Tugas Sekolah Anak Zaman Now, Parents Ikutan Sekolah, dan Anak-Anak yang Kurang Mandiri
Tugas sekolah (PR) anak zaman now ini benar-benar menantang sih, menantang parents-nya maksudnya.
Jadi ingat dulu ketika masih SD, perasaan satu-satunya hal, eh dua hal yang bikin saya ngerepotin parents itu, adalah tugas bawa sapu lidi ke sekolah, dan tugas eh tepatnya ketika ada piknik dan saya terpaksa bikin mama saya repot untuk masak nasi kuning buat bekal piknik.
Selain dari itu, rasanya saya nyaris nggak pernah nyusahin mama saya.
Ada PR ya dikerjakan sendiri, belajar untuk ujian ya belajar sendiri, bikin soal sendiri, jawab sendiri, atau tanya jawab sendiri dari pelajaran sekolah, pokoknya semua sendiri, ortu nggak repot dengan semua tugas anaknya.
Sekarang?
Astagaaaahhh, berasa yang sekolah itu parents-nya, bukan anaknya aja, hiks.
Baca juga : Ekstrakurikuler Sekolah Kakak yang Tidak Memadai Seperti Iklannya
Tugas Sekolah Dasar (PR) si Kakak di Rumah
Si Kakak yang bersekolah di sekolah dasar swasta Islam di Sidoarjo, sejak kelas 1 memang tidak terlalu repot dengan masalah PR.
Mereka cuman dikasih PR seminggu sekali, itupun PRnya lebih banyak ke hal-hal pengamatan, bukan menulis, membaca atau semacamnya.
Misal, di kelas satu dulu, si Kakak sering mendapatkan PR untuk mencatat jumlah anggota keluarga, mencatat berapa orang tetangganya, atau semacamnya.
Itupun cuman seminggu sekali saja, tugasnya diberikan di hari Jumat, dan dikumpulkan di hari Senin, ketika mereka masuk sekolah lagi.
Tugas sekolah si Kakak, mulai terasa sedikit masalah buat saya, adalah ketika masuk pandemi, which is anak-anak mulai sekolah online dari rumah, dan termasuk tugasnya pun wajib dikumpulkan secara online.
Sebenarnya, nggak ada masalah sih dengan pengumpulan tugas sekolah anak-anak, apalagi seiring waktu, si Kakak udah mandiri ngerjain dan ngumpulin tugasnya sendiri. Namun, khusus untuk tugas akhir pekan, itu yang jadi masalah.
Setiap 2 minggu di akhir pekan, anak-anak dikasih tugas untuk bikin video mereka melakukan beberapa tugas atau tantangan yang bentuknya adalah life skill selama di rumah.
Yang jadi masalah adalah, tugasnya berbentuk video, dan harus dikirim di WAG, bukannya japri, dan hal itu jujur bikin saya kesal.
Karena plis dah, ngumpulin di WAG? diliat wali murid lainnya dong, semua sudut rumah masing-masing, huhuhu.
Baca juga : Anak Nggak Suka Matematika? Begini Cara Saya Mengatasinya
I mean, kenapa nggak dikumpulkan DM ke wali kelasnya aja sih, biar nggak saling liat-liatan isi rumah atau kegiatan weekend, yang kadang jatuhnya kayak pamer.
Yang paling kesal tuh, terjadi baru-baru ini, ketika anak-anak liburan dan diminta mendokumentasikan kegiatan liburan mereka dalam bentuk video, dan kirim ke WAG kelas.
Dan begitulah, dalam sekejap WAG berubah jadi ajang pamer video liburan, ada yang pamer liburan ke tanah suci, liburan di Singapura, makan-makan di restoran mewah, tanpa memikirkan kalau ada beberapa anak yang mungkin nggak bisa liburan, karena mungkin nggak punya uang, atau juga lagi kesusahan, lagi sakit, dan semacamnya.
Saking betenya, saya nggak kasih liat si Kakak isi WAGnya, dan saya nggak nyuruh si Kakak ngerjain tugas, meskipun sudah punya ide, mau bikin video pas berangkat ke masjid, karena selama liburan, salah satu hiburan anak-anak ya, mereka menanti waktu adzan, untuk dengan semangat berangkat shalat jamaah di masjid.
Selain masalah video yang dikirimkan ke WAG, yang bikin bete lainnya adalah, gara-gara akses WAG, para ustadz/ah sekolah si Kakak kok rasanya sudah nggak terlalu effort menyampaikan tugas ke anak-anak langsung, yang diobrak abrik selalu ortu murid, alhasil, anak-anak makin susah mandiri.
Kelebihan Tugas Sekolah Dasar (PR) Anak Zaman Now
Dengan semua ke-lebay-an yang saya rasakan akan tugas sekolah anak zaman now, bukan berarti nggak ada kelebihannya sih, di antaranya:
- Bikin anak-anak jadi lebih produktif di akhir pekan, karena ada PR yang melibatkan life skill bukan berbentuk pelajaran seperti PR yang diberikan sekolah zaman dulu.
- Anak-anak jadi lebih kreatif, meski tetap saja dibantu parents-nya.
- Anak-anak tetap mencintai sekolah, meski libur 2 hari (Sabtu dan Minggu karena sekolah di swasta).
- Terciptanya bonding antara parents dan anak, karena tugas selalu melibatkan parents-nya.
- Bikin parents lebih peduli dan tahu kondisi anak beserta pendidikannya secara langsung dan detail.
Kekurangan Tugas Sekolah Dasar (PR) Anak Zaman Now
Namun, dengan adanya tugas sekolah anak yang melibatkan para parents ini, bukan berarti nggak ada kekurangannya, di mana:
- Bikin anak jadi kurang mandiri, karena anak-anak merasa biarpun mereka nggak menyimak tugas yang diberikan gurunya, toh juga pasti bakal disampaikan ke WAG yang isinya para parents, dan nantinya para parents yang akan menjelaskan tugas tersebut ke anak-anak.
- Bikin kerjaan parents jadi nambah, karena harus sering menyimak isi WAG, dan seringnya anak-anak cenderung santai, nunggu parents-nya yang cari tahu, dan mereka tinggal ikutin arahan parents-nya. Bikin jadi semacam beban juga sih, terutama bagi parents yang memang harus bekerja mencari nafkah.
- Pengumpulan tugas di WAG kadang bikin risih, karena berasa jadi ajang pamer dalam grup.
Penutup
Memang sih, dibanding zaman dulu, sekolah di zaman now, udah lebih banyak perubahan, yang tentunya mengarah kepada kebaikan, cuman ya gitu, semuanya pasti selalu ada kekurangan dan kelebihannya.
Terutama dalam hal kemandirian, di mana anak-anak zaman now ini, bahkan udah kelas 6 SD pun, masih tergantung pada parents-nya ketika mengerjakan tugas.
Sidoarjo, 18 Januari 2023
Sumber: Pengalaman PribadiGambar: Canva edit by Rey
Demikianlah artikel tentang kelebihan dan kekurangan tugas sekolah (PR) anak zaman now yang selalu melibatkan orang tua, semoga bermanfaat.
Post a Comment for "Tugas Sekolah Anak Zaman Now, Parents Ikutan Sekolah, dan Anak-Anak yang Kurang Mandiri"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)