Memilih Mertua yang Baik Bukan Hanya Suami yang Baik
Memilih mertua yang baik adalah hal yang penting. Sama pentingnya dengan memilih suami yang baik. Di mana hal ini masih sering diabaikan oleh para wanita, lalu berakhir dengan ngenes katanya punya mertua dzalim.
Entahlah saking ngenesnya, sampai-sampai banyak orang yang sibuk mencari bentuk azab mertua dzalim terhadap menantu. Jujur saya bingung, itu buat apa ya? buat nakut-nakutin mertua kah? hahaha.
Meskipun nggak semuanya, tapi kenyataannya, masalah mertua dinilai dzalim itu, bermula juga dari kesalahan menantu dalam bersikap di awal berkenalan, selain hal-hal lainnya tentunya.
Baca juga : Azab Mertua Dzalim Terhadap Menantu itu Nyata? Masa Sih?
Beberapa Kesalahan yang Sering Dilakukan Wanita Sehingga Tak Bisa Memilih Mertua yang Baik
Sering banget kita membaca banyak tulisan yang terbaca bijak, di mana tulisan tersebut menganjurkan tentang memilih suami atau pasangan yang tepat, tidak terburu-buru menikah dan asal pilih suami.
Tapi rasanya saya belum pernah baca ada tips atau anjuran agar wanita bisa memilih mertua yang baik. Entahlah para generasi sekarang mungkin berpikir, kalau kalimat,
"Ketika kau menikah, bukan hanya menikahi pasanganmu, tapi juga menikahi keluarga besarnya"
Hanyalah sebuah kalimat tak berarti.
Atau juga, banyak yang hanya peduli dengan pasangannya. Sehingga banyak yang terang-terangan menyindir mertua hingga keluarga suaminya di media sosial, di mana dia lebih memilih menghindar, nggak mau kumpul keluarga suami, demi kesehatan mentalnya.
Stop!
Jangan protes dulu wahai para wanita atau para istri. I know, tidak ada salahnya, bahkan keputusan tersebut bisa dibilang terbaik karena kesehatan mental itu penting.
Tapi, tahukah kita, kalau hubungan keluarga yang tidak baik itu, bisa jadi merupakan celah masalah buat rumah tangga kita.
Mungkin ada suami-suami yang nurut aja dan mengerti aja, ketika istrinya nggak mau berbaur dengan keluarganya. Tapi tidak semua suami bisa bertahan dengan keadaan tersebut. Apalagi jika memang sebelumnya suami tipe seseorang yang cinta keluarga.
Dan ketika hal itu dibiarkan terus menerus, akan menciptakan retakan makin besar, dengan efek samping masalah rumah tangga yang semakin besar.
Semua hal ini, bisa terjadi ketika wanita atau calon menantu, salah dalam memilih calon mertua, karena fokusnya hanya di calon suami aja, yaitu:
Baca juga : Sindiran untuk mertua yang ikut campur rumah tangga anaknya
1. Terlalu berlebihan mengambil hati calon mertua
Beberapa kali saya menuliskan tingkah laku saya sebagai calon menantu dulu, yang sebenarnya kalau dipikir-pikir, seharusnya nggak lulus ujian sebagai calon menantu.
Gimana enggak?
Dulu saya sering main ke rumah si pacar dong, tapi jarang banget bantu-bantu di dapur. Parahnya lagi, pernah saya ke rumah si pacar, bukannya bantuin di dapur malah sibuk main PS sama si pacar, astagah, hahaha.
Mungkin calon mertua saya dulu kesal dan males banget sama saya, wajar sih. Tapi bukan itu sebenarnya poinnya.
Saya ingin menunjukan bahwa calon mantunya ini nggak pinter di dapur, agar calon mertua tahu kelemahan saya apa? Dan agar calon mertua bisa menentukan sikap sebelum saya resmi jadi menantunya.
Kalau calon mertua nggak setuju sama saya, ya udah nggak akan saya paksain.
Nah berbeda dengan beberapa wanita yang setidaknya pernah saya ketahui dengan pasti.
Para wanita tersebut, ke rumah calon mertua mati-matian banget mengambil hati calon mertuanya, dengan berbagai hal.
Mulai dari sering bawain sesuatu kalau berkunjung, sering kasih hadiah, bahkan ada yang sering kasih duit. Ada juga yang ngedate tapi ajak calon mertua.
Di rumah camer pun mati-matian banget melakukan banyak hal, demi merebut hati mertua. Mulai dari bantu-bantu pekerjaan yang bahkan mungkin dia nggak suka atau enggak menguasai, terutama di dapur.
Bahkan ada loh calon menantu yang rela begadang demi bantuin calon mertuanya melakukan sesuatu. Padahal di rumahnya dan ketika sama ibunya, boro-boro dah mau melakukan hal itu, hahaha.
Loh, emang apa salahnya, Rey? Bukannya bagus kek gitu?
Iya sih, bagus sih sebenarnya, karena menunjukan bukti perjuangan calon menantu demi restu camer-nya.
Akan tetapi, sisi buruknya adalah, mertua jadi terbiasa dengan kebaikan calon menantu tersebut. Dan sampai akhirnya calon menantunya menikah serta punya anakpun, si mertua masih berharap si menantu tidak pernah berubah.
Masih rajin di dapur, rajin belikan oleh-oleh, rajin kasih duit, rajin ajak jalan-jalan ngedate. Padahal kan setelah menikah, apalagi setelah punya anak ya, kebutuhan meningkat kan ye.
Kalau menuruti keinginan mertua terus, manalah memungkinkan.
Lalu mertua kesal karena menantunya berubah, dan lama-lama jadi nggak bersikap baik kepada si menantu. Lalu terciptalah sebutan mertua dzalim.
Padahal semua itu adalah efek dari sok baiknya.
Baca juga : Kata-Kata untuk Mertua yang Terasa Menyebalkan
2. Memaksakan hubungan meski tahu calon mertua tidak welcome
Sering banget membaca curhatan,
"Bun, mertua aku kok jahat banget ya, iya sih emang dari awal mertua nggak suka dan nggak setuju sama aku, tapi kan sekarang udah nikah!"
Saya bilaik, hanya geleng-geleng kepala saja.
Lah itu udah tahu jawabannya, mertuanya jahat karena emang nggak suka bahkan nggak setuju sama dia. Terus kenapa memaksakan hubungan jika memang tahu mertua nggak welcome, lalu setelahnya merasa ngenes sendiri?.
Lalu, gimana kalau emang sudah jodohnya, Rey?
Lah kalau gitu kan emang udah konsekwensi, nggak perlu lagi mempertanyakan mengapa mertua jahat, mending sibukin diri untuk tetap baik ke mertua, doakan agar hatinya dilembutkan dan jadi baik ke menantunya.
Bahkan seandainya di awal hubungan, mertua nggak suka dan nggak setuju, tapi suami nggak mau pisah dan maksa untuk terus melanjutkan hubungan. Sebijaknya untuk tetap mempertimbangkan masalah mertua yang tidak suka itu.
Karena kita nggak tahu ke depannya, kenyataannya hati manusia bisa berubah. Hati ortu aja bisa berubah terhadap anaknya, apalagi hati anaknya orang kan ye?
Banyak terjadi, sudah tahu calon mertua nggak welcome, tapi karena cinta mati sama anaknya, apalagi anaknya memaksa, tetap aja dilanjutkan.
Eh siapa sangka, entah mungkin memang yang namanya pernikahan tanpa restu itu selalu terombang ambing, si suami ternyata nggak cukup kuat iman untuk bertahan.
Hasilnya? dia malah memihak ortunya, dan membiarkan ortunya mengintimidasi dengan jahatnya kepada sang menantu.
Kalau udah gitu siapa yang rugi?
Baca juga : Menghadapi Mertua dalam Mengasuh Anak
3. Tidak bisa menempatkan diri dengan benar
Nah ini juga banyak terjadi, sudahlah menyadari kondisi suaminya di mana ketika menikah harus tinggal di rumah mertua, tapi maunya sesuka hati pulak alias tidak bisa menempatkan diri dengan benar.
Yang namanya tinggal di rumah mertua kan biar kata itu mertua, tetap saja numpang. Bahkan jangankan mertua ya, beberapa orang tua juga jadi terlihat jahat dan pelit, ketika anaknya masih numpang tinggal di rumahnya, padahal sudah menikah dan punya anak.
Ditambah anaknya nggak bisa menempatkan diriny dengan benar pulak, udah tahu numpang tapi maunya semau dirinya.
Maunya bermalas-malasan, bangun siang, sementara ortu atau mertuanya nggak suka hal itu. Ya kalau kita numpang di rumah orang, mau nggak mau kita wajib ikutin aturan di rumah orang tersebut. Nggak bisa tuh kita maksain kemauan diri kita.
Kalau nggak mau, ya udah jangan tinggal di rumah mertua kan ye.
Dan untuk ini, jangan lengah, seharusnya disepakati sejak sebelum menikah.
4. Menganggap mertua seperti ibu sendiri
Last but not least, yang paling sering salah kaprah adalah, jangan menganggap mertua seperti ibu sendiri.
Kalau ibu kita orangnya santai, kita mau malas-malasan, santai dalam keberantakan, bangun siang, dan semua itu nggak masalah. Sementara ibu mertua berbeda dari itu, jangan berani-berani menyamakan ibu mertua dengan santai aja malas-malasan, kayak sedang berhadapan dengan ibu sendiri.
Cari masalah itu beibih!
Baca juga : Jangan Anggap Ibu Mertua Sebagai Ibu Kandung Sendiri
Tips Memilih Mertua yang Baik
Punya mertua yang baik itu penting banget, demi kebahagiaan dan meminimalisir masalah rumah tangga dalam pernikahan.
Dan seperti bagaimana wanita sebijaknya lebih hati-hati memilih pasangan yang tepat dan baik, jangan lupa juga untuk memastikan bahwa mertua kita pun baik.
Dan kita bisa memilih mertua yang baik kok, dengan beberapa usaha yang tak berlebihan, seperti:
1. Jadilah calon menantu yang punya value
Tidak perlu harus cantik banget, harus kaya banget, namun pastikan kita adalah wanita yang punya value atau menjadi wanita yang punya nilai atau kelebihan.
Misal, kalau nggak pintar masak, ya pastikan punya kelebihan lain yang bisa bermanfaat. Jangan hanya bermodal cinta (sementara) dari suami aja.
Si suami cinta mati sama aku, meski aku malas di dapur, aku juga nggak bisa kerja, nggak bisa cari uang, yang jelas suami wajib meratukan aku.
Mungkin bisa sih, tapi akan bertahan seberapa lama sih perasaan suaminya?, lalu ketika suami berubah, mertua yang memang tidak menemukan kelebihan menantunya, akan kehilangan alasan untuk membujuk anaknya mempertahankan hubungannya.
Baca juga : Mertua Menantu Tak Akur, Salah Siapa?
2. Tak perlu berlebihan mengambil hati calon mertua, yang penting tetap sopan
Sebijaknya nggak perlu mati-matian dan berlebihan dalam mengambil hati calon mertua, seperlunya saja. Dan jadilah diri sendiri, sehingga mertua tidak berekspektasi lebih ke menantu, yang mengakibatkan menantu kesulitan akan ekspektasi tersebut.
Namun, jangan pernah lupakan sopan santun terhadap orang tua, di mana saat ini memang bisa dikatakan hal ini udah makin mengabur bersama faham dan modernisasi berlebihan dalam kebebasan masa kini.
3. Tidak memaksakan hubungan jika calon mertua memang tidak welcome
Menikah, tak akan bisa bertahan lama, jika hanya menikahi pasangan kita. Wajib menikahi keluarganya juga. Sering banget kita liat pasangan yang selalu bermasalah dalam pernikahannya, kalau ditanya awal menikah, rata-rata punya masalah akan restu salah satu pihak ortu atau mertua.
Karenanya akan lebih bijak jika wanita sebaiknya tidak memaksakan hubungan jika memang calon mertua terlihat tidak welcome menerima menantunya.
4. Tahu menempatkan diri dengan bijak
Dan yang terakhir adalah selalu jadi seseorang yang tahu menempatkan diri dengan bijak, tahu diri, di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung.
Jangan memaksakan kenyamanan diri, jika memang kita menumpang di rumah mertua.
Baca juga : Menantu Perempuan yang Selalu Disalahkan
Kesimpulan dan Penutup
Memilih mertua yang baik itu penting, sama pentingnya seperti memilih pasangan atau suami yang baik. Karena jarang banget ada rumah tangga yang adem ayem selalu, jika menikah tanpa restu.
Bukan hanya itu, salah pilih mertua, jadilah terjebak dalam situasi tersakiti mertua yang dzalim. Meskipun, kadang juga mertua dzalim karena dari sononya punya masalah mental ya.
Namun, tidak ada salahnya kan, untuk meminimalisir permasalahan mertua menantu yang tidak akur ketika sudah menikah.
Sidoarjo, 02 Juni 2023
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Demikian artikel tentang pentingnya memilih mertua yang baik, bukan hanya suami yang baik, semoga menginspirasi.
Terima kasih untuk tip parentingnya buat saya yang baru melangkah menitih rumah tangga , dan sehat selalu buat kak Rey dan keluarga
ReplyDeleteSama-sama, semangat :)
DeleteHai mba Rey, aku setuju dengan artikel ini. Memilih suami juga sepaket dengan keluarganya. Pasangan dibesarkan dengan lingkungan & didikan yang berbeda dengan keluarga kita. Jadi tentu kita harus menerima perlakukan pasangan dan keluarganya. Sebelum menikah, ada baiknya mengerti bagaimana pasangan bersikap dengan keluarganya. Itu sih yang aku terapkan sebelum menikah agar tak salah langkah ataupun menyesal kemudian.
ReplyDeleteBanyak cerita, termasuk dari circleku sendiri jika mereka tidak akur dengan keluarga pasangan,ataupun kurang dekat dengan problematika masing-masing. Alhamdulillahnya aku mendapatkan keluarga pasangan yang welcome dan mertua yang alhamdulillahnya seperti ibu kandungku sendiri. Begitu sayangnya.
Semoga yang akan menikah, mendapatkan mertua yang baik untuk kehidupan keluarganya kecilnya kelak. Yang telah menikah, semoga tidak mengalami hal-hal yang tidak enak dengan mertuanya. Dan yang mengalami konflik dengan keluarga pasangannya semoga cepat terselesaikan dan bisa menjadi the real keluarga meskipun tidak sedarah.