Ibu, Istri atau Anak dan Urutan Prioritas Bagi Kebanyakan Lelaki
Ibu, istri atau anak dan urutan prioritas bagi kebanyakan lelaki menjadi pembahasan yang lumayan trending di medsos, khususnya TikTok dan instagram.
Banyak orang yang membahas hal viral tersebut, baik dijadikan konten, maupun hanya sekadar berpartisipasi dalam kolom komentar.
Dan kebanyakan komentar adalah, menghujat para lelaki yang lebih menempatkan istri di posisi paling bawah prioritas mereka.
Hal ini semakin viral, ketika seorang artis terkenal Indonesia, Cinta Laura, membahas hal yang sama.
"Cowok-cowok ditanya, dari 1 sampai 3, 1 paling penting, dan 3 paling ga penting, pilih antara anak kamu, you'r daughter, sorry, anak cewek kamu, istri kamu dan mama kamu?. Hampir semua jawab, mama dulu atau anak dulu, pokoknya cenderung, istri selalu terakhir!"
Karuan saja komentar pedas para wanita, baik yang berstatus istri maupun belum jadi istri menghujat laki-laki dengan pikiran seperti itu.
Viralnya Urutan Prioritas antara Ibu, Istri dan Anak
Bukan hanya karena pembahasan Cinta Laura tentang prioritas paling utama para lelaki. Beberapa akun yang menayangkan wawancara iseng dengan beberapa lelaki, lalu kemudian jawaban si lelaki yang terbilang blak-blakan di highligh secara berlebihan, sontak saja konten tersebut sukses mencuri perhatian banyak netizen.
Contohnya sebuah akun @CONDfe menayangkan salah satu konten mereka tentang urutan skala prioritas antara ibu, istri dan anak.
Jawaban seorang pria yang terkesan blak-blakan sukses mencuri perhatian netizen untuk dihujat, hahaha.
"Sebagai laki-laki yang taat ya gaes, dan ada juga hukumnya di Islam juga, jadi perempuan itu nggak boleh komen kalau misalnya suami itu nanti lebih-lebih ke ibu, ibu dan ibu gitu. Karena memang hukumnya kayak gitu!"
Sontak saja, komentar dia tentang 'perempuan itu nggak boleh komen', sukses mendatangkan hujatan dari banyak wanita.
Kebanyakan bersyukur kalau si lelaki bukanlah suaminya, sebagian juga mendoakan agar pasangan si lelaki itu bisa sabar dan menerima pola pikirnya.
Saya yang membaca komen-komen tersebut tersenyum-senyum sendiri. I mean, bisa-bisanya orang-orang sedemikian terpancingnya sama sebuah konten seperti itu.
Ye kan, biarin aja ada yang berpendapat demikian, kalau nggak setuju kan, nggak masalah. Toh itu bukan suami atau pacar kita kan ye, hahahaha.
Tapi yang namanya medsos ya, nggak bakal menarik kalau nggak ada yang namanya perdebatan panjang. Terserah deh mau nyambung atau enggak dengan kehidupan kita, pokoknya kalau ada pendapat yang salah, wajib dipaksa untuk segera dibenarkan, hehehe.
Etapi, keknya itu bukan 'kita' deh, beberapa orang di luar sana, bukan saya, hahaha.
Meskipun ada begitu banyak pendapat para laki, bahwa mereka rata-rata memilih ibu atau anak dulu yang jadi top prioritas, dan istri menempati urutan paling bawah.
Bukan paling nggak penting ya, seperti kata si Cinta Laura, tapi urutan prioritasnya aja yang paling akhir. Tapi ada juga dong laki yang menempatkan istri di urutan prioritas paling atas, meskipun lebih sedikit (setidaknya yang ditayangkan ya).
Dan biasanya, para lelaki dengan pola pikir demikian, bakal menjadi bulan-bulanan dipuja puji oleh para wanita melalui komentar maupun konten yang juga bisa booming atau viral.
"Sehat-sehat ya Mas yang mengutamakan istrinya!"
"Semoga panjang umur mas yang utamakan istrinya!"
Kasian banget yang utamakan ibunya, nggak dapat doa sehat dan panjang umur, etapi keknya mereka didoain ibunya kan. Bukankah doa ibu juga lebih mustajab? *uhuk.
Mencoba Memahami Urutan Prioritas Dari Pola Pikir Lelaki
Kalau menurut saya, tak perlulah kita berdebat atau menghujat para lelaki yang punya pola pikir mengutamakan ibunya di urutan prioritas paling atas.
Mengapa?
Karena saya yakin, semua orang menyimpulkan sesuatu tuh tentunya dari pengalaman pribadinya masing-masing.
Kita nggak pernah tahu, apa alasan para lelaki yang mengutamakan ibunya sebagai top prioritasnya. Bisa jadi kalau sejak kecil, ibunya lah yang luar biasa membesarkannya dengan penuh tantangan dan air mata.
Banyak banget loh cerita, anak-anak lelaki yang sedih melihat ibunya harus hidup dalam kesulitan demi membiayain dan membesarkan anak-anaknya seorang diri.
Perjuangan ibu seperti itu melekat dalam pikiran anaknya, khususnya anak lelaki. Dan tidak mudah untuk digoyahkan oleh apapun di dunia ini. Termasuk kehidupan percintaannya dengan wanita yang baru dikenal ketika dia dewasa.
Ada juga, penyebab para lelaki menempatkan istri di prioritas paling bawah karena pernah terlukai. Entah dilukai oleh wanita yang sama, ataupun wanita lain.
Seperti diselingkuhi sampai meninggalkan bekas luka yang dalam di hatinya. Lelaki-lelaki seperti ini, meskipun mungkin akhirnya bisa membuka hatinya kembali, tapi tak jarang yang akhirnya menjadi trauma untuk bisa percaya lebih ke wanita lain lagi.
Selain itu, pola pikir lelaki yang memilih ibunya dulu ketimbang istri atau anaknya, juga bisa dipikirkan secara positif. Misal, dengan ikut bahagia melihat para lelaki yang dibesarkan ibunya dengan baik, sehingga mereka bisa sukses seperti sekarang.
Itu tandanya, pendidikan ibunya tidak sia-sia kan, si anak menjadi anak yang luar biasa, dan berhati baik.
Dan karena itulah para lelaki tersebut memilih menempatkan urutan ibu di paling top prioritas, disusul oleh anaknya, baru deh ketiga untuk istrinya.
Karena itulah, apapun pilihan prioritas para lelaki, sebijaknya wanita tidak perlu baper, karena toh itu bukan pacar atau suami masing-masing.
Biarkan saja mereka berpendapat dengan bebas sesuai pengalaman mereka, tak perlu memaksanya.
Urutan Prioritas Ibu, istri dan Anak dari Suami Bagi MamiRey
Ngomongin skala prioritas ibu, istri dan anak bagi saya bersama papinya anak-anak, bisa dibilang saya termasuk wanita yang beruntung meski tidak seberuntung pemikiran banyak orang.
Saya menikah dengan lelaki yang sayang banget dengan ibunya, saking sayangnya papinya anak-anak lah yang selalu rajin membantu ibunya di dapur, ketimbang saudarinya yang lain.
Akan tetapi, selama 8 tahunan berpacaran, si pacar selalu memilih saya sebagai manusia eh wanita yang berada di prioritas utamanya.
Hal ini dibuktikan dalam berbagai waktu, khususnya ketika masih pacaran dulu.
Ketika mereka punya acara jalan-jalan keluar kota atau semacamnya, biasanya saya diajak. Tapi kadang juga saya nggak mau ikut karena sungkan.
Jika sudah demikian, si pacar pasti memutuskan untuk tidak ikutan acara mereka, even ibunya memaksanya untuk ikut. Dia hanya akan ikut, kalau saya juga ikutan.
Beruntung banget ya si Rey?
Mungkin, dulunya.
Setelah menikah, apakah dia berubah.
Enggak sama sekali ya, setidaknya di awal-awal pernikahan kami, sebelum punya anak, dan sebelum saya jadi IRT.
Si pak suami, masih sama ketika dia masih pacaran dulu, lebih mengutamakan saya, selalu patuh akan keinginan saya.
Namun emang hal itu bukanlah sebuah masalah besar ya, karena dia menikahi wanita manja tapi hatinya sehalus sutra *tsah!.
Nggak tahu kenapa ya, yang namanya ibu-ibu, even itu ibu mertua, even si ibu mertua nggak benar-benar selalu baik sama saya. Namun rasa sayang saya kepada ibu mertua tuh sulit ditepiskan.
Mungkin karena saya merindukan sosok ibu kali ya. Sebuah sosok yang kurang saya dapatkan dari mama sendiri.
Karenanya, segala hal tentang ibu mertua tuh, biar kata beliau mungkin tidak sebaik itu kepada saya, tetap aja saya perlakukan dengan baik.
Masalah muncul setelah akhir-akhir ini dia mulai error. Beberapa tahun belakangan ini, saya sakitpun diabaikan, tapi ibunya sakit, mau seremeh apapun, dan meski dia sadar yang urus dan jaga ibunya itu banyak, tetap saja dia mengutamakan ibunya.
Jujur, saya malah senang loh punya suami yang begitu sayang sama ibunya. Meskipun ada juga dalam sisi hati saya yang iri liat hal itu.
Saya juga pengen loh, ketika sakit tuh dibopong ke rumah sakit. Ketika sakit, dikhawatirin dan segera diajak berobat.
Tapi, boro-boro!
Terutama di masa-masa belakangan ini ya.
Bahkan saya sakit nggak bisa bergerak pun karena sakit saraf terjepit, dia tega ninggalin saya bersama anak-anak yang juga sakit. Dengan alasan harus kerja.
I mean, saya sadar sih kalau kerja itu penting. Tapi, setidaknya ketika dia libur, segera deh bawa saya ke dokter, biar nggak sakit ketika hanya sendiri mengurus anak-anak.
Sementara ibunya yang masih ada saudaranya yang lain yang bisa mengurus ibunya, tapi si paksu nyaris setiap hari menjenguk dan urus ibunya.
Iri, tentunya!.
Tapi itu sudah berlalu. Sekarang udah malas iri.
Bukan hanya karena si ibu mertua udah berpulang untuk selamanya ya. Justru saya merindukan beliau setelah kepergiannya. Tapi lebih ke 'lebih merasa' kalau perhatian si pak suami sudah tidak sepenting itu lagi.
Mungkin karena saya sudah terlalu sering diabaikan kali ya. Jadinya terbiasa untuk mengurus diri sendiri, membahagiakan diri sendiri. Bahkan menanamkan dalam hati, bahwa my happiness is my own responsibility.
Jadi, sudah tak masalah dan tak lagi menjadi sebuah rasa baper, ketika mungkin suami memilih urutan prioritas paling atasnya adalah ibunya atau anaknya, dan saya sebagai istri yang paling terakhir.
Selama dia masih kirimin duit buat anak-anaknya, hal lainnya mah bisa dengan mudah saya sesuaikan, hahaha.
Saya juga sudah belajar untuk tidak peduli dengan perhatiannya kepada keluarganya yang lain. Mau ibunya udah meninggal, dan dia tetap menomor satukan keluarganya yang lain, it's oke.
Kan lagi-lagi, selama masih bisa saya lakukan sendiri, nggak peduli juga dengan perhatian dan urutan prioritasnya.
Btw, hubungan begini sebenarnya nggak sehat, karena kurangnya komunikasi di antara kedua pihak. Tapi emang sih, banyak komunikasi juga nggak bisa menjamin kebahagiaan. Karenanya, saya putuskan untuk cuek is da best dah, hahahaha.
Pokoknya cuman 1 alasan, selama uang lancar, lainnya emang gue pikirin, hihihi.
Bahkan dibilang matre pun, saya nggak peduli.
Saya juga berpikir, seandainya si suami jadi orang kaya, lalu ingin membelikan ibunya mobil mewah, sementara mobil buat keluarga belum ada. Oh tentu saja saya kasih selamat dan dukungan.
Mengapa? karena saya merasa masih bisa menghidupi diri sendiri. Dan saya udah terlalu tua untuk terluka oleh ekspektasi diri berharap pada orang lain.
Mungkin karena itu juga yang bikin saya, nggak terlalu terpengaruh akan konten-konten skala prioritas para lelaki yang viral di medsos.
Karena buat saya,
"Dear lelaki yang namanya masih terdaftar di buku nikah saya. Terserah kau ingin menomor satukan siapa yang ada di puncak prioritasmu! Mau ibumu kek, atau juga anak-anakmu dulu, dan saya paling akhir, kagak masalah! Saya nggak bakal menambah bebanmu untuk bingung memilih. Selama dirimu memastikan biaya hidup anak-anakmu aman, terserah mau beliin apa ke orang lain, saya mah cuek!"
How about you, parents?
Surabaya, 09 Februari 2024
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Post a Comment for "Ibu, Istri atau Anak dan Urutan Prioritas Bagi Kebanyakan Lelaki"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)