Masih Merasa Gagal Jadi Ibu Hanya Untuk Satu Hal Ini
Merasa gagal jadi ibu ternyata masih banyak dirasakan oleh para wanita, setelah semua hal dan tantangan yang mereka lalui dan alami.
Seolah semua hal tersebut, tidak cukup untuk menjadikan para ibu adalah pahlawan bagi anak-anak mereka.
Btw tema ini saya dapatkan di status salah satu teman di media sosial, yang sayangnya saya lupa siapa yang nulis tadi, hahaha.
Kalau nggak salah, status tersebut menyinggung tentang perasaan gagal menjadi seorang ibu. Mulai dari gagal melahirkan normal aka melalui vagina, karena mungkin masih banyak yang menilai kalau belum lahiran via vagina ya belum jadi ibu.
Merasa gagal kasih ASIX ke anak, gagal bikin anak sehat selalu, gagal bikin anak mau makan dan lainnya.
Jujur sedih sih kalau ada ibu yang berpikir gagal jadi ibu hanya karena hal itu, apalagi mempertanyakan, pantaskah dia jadi seorang ibu dengan kegagalannya tersebut?
Baca juga : Jadi Ibu yang Bertumbuh Dengan Anak
Saya Masih Merasa Gagal Jadi Ibu Hanya Untuk Satu Hal Ini
Oke baiklah, saya mengakui sih, kalau ngomongin masalah gagal jadi ibu, si Mami Rey ini juga masih sering mengalaminya.
Bedanya, sejak dulu yang bikin saya merasa gagal jadi ibu, dan kadang berpikir apakah Allah nggak salah nih kasih saya 2 putra shalih, insya Allah. Sementara maknya aja kayak begini.
Dan satu-satunya hal yang bikin saya masih merasa gagal jadi ibu adalah, gagal untuk jadi ibu yang sabar.
That's it.
Bagi saya, ibu seharusnya lebih sabar, pokoknya yang tingkat kesabarannya tidak setipis kesabaran Mami Rey ini. Tapi, bukan juga sabar tapi ujung-ujungnya terasa kayak nggak peduli. Seperti mama saya contohnya.
Dulu saya menganggap, mama itu orangnya sabar, kalau Bapak marah, dia diam saja. Disuruh begini begitu sama Bapak, diam aja, tapi dilakukan meskipun malas-malasan.
Tapi, setelah saya dewasa dan menyadari kalau ada jarak yang lebar antara saya dan mama. Justru merasa lebih dekat dan lebih merasakan kasih sayang Bapak yang dulunya saya anggap jahat, karena mama merepresentatifkan bapak itu jahat.
Saya nggak pengen kayak mama, saya pengennya sabar tapi perhatian, dan saya juga pengen perhatian saya itu, sampai dan dirasakan dengan nyata ke anak-anak. Tertanam di memori mereka juga.
Tapi ternyata itu susaaaahhhh sodara!
Semakin berusaha saya melakukan hal itu, semakin terasa, betapa itu berat beibeh. Tapi, nggak mungkin juga kan saya menyerah. Lah kan itu memang penting buat anak-anak.
Jadilah saya masih sering jadi kayak mamanya om Leo aka singa, sering melototin anak-anak, meskipun akhirnya ya saya turutin juga apa yang anak sukai.
Lalu, di malam hari, melihat anak-anak shalih tersebut tertidur pulas, mulailah saya menyesali diri, kadang mengutuk diri. Merasa gagal jadi ibu, merasa nggak pantas jadi ibu.
Tapi besok diulangin lagi, wakakakaka *hadeh!.
Baca juga : 5 Hal yang Dilakukan Setelah Memarahi Anak
Hal-Hal Yang Bikin Banyak Wanita Merasa Gagal Jadi Ibu
Untungnya ya, seumur-umur saya cuman merasa gagal jadi ibu untuk masalah itu saja, lainnya enggak. Dan ternyata saya masih jauh beruntung dibanding banyak wanita atau ibu di luar sana.
Padahal saya juga termasuk wanita yang overthinking loh, kebangetan malah. Tapi Alhamdulillah, mungkin karena hidup saya udah berat, malas banget memikirkan hal-hal yang sebenarnya nggak penting, dan memang bukan salah ibu.
Hal-hal lain yang sering bikin para wanita gagal jadi ibu itu misalnya:
Merasa gagal jadi ibu karena lahiran sesar
Saya sedih loh kalau ada wanita yang berpikiran mereka belum pantas disebut ibu, hanya karena harus melahirkan secara sesar. Bahkan tidak jarang banyak wanita mempertaruhkan keselamatannya hanya agar bisa melahirkan pervaginam, dan merasa lengkap jadi ibu.
Karena saya sendiri, sejak awal melahirkan dipaksa sesar, lahiran selanjutnya malah minta sesar. Dan sampai detik ini menuliskan hal ini, saya bangga luar biasa menjadi ibu yang melahirkan secara sesar.
Ye kan, pertama... saya punya anak kan ye, anak saya keluar dari perut saya, bukan perut orang. Pantas banget saya dipanggil ibu meski akhirnya anak manggil saya mami, hahaha.
Kedua, karena lahiran sesar buat saya adalah pencapaian luar biasa dalam hidup. Saya tuh takut darah, punya toleransi kecil terhadap rasa sakit dan ngeri. Boro-boro dibelah perutnya, saya pernah menghebohkan sebuah klinik laboratorium, hanya karena takut diambil darahnya.
Jarum suntik ditusuk di tangan aja heboh, tapi saya nggak ngerasain sama sekali loh sakitnya suntik anestesi di punggung, saking udah ngeri membayangkan pisau membelah perut.
Dan, akhirnya saya bisa melewatinya. Bagaimana bisa saya tidak bangga akan hal itu cobak?.
Setelah melahirkan secara sesar, saya juga dapat ucapan yang mungkin bagi ibu lainnya terasa pedas,
"Loh lahiran sesar? kok bisa sih? pinggulmu kan lebar, kenapa maksa sesar? Belum jadi ibu dong itu namanya!"
Tidak sekali dua kali dapat ucapan gitu, tapi Alhamdulillah sedikitpun nggak menjatuhkan mental saya. Bahkan tanggapan saya adalah, bangga banget bisa berani lahiran sesar.
Baca juga : Cerita Melahirkan Sesar untuk Kedua Kalinya
Merasa gagal jadi ibu karena anak minum sufor
Ini si Kakak banget, meskipun saya tahu banget bagaimana daya tahan tubuh si Kakak yang ancur gegara nggak ASIX. Sudahlah si Kakak lahir prematur, lahirnya sesar, minumnya banyakan sufor pulak!, skip merangkak pulak,
Jadilah si Kakak seorang anak yang lemes aja, nggak terlalu aktif kayak adiknya. Giliran mau aktif, eh sempoyongan dan jatuh, hahaha.
Tapi sedikitpun saya nggak merasa itu adalah kesalahan saya sebagai ibu. Ye kan, kalau mau cari siapa yang salah, ya udah salahin tuh dokter kandungan saya yang kayaknya salah diagnosa karena keterbatasan alat. Jadinya anak masih 8 bulan dipaksa keluar perut.
Salahin juga sana mama saya, yang karena beliau jagain si Kakak 24 jam selama 2 atau 3 minggu pertama, sehingga saya bebas baby blues yang ngasih sufor ke si Kakak pertama kalinya.
Saya sih nggak nyalahin mereka, malah bersyukur dan berterima kasih ke dokter kandungan itu. Biar mungkin aja salah diagosa, tapi Alhamdulillah si Kakak lahir secara selamat, dan Maminya juga selamat.
Apalagi ke mama saya, biar kata beliau yang menguasai si Kakak waktu bayi, sampai nggak sabar melihat saya coba nyusuin. Tapi saya bersyukur banget, karena saya nggak pernah begadang setelah sesar. Kerjaan saya cuman mandi, nonton, bobok, makan dan lainnya.
Semua kebutuhan si Kakak bayi, mama yang urus. Yang begadang, bikinin susu dan lainnya. Semua mama yang urus.
Jadi, ya udahlah ya, si Kakak nggak ASIX ya biar aja, mungkin rezekinya dia minum susu formula, yang mana biayanya juga luar biasa banget ternyata hahaha.
Apakah ada yang nyinyir akan hal itu? banyak banget! Tapi memang sayanya udah punya pola pikir, it's not my fault, ya udah cuek aja, hahaha.
Baca juga : Anak Pertama Sufor dan Anak Kedua ASIX, Apa Bedanya?
Merasa gagal jadi ibu karena anak GTM
Ini sih agak konyol menurut saya, bagaimana bisa anak yang nggak mau makan, mamaknya yang salah? Apalagi kalau ibunya sudah mencoba banyak hal ya.
Beda lagi kalau anaknya GTM, karena tiap hari dicekokin makanan instan, sementara maknya scroling TikTok mulu, komenin urus anak orang di medsos mulu, wakakakakak.
Saya yakin, banyak ibu yang peduli banget dengan makan anaknya, sehingga kalaupun anaknya nggak mau makan, mereka udah berusaha lebih. Sampai akhirnya memutuskan apa aja deh yang penting anak bisa makan dan nggak sakit, serta BBnya jangan turun lagi.
Merasa gagal jadi ibu karena anak sakit
Mungkin karena saya emang orangnya perfeksionis kali ya, saya benar-benar menjaga kesehatan anak-anak. Alasan pertama adalah I HATE ANTRI DI DOKTER, dan jujur sedikit kehilangan kepercayaan kepada dokter anak gegara kasus si Kakak dulunya ketika masih sering sakit-sakitan.
Jadi, saya benar-benar berjuang keras mengatur anak-anak, mulai dari memperhatikan kebersihan makanan dan minuman, jenis makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi. waktu istrahat dan lainnya.
Sehingga Alhamdulillah anak-anak selalu sehat, kalaupun sakit ya karena ketularan batpil teman sekolahnya.
Karenanya, ketika anak akhirnya sakit, sedikitpun saya nggak merasa kalau itu salah ibu alias saya. Apalagi sampai merasa gagal jadi ibu.
Baca juga : Mengajarkan Cara Menjaga Kesehatan Pada Anak
Dan masih banyak lagi hal-hal lain, tentang anak yang kurang, lalu menjadikan ibu berpikir, kalau mereka tak pantas menjadi ibu.
Dear Ibu, Kita Ibu Pilihan Tuhan, Bagaimana Mungkin Tak Pantas?
Saya percaya, ibu, bagaimanapun kondisi dan keadaannya, bahkan ibu yang merupakan anak-anak remaja yang salah 'jalan' sampai akhirnya menjadi ibu di usia belia.
Buat saya, semua itu adalah bentuk kepercayaan Tuhan terhadap sang ibu.
Maksudnya gini, anak kan milik Tuhan, terlahir ke dunia dengan dititipkan kepada seorang ibu dan ayahnya. Bagaimana bisa Tuhan salah menitipkan miliknya ke orang yang nggak pantas jadi seorang ibu?
Selama kita tidak pernah menyerah untuk anak-anak kita, selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka. Masalah hasilnya mah, serahkan ke empu-Nya.
Jadi, tak perlu menambah beban pikiran dengan melabeli diri adalah ibu yang gagal, apalagi sampai berpikir kita tak pantas jadi seorang ibu.
Kata siapa?
Orang Tuhan yang pilih kok.
Semoga dengan tulisan ini, banyak ibu yang berhenti overthinking dan memandang remeh dirinya sendiri.
Teruslah berusaha Bu, kita semua adalah yang terbaik.
Seperti apapun kondisi kita, anak-anak kita sangat beruntung mempunyai ibu seperti kita, jauh lebih beruntung ketimbang mereka berharap ibunya para pakar parenting yang terlihat hebat.
Loh kok bisa?
Iya, karena sehebat-hebatnya para pakar parenting itu, mereka kan mengurus anaknya sendiri. mana mau mereka urusin anak-anak kita, ya nggak? hahahaha.
Baca juga : Ibu Berhak Mengeluh Ketika Lelah
Kesimpulan dan Penutup
Adalah wajar jika seorang wanita kadang merasa gagal jadi ibu, karena beberapa kondisi anaknya yang tidak berjalan sesuai harapan. Namun, sebijaknya janganlah menjadikan semua hal sebagai alasan bahwa kita tak pantas jadi seorang ibu.
Mau lahiran sesar kek tetep aja kita punya anak kan, mau anak minum Sufor kek selama masih sehat dan tumbuh bahagia, so what?. Anak GTM, ya udah cobain beberapa tips yang banyak para ibu bagikan di blog atau di medsos.
Kalau nggak berhasil, ya udah lah ya, yang penting udah berusaha, kasih aja apa yang anak mau makan, yang penting sehat dan BB nggak turun terus.
Intinya, menjadi ibu itu luar biasa sulit dong, Bu/Moms, Mams, Um, dll.
Nggak perlu kita menambahkan hal-hal overthinking lainnya, untuk menjadi sebuah beban tambahan lagi.
Semangat semua para Ibu.
Sidoarjo, 12 April 2023
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Demikian artikel tentang para wanita yang merasa gagal jadi ibu, semoga bermanfaat.
Duuuh tulisannya mewakili banyak sekali kata hati Ibu mbak Rey
ReplyDeleteaku pernah menyesali jadi ibu yang tak "seperti seharusnya" aka "Ibu Ideal" yang biasanya kubaca di buku-buku parenting :(
being a mom and a wife - ternyata ga semudah bac*t Ferguso kalo ngomong....
Yang bikin ngerasa gagal jadi ibu itu sebenernya bukan diri sendiri tapi OMONGAN ORANG LAIN (capslock jebol, sorry gw jadi esmoni kalo ingat). Jadi solusinya dalah abaikan saja suara2 sumbang di luar sana.
ReplyDeleteTerimakasih sharing nya mba... Meski blm pernah menjadi ibu, tapi aku setuju pendapat bahwa seringkali seseorang MERASA gagal menjadi ibu karena terpengaruh omongan orang / pencapaian orang lain. Jd penting sekali untuk memupuk rasa percaya diri sebagai seorang ibu ya...
ReplyDeleteSetiap ibu kayaknya pernah merasakan hal yang sama. Merasa 'gagal' alias merasa belum jadi ibu terbaik.tapi balik lagi kita adalah versi terbaik dari diri kita sendiri. Semangat buat para ibu. Mari hempaskan overthinkingnya.
ReplyDeleteTerkadang penilaian dan konstruksi di masyarakatlah yang membuat kita merasa gagal menjadi ibu
ReplyDeletePadahal, setiap ibu adalah ibu yang terbaik bagi anak anaknya
Pilihan Tuhan, karena sudah percaya pada kita
tidak ada yang sempurna di dunia ini termasuk peran ibu. Dan setuju mba, jadi menurut saya jika di atas semua terjadi bukan karena kita gagal menjadi seorang ibu ya mba, tapi memang ada fasenya seperti itu dan sudah ditakdirkan oleh Tuhan, jadi semangat untuk para ibu, kalian adalah pilihan Tuhan yang terbaik, harusnya berbangga sudah diberikan kepercayaan oleh Tuhan didtitipi anak-anak
ReplyDeletePerasaan-perasaan ini yang memang rentan dimiliki seorang ibu ya,Bun. Bagaimanapun kebisingan dan tuduhan orang luar yang sok sok ikut campur ini makin menambah beban sosok ibu ya. Pengen nyumpal para mulut di luar sana, astaghfirullah, lagi puasa :3
ReplyDelete