Internet Cepat Bikin Tradisi Lebaran di Kampung Tetap Terasa
Internet cepat sudah menjadi kebutuhan primer bagi banyak orang, termasuk saya tentunya. Dengannya banyak hal bisa kita lakukan, baik yang bersifat formal misal untuk pekerjaan atau bisnis, maupun untuk kebutuhan pribadi.
Terlebih di bulan ramadan dan menjelang lebaran seperti ini, di mana banyak hal yang akan dilakukan umat muslim pada umumnya. Untuk merayakan hari kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa.
Salah satu hal yang paling sering dilakukan menjelang lebaran adalah, mudik. Banyak orang yang menggunakan momen lebaran sebagai waktu yang tepat untuk kembali ke kampung halaman.
Bertemu orang tua, keluarga dan teman-teman di masa kecil. Merasakan kembali momen dan tradisi lebaran di kampung halaman, yang mungkin tidak bisa kita rasakan di tempat tinggal kini.
Baca juga : Makna Rumah untukku
Tradisi Lebaran di Kampung Halaman Masa Kecil
Ngomongin tentang tradisi lebaran di kampung halaman, tentunya sangat menarik. Saya lahir di Minahasa, Sulawesi Utara sampai usia 5 tahun, lalu hijrah ke tempat asal orang tua, di Buton, Sulawesi Tenggara.
Karena di Minahasa memang jarang ada muslim, dan juga saya masih terlalu kecil untuk mengingat masa lebaran di sana. Jadilah yang terkenang di ingatan saya, hanya masa-masa lebaran ketika di Buton.
Ada banyak tradisi lebaran yang menarik dan unik yang biasa dilakukan di tempat saya tumbuh besar tersebut, di antaranya:
1. Menyalakan lilin di rumah dan di makam ketika malam lebaran
Masyarakat Buton pada umumnya, akan mengunjungi makam di sore hari menjelang magrib di akhir bulan puasa. Mereka akan membersihkan makam keluarga, lalu pulang menjelang magrib sambil sebelumnya menyalakan lilin di makam tersebut.
Baca juga : Jangan Membeda-bedakan Anak
Tidak heran, menjelang malam lebaran, justru makam-makam terlihat penuh dengan kerlap kerlip cahaya lilin. Terlebih lagi, di Buton banyak makam yang berada di samping atau halaman rumah warga. Jadi, yang terang bukan hanya di pemakaman umum, tapi juga di halaman-halaman yang ada makamnya, hehehe.
Bukan hanya di makam, di rumah pun wajib menyalakan lilin. Waktu kecil, saya iseng nanya ke mama, buat apa sih nyalain lilin di pagar dan juga di depan pintu. Mama cuman asal menjawab, kalau hal itu sebagai penanda agar arwah nenek bisa datang ikut makan makanan lebaran, hahaha.
2. Haroa saat lebaran
Kalau di Jawa ada yang namanya banca'an yaitu acara ngaji dengan beberapa sajian khas yang wajib. Di Buton juga ada, namun namanya adalah haroa.
Dan jika di Jawa, salah satu makanan wajib banca'an adalah apem, di Buton juga ada makanan wajibnya. Misal, harus ada pisang goreng yang digoreng utuh, nggak boleh dibelah. Harus ada wajik, cucur, dan beberapa kue khas Buton lainnya.
Baca juga : Jajanan Pasar Khas Buton yang Dirindukan
Selain itu, ada juga makanan utama seperti nasi, lauk ayam, ikan dole yang terdiri dari ikan jenis tertentu, yang dihaluskan lalu digoreng lagi, dan lainnya.
Semua jenis makanan tersebut, harus ditaruh dalam piring kecil dengan jumlah tertentu. Lalu digabungkan dalam sebuah nampan besar.
Buat yang melakukan acara haroa yang agak ramai, biasanya mengundang beberapa orang. Dan setiap orang disajikan satu nampan yang berisi menu-menu khusus yang lengkap. Jika orang tersebut tidak sanggup menghabiskan isi nampan tersebut, maka wajib membawa pulang sisa makanannya tersebut.
3. Ziarah Makam Setelah Shalat Ied
Kebanyakan masyarakat Buton, selalu melakukan ziarah kubur selepas shalat ied. Jadi biasanya dari masjid atau lapangan tempat shalat ied dilaksanakan, kebanyakan orang langsung menuju makam untuk berziarah.
Kecuali yang memang makam keluarganya jauh banget, biasanya dilakukan setelah pulang ke rumah, dan makan dulu.
Di makam, para peziarah akan melakukan ritual siram kubur. Di mana sebelum ke makam mereka sudah membawa air di sebuah kendi, air tersebut sudah berisi doa-doa dari orang yang dituakan, lalu diberi irisan dedaunan maupun bunga-bunga agar wangi.
Cara menyiram kuburnya juga tidak asal, harus dimulai dengan membasuh nisan di makam, lalu siram ke arah kaki makam, dan ulangi hingga 3 kali.
Ritual ini, mungkin sama dengan ketika orang-orang di Jawa yang menabur bunga di makam, sementara di Buton menabur eh menyiram dengan air, hahaha.
Dulu ketika kecil, saya juga sering penasaran dan iseng nanya ke mama. Mengapa sih kuburan kakek dan nenek disiram? dan lagi-lagi mama asal menjawabnya, katanya biar kakek dan nenek mandi, dan sama-sama merayakan lebaran, hahaha.
Baca juga : Perempuan Tetap Merdeka Meski Punya Anak
4. Silaturahmi dan bermaaf-maafan
Di hari lebaran, setelah selesai ziarah makam untuk siram kubur, barulah diadakan saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Biasanya saling mengunjungi rumah tetangga maupun sanak saudara.
Dan ada yang unik juga dari kegiatan silaturahmi ini, di mana ketika mampir ke rumah saudara bahkan tetangga, pasti akan selalu diminta untuk ikut makan.
Jadi, kebanyakan orang di Buton, menjamu tamunya bukan semata diberi kue-kue lebaran dan minuman. Tapi juga dijamu dengan makanan utama yang biasanya berupa buras, lapa-lapa serta berbagai lauk pauk yang lezat.
Dulunya, di Buton nggak ada yang namanya angpao lebaran. Tapi seiring kemajuan zaman, anak-anak mulai mengenal angpao lebaran layaknya di daerah lainnya.
Dengan Internet Cepat Bikin Tradisi Lebaran Kampung Halaman Tetap Terasa Meski Tak Mudik
Sungguh hati terasa hangat ya jika mengenang tradisi dari kampung halaman, apalagi yang kita lakukan ketika masih kecil dahulu. Seolah kerinduan semakin membuncah, tak tahan lagi ingin mudik.
Sayangnya, lebaran tahun ini lagi-lagi saya belum bisa mudik karena banyak hal. Sedih banget sih sebenarnya. Sudah terbayang ingin melepas rindu dan kembali melakukan tradisi-tradisi unik yang kadang terasa aneh itu.
Juga terbayang betapa keluarga di Buton bisa berkumpul dan bersama-sama melakukan tradisi lebaran tersebut, tanpa saya.
Untungnya, sekarang tuh masalah komunikasi udah lebih mudah, terlebih setelah jaringan Telkomsel sudah masuk sampai ke pelosok daerah di Buton.
Sehingga hampir di semua lokasi bisa terjangkau koneksi internet cepat, dan memudahkan untuk berkomunikasi melalui banyak cara.
Bisa melalui media sosial, bisa juga dengan video call, yang bikin saya bisa ikut merasakan tradisi-tradisi tersebut, meski tak bisa mudik.
Dengan koneksi internet cepat dari IndiHome, masalah komunikasi lewat video pun tak jadi masalah. Dan yang paling saya sukai adalah, ada begitu banyak promo menarik yang bisa kita nikmati dari penyedia provider Telkom Indonesia ini.
Jangkauannya juga luas, sampai di pelosok nusantara juga ada, termasuk di beberapa wilayah yang bisa dikatakan pelosok di Buton.
So, masalah silaturahmi lebaran, hingga ikutan menikmati tradisi lebaran di kampung halaman tanpa harus mudik, udah nggak jadi masalah lagi.
Kesimpulan dan Penutup
Menjelang lebaran tiba, banyak hal menarik yang bisa dilakukan, salah satunya menikmati tradisi lebaran yang ada di kampung halaman masing-masing. Sayapun teringat tradisi kampung halaman saya di Buton, yang selalu melakukan hal-hal unik namun menarik ketika lebaran.
Sayangnya, tahun ini saya belum bisa mudik untuk berkumpul dengan keluarga di sana. Tapi saya tidak bersedih, karena ada koneksi internet cepat yang bisa menghubungkan saya dengan keluarga di Buton. Sehingga saya bisa ikutan menikmati tradisi tersebut, meski dari jauh.
Sidoarjo, 21 April 2023
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Demikianlah artikel tentang bagaimana internet cepat bisa bikin saya ikut menikmati tradisi lebaran kampung halaman, meski tidak mudik. Semoga bermanfaat.
keberadaan internet sekarang ini udah seperti kebutuhan primer
ReplyDeleteKerjaan juga banyak yang dilakukan secara online, bahkan saat pandemi, masyarakat terbantu dengan video call berkat internet.
Pulang kampung itu adalah obat rindu setelah sekian lama di rantauan.
ReplyDeleteBtw mba minal aidin wal faidzin ya, mohon maaf lahir batin.
koneksi internet yg stabil dan cepat sungguh bikin apapun terasa mudah dan dekat ya mba.
ReplyDeletebuat yg kampung halamannya jauhhhh bisa ttp merayakan lebaran karena era digital makin sip
Duh, aku tuh lemah kalau ada tulisan tentang kue tradisional. Hehe.... Walaupun di Bandung juga ada wajik dan cucur, tapi pengen nyicipin yang ala Buton.
ReplyDeleteBtw, internet sangat membantu ya buat Lebaranan jarak jauh. Kalau dulu cuma bisa pakai telepon interlokal yang pasti tagihannya gede. Dengan internet jadi lebih mudah dan murah.
Penasaran kenapa itu saya haroa ada sejenis pisang goreng yang gak boleh dibelah, jadi harus satu pisang utuh? Pasti ad sejarahnya itu ya...
ReplyDeleteTradisi daerah ini memang yang paling dirindukan. Selain mengandung banyak filosofi juga memberikan pengertian kepada anak keturunan untuk tetap menghargai leluhur. Dari mana kita berasal, sehingga saat besar nanti, kebiasaan ini akan mempertemukan dengan saudara meskipun sudah pada tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia.
ReplyDeleteSemoga Lebaran mendatang bisa kembali berkumpul bersama keluarga besar.
Dan dengan adanya internet cepat, segala keterbatasan, bisa teratasi dengan lancar.
Alhamdulillah~
Mohon maaf lahir dan batin, kak Rey.
Ziarah makan selalu jadi "kewajiban" terlebih setelah Alm Bapak ikut berpulang.
ReplyDeleteTerus silaturahminya sekarang sudah terbalik. Kalau dulu jaman kami masih kecil-kecil, kami yang datengin tetangga yang dituakan. Sekarang orang tua (tinggal ibu) yang dituakan jadi lebaran di rumah selalu rame... Alhamdulillaah...
Dengan internet yang cepat dari IndiHome memudahkan kita mom untuk berkomunikasi walaupun tak mudik
ReplyDeleteWalaupun belum bisa mudik, hadirnya internet bisa membuat jadi lebih dekat dan komunikasi terjalin indah. Apalagi bisa dikatakan internet yang cepat jadi apa-apa serba cepat juga buat tahu informasi kerabat meski lokasinya berbeda ya
ReplyDeleteBerkat intermet meskipun jauh dari kampung halaman tetap bisa tersambung dengan keluarga besar, bisa saling bermaafan ya, Kak. Jadi tetap terasa dekat
ReplyDeleteAku engga punya kampung halaman euy. Kalau Lebaran ya ziarah ke makam bapak-ibu di Jakarta. Lebaran tahun ini di rumah aja...Keponakan yang pada dateng...
ReplyDeleteSaya tahun ini kembali gak mudik. Jadi silaturahmi masih lewat online. Alhamdulillah, selama internet lancar tetap bisa bersilaturahmi dengan seru :)
ReplyDeleteIndiHome memang brand yg bagus dN rekomended untuk punya jaringan internet yg cepat dan stabil.
ReplyDeleteBerkat internet cepat dari IndiHome saya jadi tahu bahwa kebiasaan Ramadhan di Buton sungguh unik dan sangat berbeda dengan kebiasaan masyarakat pulau Jawa
ReplyDeleteHasil akulturasi yang menyejukkan penganutnya
Kerinduan silaturahmi dengan keluarga di kampung halaman bisa diobati secara online ya mbak
ReplyDeleteSemuanya jadi mungkin dengan bantuan internet cepat dari IndiHome ini
Ikut menyimak..
ReplyDeleteBetul banget ... berkat internet, semua pun terasa dekat. Lebaran kemarin, saya juga ada video call kerabat yang di Wakatobi.
ReplyDeleteKalau di daerahku biasanya ziarah makam itu di hari hari terakhir lebaran, tapi biasanya paling rame pas sehari sebelum lebaran. Kalau di hari lebarannya justru jarang yang ke makam..
ReplyDelete