah tepar berkali-kali. Sakitnya pun nggak main-main, sampai kena sakit saraf tulang belakang dong, padahal saya nggak pernah jatuh.
Begitu dahsyatnya pengaruh pikiran dan fisik yang super lelah.
Dalam kondisi seperti ini, saya kan harus fokus ke anak, anak-anak adalah yang utama, boro-boro mikirin hari tua, mikirin diri sendiri aja buat tidur, kadang abai.
Lah terus, kalau anak-anak bukanlah rencana hari tua, terus saat saya tua nanti pegimana dong? wakakakaka.
Atuh mah, kadang aneh-aneh saja memang ya pikiran modern zaman now.
Kebanyakan orang mungkin akan berkata, itulah pentingnya perencanaan sebelum punya anak.
Lah apakah itu sebuah solusi?
Masa iya, karena menurut orang-orang modern, saya salah perencanaan, jadi anak-anak saya balikin dulu ke perut, terus saya rencanakan dulu, begitu kah? hahahaha.
Dan saya rasa, kondisi begini bukan hanya dihadapi oleh saya seorang diri.
Ada banyak ibu dan parents di luar sana, yang boro-boro mikirin hari tua, mikirin 10 tahun ke depan aja, atau mikirin setahun ke depan aja nggak mampu.
Yang mereka lakukan adalah berusaha agar anak-anak tetap bisa sekolah tanpa kekurangan.
Masih mending mah para parents yang meskipun berusaha untuk masa depan anak, masih bisa menjadi parents yang sesuai dengan teori parenting itu.
Ini belum berbicara dengan struggling-nya beberapa parents, khususnya ibu yang merasa makin tidak bahagia setelah menjadi ibu rumah tangga.
Saya pernah menuliskan hal ini, tentang bagaimana mantan ibu pekerja dan workaholic pula, harus bisa berdamai dengan kondisinya harus menjadi ibu rumah tangga.
Itu nggak mudah loh.
Berdamai dari hal-hal yang biasanya membuat kita terlihat hebat, ada achievement yang nyata, ada rencana masa depan, berupa uang yang bisa jadi pegangan kita.
Lalu tiba-tiba menjadi ibu rumah tangga, which is kita semua tahu, manalah IRT ada gajinya.
Iya gitu, kalau ayah anak-anak bisa memenuhi semua kebutuhan rumah tangga, kalau enggak?
Semakin bertambah deh, tekanannya.
Anak adalah Achievement dan Rencana Hari Tua Terbaik, Bikin Saya Selalu Berusaha Jadi Orang Tua Terbaik
Apa sih achievement dan rencana hari tua itu?
Sedangkan rencana hari tua adalah, mungkin menyangkut bagaimana nantinya kalau kita sudah tua, darimana kita mendapatkan biaya hidup, bahkan mungkin kalau berusia panjang banget, siapa yang bakal membantu mengurusin kita?
Kedua hal ini mungkin berbeda timing-nya ya.
Achievement ini, lebih ke rencana beberapa waktu ke depan, bisa tahun depan, 5 tahun ke depan, pokoknya timing-nya bisa kapan saja, nggak perlu nunggu tua dulu.
Anak adalah achievement
Kedua hal ini mungkin berbeda timing-nya ya.
Achievement ini, lebih ke rencana beberapa waktu ke depan, bisa tahun depan, 5 tahun ke depan, pokoknya timing-nya bisa kapan saja, nggak perlu nunggu tua dulu.
Dan inilah salah satu faktor utama, banyaknya ibu, khususnya ibu rumah tangga yang merasa stres bahkan sampai depresi, menjadi ibu rumah tangga.
Karena kebanyakan ibu merasa, udah nggak punya achievement sama sekali yang bisa dibanggakan.
Dan di sinilah maksud saya, mengapa menjadikan anak sebagai achievement adalah penting banget.
Namun yang perlu digaris bawahi untuk selalu dipahami adalah, anak hanya objek, yang paling berperan ya kita, sebagai yang pengen mendapatkan achievement kan.
Dengan menjadikan anak sebagai achievement, berbagai hal bisa kita dapatkan sekaligus.
Stres karena merasa hidup monoton, nggak punya achievement yang bisa dibanggakan?
Mengapa nggak coba menjadikan anak sholeh/ah, punya anak disiplin, punya anak mandiri, sopan dan semacamnya adalah sebuah pencapaian terhebat?
Khususnya buat mantan pekerja, kayaknya lebih mudah menerapkan hal ini, dengan cara:
- Pertama, tentukan goal yang akan dicapai, apakah pengen anak bisa masuk SD dengan siap dan bahagia (bagi yang anaknya masih kecil ya), atau pengen punya anak remaja yang tetap sopan dan tahu batasan, dan semacamnya.
- Kedua, buat strategi dan rencana, bisa dengan mencari referensi bagaimana menciptakan anak sesuai goal yang ingin kita capai, tentunya dalam hal ini teori-teori parenting mungkin sangat membantu.
- Ketiga, mulailah menerapkan semua strategi dan rencana yang telah dibuat, dan jangan lupakan outputnya ya, anak harus bahagia juga!
- Keempat, jika semua kita jalankan dengan disiplin dan konsisten, insha Allah dengan sendirinya anak bisa jadi sebuah achievement terbaik yang jujur ya, buat saya itu adalah sebuah pencapaian tertinggi bagi seorang ibu.
See, menjadikan anak sebuah pencapaian sebenarnya bukanlah hal yang buruk, asalkan kita benar-benar tahu, seperti apa sih achievement itu?
Jadi, tidak melulu ibu yang pengen anaknya jago matematika misalnya, dampaknya buruk ke anak.
Enggak dong, anak hanyalah objek, jadi dia cuman ngikutin dan menyesuaikan karena dia bukan benda, dia adalah manusia, dan sebagai wanita yang hebat (ye kan, kalau mau sebuah pencapaian, kita harus menghebatkan diri dulu), kita tahu dong, gimana mendapatkan hasil yang sempurna.
Jadi, bukan semata anak dipaksa begini begitu, tapi bagaimana kita sebagai ibu yang hebat, yang mampu menjadikan anak tumbuh dengan lebih baik lagi, bukan hanya mentalnya terjaga dan bahagia, tapi juga pencapaian dalam hidup anak pun ikut membaik.
Ibarat sekali mendayung, empat pulau terlewati *halah, hahaha.
Atau dengan kata lain, manfaat menjadikan anak sebagai achievement adalah:
- Kita jadi punya semangat lebih menjadi ibu yang terbaik.
- Kita bisa menerapkan parenting terbaik kepada anak, demi tujuan kita kan.
- Kita bisa menghasilkan anak yang tumbuh lebih baik dan tetap bahagia.
- Kita bisa tetap punya achievement yang sangat membanggakan.
Anak adalah rencana hari tua
Terutama jika kita sudah tua nanti.
Dan nggak munafik sih, anak pasti jadi sebuah hal yang kita harapkan, iya kan?
Impossible dah kalau enggak, hehehe.
Tapi, untuk itulah kita harus punya strategi yang baik.
Dan sebagai ibu yang keren, pastinya sangat mengerti kan, kalau yang terbaik adalah niat anaknya, bukan kewajiban anak.
Maksudnya gini, ini juga bisa dijadikan sebagai goal jangka panjang.
"Saya mau anak saya nantinya bisa mencintai saya ketika saya sudah tua nanti, lebih sabar ke saya, lebih perhatian"
Dan kita buat strategi untuk itu.
Untuk itu kan, kita harus bisa menyentuh hati anak, agar nantinya anak dengan sendirinya mencintai ibunya, bukan karena dia merasa itu kewajibannya, tapi karena anak cinta kepada ibunya dan ayahnya.
Bagaimana membuat anak bisa mencintai ortunya? itulah yang menjadi strategi dan rencana kita.
Dan untuk bisa mencintai dan mengurus orang tuanya, anak kan harus punya kehidupan yang lebih baik, berjodoh dengan seseorang yang baik pula.
Bagaimana bisa menjadikan anak seperti itu?
Ya itulah tugas kita sekarang, sebagai parents ya harus banget mencari tahu, dan konsisten menerapkan hal itu ke anak, biar nantinya anak bisa menjadi seperti yang kita harapkan, tapi juga dengan bahagia, bukan semata kewajiban.
Penutup
Kalau sebagian orang beranggapan, anak bukanlah achievement dan rencana masa tua, saya justru sangat bertolak belakang banget.
Bagi saya, anak-anak adalah achievement terbaik saya, dan merupakan rencana terbaik buat hari tua saya.
Karenanya, fokus terbesar saya saat ini ya anak-anak, nggak lagi terbagi dengan lainnya, karena emang kondisinya tidak memungkinkan.
Hanya dengan fokus ke anak-anak, saya sudah bisa mendapatkan achievement yang sangat membanggakan, dan bikin rasa percaya diri saya meningkat.
Dan saya juga tak perlu risau dan over thinking memikirkan hari tua saya.
Bahkan jadinya lebih menyederhanakan pemikiran banget ya.
Fokus mengasuh anak-anak dengan baik, maka semua hal yang diidamkan para ibu, yaitu pencapaian serta masa depan di hari tua, sudah saya dapatkan.
Dan, karena goal-nya jelas, lebih disederhanakan ke satu objek yaitu anak-anak.
Jadilah saya lebih semangat, memaksa diri untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak.
Dan saya pikir, beginilah bagaimana ibu-ibu zaman dahulu mengasuh anak-anaknya, fokus.
Namun bedanya, karena saya berada di masa modern, tentunya gaya pengasuhan saya jadi lebih diperbaharui agar singkron dengan kehidupan zaman sekarang.
How about you, Parents?
Sidoarjo, 12 Oktober 2022
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva dan dokpri
Terima kasih sudah berbagi. Perjalanan menjadi pengasuh memang banyak lika-likunya. Semoga senantiasa diberikan kemudahan.
ReplyDeleteKek pengasuh anaknya Raffi Ahmad yak, hahahaha
DeleteMb rey... semoga diberkahi kelimpahan kekuatan dan krlancaran utk mendapatkan achievement-nya yess....
ReplyDelete