Jika Ibu Sering Membentak Anaknya, Beri Pelukan, Bukan Teori dan Nasihat
Jika ibu sering membentak anaknya, sebenarnya yang dibutuhkan itu adalah pelukan, bukan teori dan nasihat. Yang saya sih yakin, nggak semua bahkan sangat sangat sedikit ibu bisa mempraktikannya.
Hal ini terpikirkan, karena akhir-akhir ini saya sering marah ke anak-anak, membentak mereka, bahkan ucapan kasar tertuangkan kepada mereka.
Sedih sebenarnya, dan saya sangat tahu apa dampak bagi anak yang selalu dibentak. Namun saya terpaksa membentak mereka, karena selalu berusaha menjaga agar tidak menyakiti fisiknya.Beberapa ibu mungkin beranggapan, mendingan anak dipukul ketimbang dikasari dengan kata-kata, karena anak pasti mengingat semua ucapan buruk orang tuanya.
Tapi buat saya, sejujurnya saat marah saya pengen kabur jauh-jauh, biar nggak menyakiti fisik anak, juga nggak membentak anak, sayang nggak bisa.
Dan saya sangat menghindari memukul anak, karena entah mengapa tenaga saya tuh seringnya tidak terkontrol, bahkan bisa menang dorong-dorongan dengan papinya anak-anak ketika berantem, saking tenaga terlalu kuat.
Tauk deh, saya kadang berpikir ketularan Hulk betina, hiks.
Dan itulah mengapa, saya takut banget menyakiti fisik anak, takut kebablasan di tubuh kecil mereka, hiks.
Baca juga : 9 Cara Mengajarkan Anak untuk Mengelola Emosinya
Semua Ibu, Sejatinya Tahu Dampak Buruk Membentak Anak
Mencoba googling dengan keyword 'ibu membentak anak', dan tersenyum miris ketika hasil pencarian yang tertera di page one google dan seterusnya, hanyalah dipenuhi oleh artikel 'Dampak Buruk Membentak Anak'.
Semua dampak buruk yang akan dialami anak, ketika mendapat bentakan itu, tertera di sana, dijelaskan secara gamblang.
Dan saya pikir, ketika ada gambaran seorang ibu membentak anaknya, lalu dilihat atau didengar orang lain, atau mungkin terekam dan tersebar di media sosial. Di jamin semua orang akan menghujat dan menasihati sang ibu dengan teori yang persis tertulis di kolom pencarian Google.
Padahal ya, saya yakin banget, hampir semua ibu di zaman sekarang tuh sangat tahu dan mengerti, tentang dampak buruk dari membentak anak.
Kenapa masih dilakukan?
Jawabannya, karena yang bilang ibu adalah malaikat itu hoax! hehehe.
Karena ibu juga manusia biasa, di mana dia juga bisa merasakan kelelahan, sehingga rentan akan rasa stres berkepanjangan. Terlebih jika memang tak ada yang bisa memberikan tempat untuk berbagi rasa lelah.
Yang terjadi adalah, hampir semua ibu tuh berjuang dengan rasa lelah, stres, hingga penyesalannya yang tak kunjung berakhir.
Justru nasihat-nasihat dan penghakiman orang lain terhadap sikapnya, hanya akan membuat seorang ibu menjadi lebih stres, dan lebih intens kemungkinannya membentak anak. Semua itu, karena rasa bersalah ibu, membuat stresnya bertambah, dan juga bisa berujung depresi pada ibu.
Lalu, gimana sih sebaiknya kita bersikap jika melihat seorang ibu sering membentak anaknya, atau mengasari anak-anaknya?
Salah satu caranya adalah, mencari tahu penyebab ibu sering membentak anak, dan memberikannya dukungan, bukan nasihat apalagi teori parenting yang seringnya tak melihat situasi dan kondisi seorang ibu itu.
Baca juga : Teori Parenting Modern kadang Bikin Ibu Makin Stres
Penyebab Ibu Sering Membentak Anaknya
Menurut opini dan pengalaman saya, salah satu penyebab terbesar dari masalah ibu yang membentak anaknya adalah, karena kebutuhan ibu tidak atau kurang terpenuhi.
Kenyataan, marah atau emosi marah itu adalah normal adanya. Justru kalau ada ibu yang nggak pernah marah, wajib diperhatikan tuh, jangan-jangan udah sampai level psikopat, hahaha.
Namun, memang sebaiknya semua orang, khususnya seorang ibu bisa memanajemen emosi marahnya, sehingga minim efek buruknya.
Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami penyebab seorang ibu yang sering membentak anaknya, di antaranya:
1. Kurangnya kebutuhan istrahat yang cukup
Wah ini nih penyebab nomor wahid mengapa saya jadi mudah banget tersulut emosi negatif, berujung membentak anak-anak.
Ngantuk, kurang tidur, dan lelah banget.
Sejak bertahun-tahun, terhitung sejak si Adik lahir dan papinya berubah kali ya, saya hampir tidak pernah lagi merasakan yang namanya tidur dengan normal.
Bisa tidur 4 jam dengan lelap aja itu udah amat sangat bersyukur dan jarang terjadi. Saking sering menjalani hidup kurang tidur, jadinya kayak udah di-set aja gitu. Hingga saya hanya bisa tidur lelap paling lama ya 3 jam.
Lebih dari itu ya pasti udah kebangun, alias dipaksa tidur pun, udah nggak bisa terlelap.
Padahal, menjadi single fighter mom itu amat sangat wajib tidur cukup. Karena anak-anak hanya bergantung pada maminya seorang.
Tapi, kondisinya emang harus kurang tidur, gimana lagi, mau nggak mau hanya bisa belajar lebih keras mengatur waktu sebaik mungkin. Dan memanajemen kondisi tubuh, biar bisa mengurangi efek buruk marah dan membentak anak.
Baca juga : Ibu Berhak Mengeluh Ketika Lelah
2. Punya suami, tapi berasa tak punya
Kalau poin 1 di atas tuh, lelahnya adalah lelah fisik karena kurang tidur, kurang istrahat, sementara semua hal harus dilakukan seorang diri.
Di poin kedua ini masih berkaitan dengan rasa lelah atau capek juga, namun lebih ke mental.
Yup, punya suami, tapi berasa nggak punya suami. Harus menafkahi diri sendiri, harus mengurus anak-anak sendiri. Semua hal diputuskan sendiri, anak-anak kekurangan nafkah dari papinya harus saya tutupin meski jungkir balik sendiri.
Sumpah capek banget nget nget nget!
Tapi ya memang nggak ada pilihan lain, jadi dijalani saja sambil berdoa, agar Allah memberikan saya hadiah hidup yang berkah, berkecukupan, anak-anak sehat dan bisa sekolah setinggi-tingginya, dan punya suami yang benar-benar melengkapi dan menjadi sahabat terbaik dalam menghabiskan usia di dunia ini.
Aamiin...
Ya meskipun, pola pikir selalu dipaksa seperti itu. Tidak dipungkiri, ada juga waktunya pola pikirnya kalah dengan over thinking negatif, khususnya ketika bertepatan dengan rasa lelah karena kurang istrahat.
Ketambahan masa-masa mendekati masa period seorang wanita, udah deh, kelar banget saya jadi mama Leo yang mengaum bikin insecure si Leo beneran di zoo, hahaha.
3. Ekonomi yang sulit
Faktor ini biasanya tambahan sih ya, karena menurut saya, sesulit apapun ekonomi seseorang, akan terasa baik-baik saja, jika kebutuhan fisik berupa istrahat dan mentalnya baik, terpenuhi.
Iya, tahu banget kalau kebutuhan diri itu seringnya butuh ekonomi juga, tapi semuanya bisa diusahakan, jika mental dan fisik kita bersiap dengan baik untuk menjemput rezeki.
Nah, kebayang nggak sih, udahlah poin 1 nya kurang, poin 2 juga ada, ketambahan poin 3.
That's si MamiRey punya kondisi banget, hahaha. Dan emang sih, saya jadi muter-muter aja di bagian itu.
Ekonomi kurang, jadi saya harus bekerja keras agar anak-anak tidak perlu merasakan kekurangan terus. Sementara, tanpa mencari tambahan ekonomi saja, saya udah terlalu lelah harus mengurus dan mengerjakan semuanya seorang diri.
Ketambahan, masih tercatat punya suami loh padahal, tapi nggak punya suami, semua diurus dan diputuskan sendiri.
Ya...ya...ya... begitulah, hehehe.
Baca juga : Suami Tak peduli Perasaan Istri, Begini Menyikapinya
Hal-Hal yang Ibu Butuhkan Ketika Marah dan Membentak Anaknya
Tidak ada seorang ibu yang sehat jiwa raga dan normal di dunia ini, yang dengan sengaja mau membentak anaknya. NO, NEVER!
Saya sangat yakin akan hal itu.
Karena anak adalah milik Tuhan, dan Dia tidak mungkin asal memilih ibu untuk menitipkan milik-Nya, kalau bukan ke ibu yang luar biasa hebat, ye kan?
Tapi, kenyataannya banyak banget loh di zaman sekarang, para ibu yang terlihat seperti 'bukan ibu'.
Dari yang terlihat sering memarahi anak, sering mencubit anak, sering membentak anak, sampai yang terlihat kayak nggak peduli sama anak.
Ya tentu saja banyak, tapi percayalah, mereka adalah ibu yang nggak normal. Ibu, normalnya adalah sosok yang luar biasa. Sayangnya kondisi membuat mereka jadi tidak normal.
Karenanya, ketika melihat atau mendengar serta mengetahui ada ibu yang sering membentak anaknya. Tutup deh mulut kita sebentar, tahan jari penghujatan di medsos-nya.
Karena, ibu-ibu yang nggak normal sampai membentak anaknya itu, hanya butuh:
1. Diberi pelukan atau bahu untuk bersandar
Betapa rindunya saya diberi pelukan erat yang menenangkan. Diberi bahu untuk bersandar. Rasanya kalau nemu hal demikian, semacam seperempat beban terangkat dari diri ini.
Kangen banget bisa merasa tenang di pelukan seorang sahabat, atau setidaknya bisa bersandar melepas lelah yang menghimpit.
2. Diberi telinga untuk didengarkan
Tidak ada satu orang manusia di dunia ini yang tidak butuh didengarkan, bahkan anak kecil pun. Apalagi seorang ibu yang pikirannya sudah nyaris meledak oleh berbagai hal yang ingin dia sampaikan.
Bahkan, menurut teori saja, seorang wanita butuh mengeluarkan 20 ribu kata setiap harinya. Maka nggak heran kalau ada ibu-ibu yang suka curhat nggak jelas ke suaminya, bahkan bawang merah di pasar naik seribu saja diceritakan dengan penuh antusias.
Apalagi jika seorang wanita punya uneg-uneg yang besar dalam hatinya?. Yang bikin dia jadi sulit mengontrol emosi negatifnya dengan baik.
Sungguh, telinga pendengar jauh lebih dibutuhkan dari, yang bahkan sebenarnya adalah penghakiman berkedok nasihat
Baca juga : Sulitnya Fokus mengasuh Anak Bagi Ibu Zaman Now
3. Divalidasi perasaannya
Selain semua manusia butuh didengarkan, juga tak kalah pentingnya adalah, semua manusia tuh butuh di validasi perasaannya.
Lagi capek, diakui kalau memang benar jika merasa capek. Lagi sedih, diakui kalau memang pantas merasa sedih. Lagi kecewa, diakui kalau memang tidak salah dia merasa kecewa.
Apalagi para ibu yang sudah dipenuhi beban lahir batin, ketambahan mengurus anak yang tingkahnya masya Allah aktifnya.
Jika sang ibu merasa lelah akan hal itu, dia sungguh butuh ada orang yang meng validasi perasaannya itu benar. Bahwa wajar dia merasa lelah, karena yang dia lakukan memang tidak mudah.
Bukannya malah disuruh bersyukur, kagak nyambung cui!
4. Dibantuin agar bisa sejenak istrahat yang cukup
Nah, jika memang benar-benar peduli, maka satu hal yang bisa dilakukan ketika melihat seorang ibu sering marah dan membentak anaknya adalah...
Bantuin dong!
Jagain anaknya sebentar kek, biar si ibu bisa sejenak beristrahat dan kembali punya tenaga dan semangat mengurus semuanya lagi.
Atau bisa juga membelikan hal-hal yang dia sukai, belikan es krim kek, gojekin Matcha Latte nya Chatime kek *loh? hahaha.
Intinya, ibu sangat butuh bantuan langsung demikian, ketimbang dikasih nasihat dan teori, basi tau nggak sih itu, hahaha.
Kesimpulan dan Penutup
Saya yakin, semua ibu yang sering membentak anaknya, akan selalu berujung pada penyesalan, meskipun setelahnya, ya diulangi lagi.
Karena, tidak ada ibu yang tega bahkan melihat seekor nyamukpun menggigit anaknya. Semua ibu tak bisa menggambarkan, betapa cintanya mereka kepada anaknya.
That's why Tuhan menitipkan milik-Nya kepada mahluk bernama ibu itu.
Hanya saja, semua ibu, tetaplah seorang manusia biasa, yang punya rasa lelah fisik dan mental. Sehingga tak jarang, ibu marah dan membentak anaknya.
Jika sudah seperti itu, berikan saja pelukan, bukan teori ataupun nasihat yang sebenarnya sudah ibu ketahui.
Surabaya, 30 Agustus 2023
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Post a Comment for "Jika Ibu Sering Membentak Anaknya, Beri Pelukan, Bukan Teori dan Nasihat "
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)