Gaji Suami Untuk Istri Atau Ibu, Mana yang Didahulukan?
Gaji suami untuk istri atau ibu? kira-kira mana yang seharusnya didahulukan?. Tentunya banyak para istri akan menjawab,
"Istri yang utama dong!"
Sementara para suami, pasti banyak yang menjawab,
"Ibu sudah melahirkan dan membesarkan aku, wajar dong aku mengutamakan ibuku".
Meskipun, ada juga istri maupun suami yang tidak berpendapat (apalagi sampai ngotot), seperti di atas.
Btw, seperti biasa, tulisan ini berdasarkan pengalaman dan opini sendiri ya, bukan membahas lebih detail tentang bagaimana Islam mengatur gaji suami atau nafkah dari suami.
Baca juga : 2 Hal Penting yang Suami Perlu Tahu Tentang Sikap dan Kemampuan Istri
Gaji Suami untuk Istri atau Ibu?
Kalau ditanya, gaji suami itu untuk siapa sih? setidaknya yang paling diutamakan dan didahulukan?. Kalau menurut saya, tentu saja istri yang paling utama.
Bukan hanya karena saya seorang istri sih ya, jangan lupakan, anak saya keduanya laki dong. Kalau seandainya anak-anak besoknya harus disuruh milih, tentu saja saya akan meminta anak-anak untuk mengutamakan istri dan anak-anaknya, insya Allah.
Alasannya?
Lah kan suami udah janji ama Allah, untuk mengambil tanggung jawab ayah mertuanya, ayah dari istrinya. Bermula dari ijab kabul (dalam Islam ya), di mana makna tertinggi dari ijab kabul itu kan, bahwa janji kepada Allah untuk mengambil semua tanggung jawab ayah mertua, untuk dipindahkan ke pundak suami.
Parents bisa googling deh, kalau nggak salah di beberapa tulisan saya pernah membaca, bahwa sebagian besar ulama setuju dengan 'suami harus mendahulukan istrinya, ketimbang ibunya!".
Alasannya? Karena ada hukum timbal balik antara suami dan istri, di mana istri wajib patuh ke suami, dan suami wajib menafkahi istrinya.
Sementara untuk ibu, hukumnya lebih ke 'balas jasa', bukan janji yang disengajai di depan Allah.
Jadi, kalau ditanya, 'gaji suami itu untuk istri atau ibu?', ya tentu saja yang utama adalah memenuhi kebutuhan istri, dan jika memang setelah itu ada kondisi di mana sang ibu butuh, ya udah wajib dibantu juga.
Jangan lupa ya para suami, usahakan kebutuhan istri dulu, apalagi kalau ternyata ibu memang masih mampu, hanya butuh untuk kepentingan yang belum terlalu urgent, maka sebijaknyalah mengutamakan istri ketimbang ibu.
Nah yang jadi masalah adalah, sekarang ini banyak istri yang ikut bekerja, dan ikut membantu perekonomian keluarga.
Namun, alih-alih senang karena saling bantu membantu, beberapa istri yang kerja dan ikut andil dalam kebutuhan rumah tangga, ujung-ujungnya kesal, karena suami malah seolah kurang tanggung jawab, di mana gajinya malah dikasih ke ibu dan keluarganya saja.
Hal ini banyak dikeluhkan para istri, dan sedihnya lagi banyak ibu mertua yang ikut andil bikin anaknya makin dzalim ke istrinya. Di mana ketika mertua lupa, kalau seorang istri tidak punya kewajiban mencari nafkah, kalaupun istri bekerja, sebaiknya uangnya ditabung, bukan untuk mengambil semua tanggung jawab suami, sementara suami malah sibuk 'bertanggung jawab' ke ibu dan keluarganya.
Ujung-ujungnya, seorang istri jadi serba salah.
Kerja dan menghasilkan uang sendiri kok merasa dimanfaatin. Tapi kalau nggak kerja kok juga ngenes, mau apa-apa sulit, mau kasih ortu sulit, bahkan dikasih nafkahpun jadi takut-yakut membelanjakannya, takut dibilang boros.
Betapa repotnya jadi seorang istri itu ya, karenanya wahai para suami, bijaklah dalam mengutamakan gajimu.
Baca juga : Ketika Istri Mencari Nafkah Sendiri untuk Kebutuhan Keluarga
Gaji Suami Adalah Hak Ibu Juga, Jika.....
Meskipun gaji suami sewajibnya lebih diutamakan ke istri dulu, atau bisa dikatakan bahwa gaji suami adalah hak utama istri. Namun hal ini bisa menjadi hak ibu suami juga loh.
Hal ini jika didasarkan oleh beberapa kondisi, di antaranya:
1. Gaji atau penghasilan suami memang lumayan mencukupi istri dan anak.
Jika gaji suami sudah sangat mencukupi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya, maka hukumnya menjadi wajib untuk membantu ibu dan keluarganya.
Bahkan, jika kondisinya memang sudah bisa memenuhi semua kebutuhan dengan nyaman. Maka tidaklah salah jika suami memilih untuk hanya memberikan gajinya separuh saja ke istrinya.
Lalu separuh gaji lainnya diberikan ke ibu maupun keluarganya, adalah hal yang wajar saja.
Masalah yang biasanya timbul adalah, ketika rasa cukup istri dan suami itu beda.
Suami mungkin menganggap bahwa semua kebutuhan istri dan anak-anaknya sudah cukup, bahkan lebih dari cukup.
Tapi istri mungkin juga berpendapat lain. Misal, istri berharap bisa ganti perabotan, atau hal-hal yang sebenarnya belum terlalu urgent untuk dilaksanakan.
Hal-hal begini, seringnya mendatangkan pertengkaran, dan membuat istri merasa kalau suami lebih peduli ke ibu dan keluarganya.
Apalagi, ketika suami memberikan gajinya kepada ibunya, untuk keperluan yang tidak begitu urgent. Dibutuhkan kepekaan dan hati yang lapang bagi suami untuk memutuskan, siapa dulu yang harus diturutin ya.
Kalau buat saya sih mending gantian. Misal bulan ini bahagiakan istri untuk kebutuhan atau keinginannya yang sebenarnya ga urgent.
Selama keinginan ibu dan keluarganya juga nggak urgent, kembali lagi ke awal tadi, bahwa sebijaknya suami lebih mendahulukan istrinya.
2. Kondisi ibu suami yang sangat membutuhkan uang.
Namun, jika kondisi yang dihadapi adalah ibu yang sangat membutuhkan bantuan keuangan suami, maka sebijaknyalah istri lebih mengalah, apalagi jika kebutuhan ibu mertua adalah urgent.
Untuk kondisi seperti ini, menurut saya, gaji suami juga hak ibunya, karena memang butuh banget. Apalagi jika memang kebutuhan utama istri dan anak telah dipenuhi.
Baca juga : Istri Bahagia, Rezeki Suami Lancar
Pengalaman Tentang Gaji Suami untuk Istri Atau Ibunya?
Well, mungkin tema kali ini memang kurang objektif sih ya, karena sejujurnya saya tidak pernah benar-benar berada di kondisi masalah besar gaji suami itu untuk siapa yang utama?.
Kalau untuk pengalaman saya, Alhamdulillah sih nggak pernah (dan semoga jangan pernah) punya masalah kesal dengan gaji suami yang juga dibagi dengan mertua alias ibu atau ortunya.
Memang sih, kalau kesal dengan gajinya yang banyakan harus dibantu ketimbang enggak, ya sering *eh, hahaha.
Astagfirullah! Nyebut Rey! hahaha.
Mungkin karena saya beruntung (eh nggak bisa dikatakan beruntung juga sih) menikahi anak ke-5 dari 7 bersaudara. Jadi, karena saudara suami yang banyak, ketika ortunya butuh bantuan anaknya, yang bisa bantu Alhamdulillah banyak.
Dan yang bantupun anak-anaknya yang mampu, nggak peduli anak perempuan.
Masya Allahnya rezeki bapak dan ibu mertua juga kali ya, karena mereka dikaruniai menantu laki yang semuanya Alhamdulillah peduli dan sayang mertuanya.
Jadi, ketika mertua (ortunya suami) butuh bantuan, saudara-saudara perempuan paksu yang sebenarnya nggak semua punya penghasilan tetap, Alhamdulillah masih bisa bantu, meski pakai duit suami mereka.
Dan karena itulah, anak-anak mertua yang kehidupannya masih sangat kekurangan, tidak diberi beban harus dan wajib membantu ortunya.
Namun, bukan berarti saya sebagai menantu yang suaminya jarang bantuin ortunya jadi bahagia. Kata siapa?
Jangan lupakan, saya tuh orangnya nggak enakan kelas universe!
Justru sejujurnya, saya merasa insecure berat plus malu, karena anak-anak mertua, justru anak perempuannya yang bisa diandalkan. Anak laki jarang, karena masih fokus ke keluarganya sendiri.
Dan karena itulah kadang saya bersikap keras ke suami, memintanya untuk lebih serius dalam mencari nafkah, karena dia punya orang tua dan banyak saudara wanita.
Sebagai seorang anak lelaki, sudah seharusnya dialah yang banyak membantu ortunya, namun karena keterbatasan rezeki, bahkan suami yang sering dibantu ortu dan saudara-saudaranya.
Jadi, kata siapa punya suami yang gajinya nggak dikasih ke ibunya adalah sebuah hal yang menyenangkan?
Buat saya malah hal itu bikin malu sih, apalagi kalau anak lelaki justru yang paling sering dibantuin ortunya.
Ya begitulah kehidupan, kadang masalah orang lain adalah sebuah hal yang diinginkan orang lain. Seperti masalah beberapa istri yang kesal ketika suaminya malah lebih mementingkan ibu dan keluarganya. Gajinya malah dikasih ke ibunya dulu, baru istrinya.
Sementara yang suaminya belum bisa rutin bantuin ortunya, malah istrinya jadi malu, hahaha.
Baca juga : Sikap Mertua Yang Jadi Sumber Pertengkaran Rumah Tangga
Kesimpulan dan Penutup
Gaji suami untuk istri atau ibu?.
Tentu saja istri yang utama, karena istri adalah tanggung jawab terbesar suami, di mana hal itu diucapkan sendiri melalui ijab kabul di depan Allah.
Sementara gaji suami untuk ibu juga jadi penting, ketika suami sudah memenuhi kebutuhan istri dan anaknya, serta kondisi ibunya memang benar-benar membutuhkan bantuan anaknya.
Sidoarjo, 09 Juni 2023
Sumber: Pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Demikian artikel tentang pembahasan masalah gaji suami untuk istri atau ibunya? semoga menginspirasi.
Nah, ini pertanyaan yang sulit dijawab Mbak.
ReplyDeleteKalau saya ambil mudahnya saja. Setiap bulan selalu saya kirim ke ibu. Walaupun tidak menjawab "yang mana yang mesti didahulukan", tapi secara kewajiban merawat orang tua bisa terpenuhi.
Salam,
Andai anak-anak mengerti bahwa menafkahi orang tua juga membuka pintu rezeki ya :)
DeleteMemang seharusnya anak cowok mendahulukan menafkahi istri dan anak2nya. Terlebih jika orang tuanya punya penghasilan yang cukup. Tapi ingat, selaku orang tua, menerima pemberian dari anak itu punya kebahagiaan tersendiri. Meskipun ujung2nya nenek/kakek ngasih jajan juga ke cucu2 jauh lebih gede dibanding dia terima dari sang anak.
ReplyDeleteSaya laki laki. Gaji saya perbulan diatas 50jt. Apakah saya salah memberikan 5jt perbulan utk ibu saya yg sudah rentah dan sdh tidak mampu utk mencari nafkah. Sebelum kami menikah, saya buat persyaratan ke istri saya. Apakah kamu bersedia menikah dgn saya. Krn tiap bulan saya harus memberikan 5jt kepada ibu saya. (Jika sy tetap bekerja) istri saya menjawab. Ohh tidak apa2. Tapi setelah menikah istri saya jadi keberatan. Memang wanita slalu merasa kekurangan.
ReplyDeleteTergantung background orang yang ditanya nih, buat menjawab pertanyaannya.
DeleteKalau bagi saya, gaji 50 Juta dan setiap bulan ngasih ke ibu 5 juta itu nggak masalah banget.
Karena kebutuhan saya dan anak-anak udah cukup dengan gaji tersebut.
Tapi, jangan lupa, saya mengatakan kebutuhan sudah cukup, karena uang sekolah anak saya nggak mahal-mahal amat, nggak punya cicilan rumah dan kendaraan atau apa aja.
Kalau bisa kasih saran sih, mending ajak istrinya bikin list keuangan bersama. Bisa jadi istrinya sekarang mengatakan gaji tersebut udah nggak cukup, karena pengeluaran juga udah lebih besar.
Kalau sebelum nikah kan, belum ada anak, jadi pengeluaran lebih sedikit. Nah yang jadi masalah, kalau udah ada anak, apalagi udah sekolah, terus suami masih menganggap pengeluaran sama aja, itu menyedihkan dong.
Jadi, emang salah satu solusi ya, sama-sama atur keuangan, susun rencana keuangan, biar kedua tahu berapa pengeluaran yang harus dihadapi
Mmmm.. ut kebutuhan keluarga di dalamnya sudah termasuk alokasi ut orang tua
ReplyDelete