Bagiku Cara Parenting-ku dan Bagimu Cara Parenting-mu
'Bagiku cara parenting-ku dan bagimu cara parenting-mu!"
Kalimat tersebut menjadi sebuah prinsip hidup yang saya terapkan, demi menjaga kewarasan diri di masa kini.
Terlebih karena profesi saya mengharuskan sering-sering berada di media sosial atau online. Dan seringnya mempertemukan saya, dengan kelakuan banyak orang yang aduhai buat saya, khususnya.
Sebenarnya fenomena ini bukan hanya terjadi di media online sih, dalam dunia nyata juga banyak. Tapi, mungkin karena saya jarang banget bersosialisasi, jadinya bisa dikatakan jarang berhadapan langsung dengan momen nyebelin ketika cara parenting saya dikritik.
Ketika Banyak Ibu yang Suka Mengkritik Cara Parenting Ibu Lainnya
Sejujurnya, saya tuh bingung loh, entah mengapa ya, kebanyakan orang, khususnya ibu-ibu, begitu tertarik mengajari orang lain tentang parenting-nya.
Bahkan nih ya, orang-orang yang belum punya anak, ikut-ikutan mengajari orang lain tentang parenting.
Maksudnya gini loh, hal itu memang baik (jika memang ilmu parenting yang di-share ke orang lain adalah benar.
Tapi kan, nggak perlu sampai sepeduli itu, sampai-sampai udah kayak nyetir ibu lain untuk ikut cara parentingnya.
Bukan hanya mengkritik dan mengajari dengan ngebet amat. Meng-judge parenting ibu lainnya juga, udah kek suatu hal yang super penting banget buat kebanyakan ibu-ibu.
Coba deh liat konten-konten tentang parenting, atau ketika ada ibu yang share kesehariannya mengasuh anaknya. Di antara komentar biasa, selalu terselip komentar kritikan.
Apalagi kalau ada yang curhat tentang anaknya, atau ada kejadian ibu memarahi anak, menghukum anak.
Duh, masya Allah.... pasukan 'ibu-ibu maha sempurna', auto bermunculan di kolom komentar.
"Anak itu manusia, jangan menyakiti anak!"
"Harusnya begini, jangan digitukan!"
"Ibu macam apa ini, bla..bla..bla..!"
Dengan sepotong video dari netizen kurang kerjaan, sudah lebih dari cukup bikin mental si ibu bakalan down sampai ke titik akhir.
Tanpa mereka sadari, kalau mereka juga ibu, bisa jadi kondisi ibu yang mereka hakimi itu, bakalan terjadi pada mereka. Giliran itu terjadi, nggak ada yang pada sadar dong, malah sibuk nyalahin dunia, wkwkwkwk.
Iya, tau sih, perempuan emang suka gitu, nggak mau disalahkan, tapi gemar menyalahi orang lain.
Tapi, plis lah... ke manakah gerangan woman support woman itu?. Harusnya mom support mom juga lebih didukung kan ye.
Menurut saya, semua ibu tuh luar biasa, terlepas dari kondisi fisik dan mentalnya sehingga menjadikannya tidak bisa 100% mengikuti teori parenting dari para (who called) pakar parenting itu.
Dan saya pikir, semua ibu juga cerdas, tau mana yang terbaik untuk anaknya. Dan semua ibu pastinya menginginkan yang terbaik untuk anaknya, meski tak semua bisa mencontoh teori parenting karena kondisinya.
Jadi, mengkritik cara parenting ibu lain, seharusnya sih boleh-boleh saja. Asalkan dengan bahasa yang baik dan sopan. Dan nggak perlu repot kesal ketika si ibu lain itu nggak mau atau belum bisa mengikuti nasihat parenting kita. Ye kan, kondisinya beda.
Ibu, Seburuk Apapun, Dia yang Terbaik untuk Anaknya
Mau sebagus apapun teori dan cara parenting kita dibanding ibu lainnya (menurut kita ya), tetap saja kita bukanlah ibu yang baik untuk anaknya ibu lain.
Antar anak shalat Jumat, dilakukan sendiri juga |
Ye kan! emang kita mau ambil alih peran si ibu lainnya mengasuh anak-anaknya?
Emang pada mau, mengurus anaknya orang lain?
Enggak dong pastinya! Kalau iya, kagak mungkin ada anak-anak terlantar di jalanan. Pasti para ibu yang 'super sempurna' itu dengan gaya kepahlawanan, akan mengambil anak-anak itu, dan mengasuhnya dengan cara parenting terbaik, termasuk membiayai hidupnya.
Nggak kan?
Bayangkan, jika ibu yang kita pikir nggak pantas jadi ibu, karena dia tidak mengasuh anaknya sesuai teori parenting yang kita ajarkan, itu akhirnya depresi dan nggak bisa mengasuh anaknya sama sekali.
Terus anaknya diasuh siapa? si ibu-ibu yang maha sempurna itu?
Pret lah.
Punya satu atau dua anak aja, udah ngos-ngosan. Pengen me time lah, healing lah. Tapi susah karena ada anak-anak yang harus diurus. Gitu mau nambah dengan urusin anaknya orang, kan ye?
Jadi, begitulah, seburuk apapun ibu lainnya di mata kita, dia tetap terbaik karena masih mengurus anaknya, ketimbang kita yang cuman modal kritik doang.
Bagiku Cara Parenting-ku dan Bagimu Cara Parenting-mu
Sebagai ibu yang super rempong, single fighter mom pulak!. Jujur saya sensitif terhadap kritikan.
Jadi, kalau ada yang berani kritik cara parenting saya, auto saya minta alamatnya, buat kirim anak-anak saya ke rumahnya. Nggak lupa saya bekali jadwal anak-anak, serta tagihan uang sekolah, uang jajan, uang transport, uang kebutuhan pribadi anak-anak.
Anak-anak saya, harus diasuh oleh yang kritik cara parenting saya, dengan output:
- Harus disiplin dan konsisten shalat 5 waktu tepat waktu, jangan lupa shalat subuh adalah saat paling menantang, apalagi pas bulan ramadan? ngehek atur waktunya, agar anak bisa seimbang antara ibadah lancar, kondisi tubuh juga fit dengan tidur yang cukup.
- Harus disiplin mengikuti jadwalnya, ada jam tidur, ada rutinitas sebelum tidur seperti ngaji dulu, gosok gigi dengan sebersih mungkin, dan lainnya.
- No gadget di weekday, dan wajib bisa mengkondisikan agar si Kakak bisa patuh tidak kelebihan pakai gadget di weekday (dia harus bawa gadget ke sekolah karena seringnya pakai ojek online).
- Anak tidak boleh merugikan orang lain.
- Anak harus pandai menempatkan diri agar tidak dirugikan orang lain.
- Dan masih banyak hal-hal yang menjadi catatan dalam mengasuh anak.
Gimana? mau? wkwkwkwkw.
Membiasakan anak shalat sejak dini, mamaknya sendiri yang ajarin, bukan tetangga *eh |
Btw, segala hal dan target parenting yang saya lakukan itu, dikerjakan sendiri loh. Sambil nulis blog dengan target 2 tulisan setiap hari, serta aktif di medsos.
Belum ketambahan masak, nyuci setiap hari, beberes rumah.
Harus peduli dengan kesehatan tubuh, karenanya waktu tidur juga harus cukup. Sementara waktu saya dengan ibu lain setiap hari tuh sama, 24 jam.
Kebayang nggak sih, betapa harus super disiplinnya saya menjalani hari-hari. Betapa butuhnya saya akan anak-anak yang bersahabat dengan kondisi maminya ini.
Karenanya, cara parenting saya cenderung tegas dan terlihat galak. Yang mana tentunya ini akan menjadi masalah, kalau dilihat orang lain.
Meski demikian, bukan berarti saya menutup mata akan ilmu-ilmu parenting yang ada ya. Tidak!.
Saya tetap selalu belajar, belajar dan belajar mengasuh anak dengan baik. Namun memang tidak bisa mengikuti semua teori dan cara parenting yang ada.
Karena kondisi saya tidak seperti ibu lain, yang bisa fokus urus anak, atau ada suaminya yang ikut bersama mengurus anak-anak. Se-simple misal ketika subuh, ketika ibunya sibuk menyiapkan sarapan, ada ayahnya yang membangunkan anak-anak, mengajak mereka shalat subuh.
Atau ketika bulan ramadan misalnya, ketika si ibu rempong kejar-kejaran dengan waktu imsak, menyediakan menu makanan sahur. Ada sang ayah yang mengurus anak-anak, membangunkan mereka yang we all know susahnyaaaa minta ampyun.
Di kondisi saya?
KAGAK!
Saya sendiri dong yang masak, ya bangunin anak-anak, ya bersabar dengan susahnya bangunin anak-anak. Sehingga tidak jarang, saya meraung pagi-pagi, hahaha.
Karena itu pula, saya menutup telinga rapat-rapat dengan cara parenting orang lain. Saya nggak suka diajarin, tapi dengan senang hati dibantuin, wkwkwkw.
Saya yang memutuskan, cara parenting apa yang bisa saya adopsi untuk diterapkan dalam pengasuhan anak-anak. Karena hanya saya yang benar-benar tahu kondisi diri sendiri dan anak-anak serta keluarga.
Dan mungkin karena itulah, saya selalu menutup mata dan tak lupa mendoakan agar ibu lainnya juga diberikan kekuatan dalam mengasuh anak-anaknya.
Saya sangat paham, jika ada ibu yang ngamuk dan menghukum anaknya. Bahkan, ketika satu dunia menghujat dan menghakimi Ruby Franke, seorang ibu dari Amerika, mantan YouTuber yang ditangkap dan didakwa dengan tuduhan menjahati anak-anaknya. Saya tetap memahami, karena tidak mudah menjadi seorang ibu, apalagi ibu dari 6 anak.
Bagi saya, selama orang lain tidak berkontribusi langsung terhadap pengasuhan anak-anak saya.
No! Bagiku cara parenting-ku dan bagimu cara parenting-mu!
Demikianlah, how about you, parents?
Surabaya, 03 Januari 2023
#RabuParenting
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Yes. Tiap keluarga beda cara parentingnya karena beda keadaannya. Yg penting tujuannya sama: anak jadi sehay, cerdas, beradab, dan beriman.
ReplyDeleteDulu pas Saladin baby aku malah lebih galak wkwk. Harus ASI, mpasi homemade, dll.
Betul say, nggak perlu memaksa orang lain harus sama dengan cara kita yak :D
Delete