Tamara Tyasmara dan Tentang Ibu yang Selalu Disalahkan
Dear Moms, selama menjadi ibu, pernah nggak merasa, kalau kita tuh udah mati-matian hidup hanya demi anak, rasanya. Tapi, ketika sesuatu terjadi pada anak, khususnya yang buruk, satu dunia hanya menoleh sinis dan tajam kepada kita.
Tatapan mereka seolah sudah cukup menusuk, seolah mengatakan,
"Semua ini salahmu!""Ibu macam apa dirimu?"
"Kamu, benar-benar tak pantas jadi ibu!"
Dan masih banyak lagi.
Sedih kan ya!
Dan tahu nggak, kondisi itu sedang dialami dan dihadapi oleh Tamara Tyasmara saat ini.
Kisah Duka Tamara Tyasmara yang Anaknya Tewas Di Kolam Renang
Tamara Tyasmara sedang trending belakangan ini, sejak kejadian duka menimpanya tanggal 27 Januari 2024 lalu.
Anaknya, Dante atau lengkapnya Raden Andante Khalif Pramudityo, tewas ketika sedang berenang di kolam renang, kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Awalnya, semua mengira kalau penyebab kematian Dante karena tenggelam ketika latihan renang. Belakangan akhirnya terungkap, ternyata anak berusia 6 tahun yang malang tersebut, tewas lantaran ditenggelamkan oleh pacar ibunya, Yudha Arfandi.
Dari rekaman CCTV yang terungkap dan beredar di media sosial, terlihat detik-detik ketika tersangka, Yudha, membenamkan kepala Dante ke dalam kolam sebanyak 12 kali dengan durasi yang berbeda.
Karena hal itu, Dante akhirnya meregang nyawa, meninggalkan ibunya dengan segala hujatan sedunia.
Tamara sendiri, ketika mengetahui anaknya meninggal, dikabarkan sangat terpukul. Saking terpukulnya, dia mengakui memukul dan menggigit anaknya berharap Dante segera bangun.
Sebagai ibu, kebayang sih bagaimana perasaan Tamara ketika itu. Tapi, belum juga selesai masa duka, ketambahan lagi dengan hujatan dan tuduhan netizen yang menuduhnya macam-macam.
Mulai dari tuduhan sengaja membiarkan pacarnya membunuh anaknya, demi asuransi anaknya bisa cair. Ada juga yang sibuk mempermasalahkan foto dan dandanan Tamara yang terlihat cantik ketika malam tahlilan anaknya.
Sampai akhirnya terungkap penyebab kematian anaknya adalah ulah sang pacar, hingga hari ini setelah beberapa waktu lalu dia diperiksa kepolisian terkait kematian anaknya.
Nggak berhenti penghujatan netizen kepada dirinya. Sampai-sampai ibu Tamara sakit hati dan merasa tidak terima, jika anak perempuannya dihujat dan dituduh macam-macam oleh netizen.
Dan tahu nggak apa yang bikin saya bergidik, mostly tukang hujat itu adalah JUGA SEORANG IBU!
Tamara Tyasmara dan Tentang Ibu yang Selalu Disalahkan
Kondisi Tamara saat ini tuh, mencerminkan sebuah potret dari seorang ibu, yang selalu disalahkan atas semua yang menimpa anaknya.
Anak sakit, yang salah ibunya.
Anak jatuh, yang salah ibunya.
Anak nggak naik kelas, yang salah ibunya.
Anak bermasalah di luar, itu semua salah ibunya.
Apalagi anak meninggal? Tentu saja itu kesalahan besar ibunya/
Keluhan seperti itu, banyaaaakkk banget beredar di media sosial, banyak wanita yang mengeluhkan ketidak adilan tersebut.
Lihat saja di semua postingan tentang ibu yang selalu disalahkan, jika muncul di media sosial manapun. Dijamin, kolom komentarnya penuh dengan curhatan ibu-ibu yang mengeluhkan hal demikian.
Dan sungguh saya hanya bisa ternganga-nganga, ke mana para ibu yang mengeluhkan hal tersebut. Mengeluh ketika mereka sedih sampai depresi karena selalu disalahkan untuk semua hal yang menimpa anaknya.
Tapi, bisa-bisanya, ketika ada ibu lain yang berada di posisi tersebut, bahkan ini tuh bukan sebatas anaknya sakit, anaknya koma atau cacat, tapi ini tuh, seorang ibu yang anaknya meninggal.
DAN BISA-BISANYA BANYAK IBU YANG IKUT MENGHUJATNYA?
Saya jadi bertanya-tanya, apakah emang sebenarnya hanya sedikit ibu yang merasakan, bahwa apa-apa kita yang selalu disalahkan?
Karena untuk saya sendiri ya, memilih suami yang baik sikapnya, mulutnya nggak asal nyablak menyalahkan saya.
Tapi ujungnya, suami tersebut juga ikut-ikutan keluarganya menyalahkan dan menyerahkan ke saya untuk semua urusan anak?
Apakah di dunia ini, cuman saya seorang yang merasakan ketidak adilan tersebut? Apakah ibu-ibu yang bernafsu banget menghujat dan menuduh Tamara dengan kejam itu, adalah ibu yang sempurna, sehingga tak pernah disalahkan tentang apapun yang menimpa anaknya?.
Fakta menyedihkan dari 'apa-apa tentang anak, selalu ibu yang disalahkan' adalah, ketika kita membuka mata dan melihat fenomena zaman now. Begitu banyak ibu yang sampai depresi, saking ingin memberikan yang terbaik, bahkan kalau bisa sih yang sempurna untuk anaknya.
Banyak ibu yang mati-matian ikut mencari uang, bukan karena mereka miskin banget, tapi karena nggak rela berdiam diri, kalau anak-anaknya nggak punya kesempatan yang lebih luas, karena uang.
Para ibu, yang ketika bercerai, rela memperjuangkan hak asuh anaknya, meskipun dia tahu, ketika nanti dia memenangkan hak asuh tersebut, dan akhirnya anak bisa ikut mereka, tapi mereka jadi nggak bebas mencari uang di luar.
Banyak ibu yang nggak pernah sama sekali bercita-cita jadi ibu rumah tangga, tapi ujungnya harus mengubur impiannya jadi wanita karir yang sukses, karena apa?
ANAK!
Ibu yang mengandung, 9 bulan dong lamanya, dan percayalah, hamil itu nggak nyaman. Udahlah berat, banyak pantangan makanan enak, ujungnya badan berubah karena melahirkan
Juga ibu yang melahirkan, bertaruh nyama untuk melahirkan anak ke dunia ini. Setelah anak lahir, ibulah yang harus menyusui, menahan kantuk karena tidak semua ayah mampu menahan kantuk, se peduli apapun dia terhadap bayinya.
Ah, saya pengen menuliskan semua list perjuangan dan pengorbanan seorang ibu demi anak-anaknya, tapi saya khawatir jari saya keseleo, saking terlalu panjang list tentang itu.
Dan setelah semua pengorbanan itu, bisa-bisanya ibu juga yang disalahkan atas semua yang menimpa anaknya, bahkan jika itu di luar kendali sang ibu?.
Kalau disalahkan para anak muda, atau para lelaki, meski geram, tapi saya masih bisa paham. Tapi, yang menyalahkan dan paling pedas komentarnya, tebak siapa?
Yup, juga para wanita yang berstatus ibu.
Astagfirullah, saya sampai kehabisan kata-kata melihat fenomena tersebut.
Membela Tamara Tyasmara, Bukan Karena Dia Benar atau Salah, Tapi Karena Saya Juga Seorang Ibu
Sejak peristiwa duka yang menimpa Tamara Tyasmara trending, hingga saat ini, saya adalah sedikit dari orang-orang yang belain Tamara.
Bahkan beberapa kali saya menuliskan kekesalan saya khususnya buat para ibu yang seenaknya menghujat ibu lainnya yang sedang berduka.
Semua itu, saya lakukan, bukan karena saya terlampau percaya kepada Tamara. Tapi sebagai bentuk support saya sebagai sesama ibu.
Source: instagram |
Terlepas jika nantinya Tamara terbukti kalau bersalah (meskipun saya tetap yakin, kalau Tamara tidak segila itu) saya tetap membelanya.
Ya karena saya seorang ibu juga.
Secara logika juga, rasanya terlalu berlebihan menuduh Tamara sengaja bersekongkol dengan pacarnya demi asuransi Dante cair.
Ibu yang melakukan hal itu, yaitu rela mencelakai anaknya itu biasanya tidak terjadi begitu saja, melainkan dimulai dari hal-hal kecil yang semakin hari berkembang, sampai akhirnya tega menghilangkan nyawa anaknya.
Tapi, coba cari beberapa berita yang berkembang, apakah ada rekam jejak Tamara jahat ke anaknya?. Dia bahkan secepatnya memilih bercerai dengan mantan suaminya dulu, dan mengambil hak asuh anaknya, karena peduli dengan anaknya.
Duh, kebayang banget bagaimana hancurnya hati dan mental Tamara saat ini. Masih belum pulih rasa duka kehilangan anaknya, belum juga tamat berdamai dengan kehilangannya. Tapi harus dihadapkan dengan hujatan orang se Indonesia, dan menghujat juga para ibu.
Saya aja sampai gemas, dan berpikir. Apakah para ibu beranak, yang berapi-api menghujat Tamara itu, tidak takut kalau mereka kualat dan merasakan perasaan Tamara saat ini.
Bukan hanya menghujat dan menuduh kematian Dante adalah kesalahan Tamara. Tapi banyak netizen terutama ibu juga mengatur cara Tamara bersedih.
Mereka membandingkan wajah Tamara yang cantik dengan make up di wajah, ketika malam tahlilan Dante. Di sisi lain ada BCL yang wajahnya berduka, matanya bengkak dan sayu ketika ditinggalkan Ashraf, suaminya.
Ya ampuuun, apakah para ibu itu meminta kejadian yang dialami Tamara akan mengenai mereka juga, sehingga mereka puas mencontohkan, bagaimana sebaiknya ibu yang anaknya meninggal, tampil.
Ada juga yang menyalahkan Tamara, mengapa dia menunda mengecek CCTV, ketika anaknya akhirnya meninggal, untuk mencari tahu mengapa anaknya meninggal?
Astagaaaahhhh, hanya karena ibu lainnya MAMPU MELIHAT ANAKNYA KETIKA MEREGANG NYAWA, BUKAN BERARTI IBU LAINNYA JUGA WAJIB MAMPU!
Saya paham banget mengapa Tamara nggak mau langsung liat CCTV di kolam renang. Jangankan Tamara ya, saya yang bukan siapa-siapa Dante, tidak sanggup melihat rekamam CCTV yang beredar di medsos, khususnya ketika momen Yudha membenamkan kepala Dante ke dalam kolam.
Ya Allah, antara geram, sama pengen cakar tuh lelaki error itu, bercampur dengan nggak tega, takut kepikiran, semua menjadi satu.
Lalu, bisa-bisanya netizen mendikte ibunya Dante yang sedang berduka, segera periksa CCTV?
Ckckckckck.
Tamara Tyasmara Mungkin Lalai, Tapi Itu Bukan Sepenuhnya adalah Kesalahannya
Menurut saya, satu-satunya 'kecolongan' Tamara atas kejadian anaknya adalah, karena terlalu percaya sama pacarnya.
Itu saja.
Namun, hal itupun tak bisa juga sepenuhnya menjadi kesalahan Tamara.
Mengapa? karena saya tahu persis, bagaimana struggling-nya seorang ibu yang harus mengurus anak, tapi juga wajib mencari uang.
Alih-alih menyalahkan Tamara, mengapa netizen yang katanya budiman itu nggak mempertanyakan, kenapa bukan ayah kandung Dante yang menemani dia berenang?.
Bahkan beredar kabar, nggak tahu benar atau enggak, kalau ayah Dante juga tidak sepenuhnya menafkahi Dante, setelah bercerai dan anak ikut mantan istrinya itu.
Jujur, maafkan kalau saya percaya dengan rumor tersebut, karena emang zaman sekarang tuh, sulit menemukan mantan suami yang benar-benar peduli akan anaknya, setelah bercerai dengan mantan istrinya.
Apalagi kalau anak ikut ibunya.
Beragam alasan akan dikeluarkan oleh sang ayah, entah karena tidak rela nafkah anak akan dinikmati juga oleh mantan istrinya. Atau juga karena alasan lain.
See!
Haruskah kita hitung bersama berapa biaya hidup dan pendidikan anak zaman now? Lalu bayangkan bagaimana struggling-nya Tamara dalam mencari uang untuk anaknya?
Satu hal lagi, melihat beberapa berita yang masih berkembang, seperti kabar terbaru setelah Tamara dipanggil untuk diperiksa pihak kepolisian.
Beredar kabar bahwa alm. Dante tidak lagi memiliki asuransi jiwa, hal ini dikarenakan asuransi tersebut sudah lama tidak terbayar oleh Tamara.
Astagaaaahhh...
Kirain tuduhan netizen tersebut, karena Dante punya asuransi yang dibayarin ayahnya. Etdah, ternyata itu urusan Tamara juga untuk membayarnya.
Saya jadi curiga, jangan-jangan asuransi Dante adalah hasil prospek teman atau keluarga yang nggak bisa ditolak, ujungnya kan nggak bisa dibayar lagi.
Lalu, apa motif Yudha melakukan hal fatal sehingga mengakibatkan anak pacarnya tersebut meregang nyawa?.
Kalau dalam pikiran saya nih ya, mungkin aja si Yudha ini memang nggak sengaja.
Kok bisa nggak sengaja sih Rey! orang nyata-nyata terlihat dalam rekaman CCTV kalau si Yudha celingak celinguk dulu sebelum menenggelamkan kepala alm. Dante ke kolam?.
Alasannya:
1. Pertama, tidak ada motif yang masuk akal dari tindakan si Yudha.Tidak ada berita atau kabar kalau Dante menghalangi hubungan dia dengan Tamara, ibunya.
2. Ada berita yang sempat beredar, kalau guru di sekolah alm. Dante mengatakan, bahwa anak tersebut semacam punya ketakutan terhadap air, bahkan terlihat nggak suka berenang.
Berita ini membuat saya teringat akan sikap kebanyakan para ayah yang meremehkan rasa takut anak, apalagi anak lelaki.
Papinya anak-anak misalnya, setiap kali saya mencoba mengkomunikasikan masalah-masalah yang dialami anak-anaknya, tanggapannya selalu aja meremehkan. Papinya seolah memaksa saya untuk membiarkan anak-anak menghadapi sendiri ketakutannya.
Saya sering kesal dan berkata dalam hati,
"Dasar manusia kuno, udah tahun 2024 tapi masih malas menjadi ayah yang baik!"
Hal ini yang bikin saya berpikir, mungkin saja si Yudha jujur soal alasan dia menenggelamkan Dante karena ingin melatih pernapasan Dante. Hanya saja si Yudha ini yang memang punya gaya hidup keras, bahkan beberapa rekam jejaknya ada di internet, di mana dia punya masalah dengan beberapa orang, dia yang mukul, dia juga yang ngelapor ke polisi, hahaha.
Nah, dengan gaya hidup sekeras itu, ditambah dia nggak punya anak laki-laki kandung. Akhirnya dia berpikir, kalau Dante harus dilatih dengan keras, agar bisa melawan ketakutannya di air.
Dan menurut saya, mungkin saja Tamara tahu, anaknya semacam phobia air. Untuk itulah dia berkompromi dengan segala cara agar Dante bisa mencintai berenang.
Sebagai ibu, saya tahu persis, betapa kami para ibu ini, terbiasa punya taktik politik yang hebat, agar anak-anak bisa nurut tanpa harus dikerasin dahulu.
Itulah mengapa, menurut keterangan gurunya, Dante takut berenang. Menurut keterangan ayahnya dan keluarganya, si Dimas Angger, Dante malah nggak suka berenang.
Tapi menurut keterangan Tamara, dia berani meninggalkan Dante berenang hanya dengan si pacar, karena itu adalah kali kedua. Dan Dante juga udah nggak sabaran mau berenang saat itu juga, nggak mau nunggu ibunya pulang dari keperluannya.
Bagaimana bisa seorang anak yang katanya takut berenang, tapi nggak sabaran harus berenang saat itu juga?
Ada 2 kemungkinan jawabannya.
Pertama: Tamara atau si Yudha yang menjanjikan sesuatu yang menyenangkan buat Dante, sebagai bayaran selepas Dante latihan berenang hari itu.
Kedua: Tamara berhasil menginfluence anaknya sehingga menganggap kalau dia harus berenang, sehingga ketakutannya akan berenang jadi hilang.
Note: ini pikiran mamak-mamak kek saya ya, yang kebetulan juga punya anak lelaki usia 6 tahun, si Adik Dayyan.
Nah, dalam hal ini si Yudha yang terbiasa dengan gaya hidup keras, lupa kalau Dante itu hanyalah anak usia 6 tahun. Yudha hanya menganggap, kalau Dante adalah anak lelaki. Anak lelaki yang takut air dan berenang itu adalah cemen.
Maka dilakukanlah hal ekstrim tersebut, dengan harapan Dante bisa bersahabat dengan air. Sayangnya dia salah.
Mengapa dia noleh kanan kiri sebelum menenggelamkan Dante?
Karena dia takut ada yang liat sikap ekstrimnya itu!
Begitulah pemikiran mamak-mamak beranak si Rey ini ya. Sekali lagi, ini hanyalah pemikiran saya, bukan mutlak menggambarkan kejadian sebenarnya.
Karena untuk hal itu, cuman si Yudha yang tahu alasan utamanya.
*******************
Apapun alasan yang menjadi penyebab tewasnya alm. Dante, menurut saya, tidaklah elok menyalahkan ibunya, Tamara semata.
Karena, anak adalah tanggung jawab ayah dan ibu, bukan hanya ibu saja. Dan bagaimana bisa kita bisa menuduh seorang ibu tega menghilangkan nyawa anaknya?. Sementara ibu selalu rela mengorbankan apapun demi anaknya?.
Plis lah, mari lebih bijak dan menguatkan semangat mom support mom.
Kalau ada seseorang yang harus memuaskan nafsu menghakimi kita, kenapa nggak ditujukan ke si Yudha aja yang memang terlihat jelas menjadi penyebab kematian Dante, apapun motif dan alasannya.
Semoga kita semua menjadi ibu yang bijak, dan bisa mengurangi rasa depresi para ibu yang tenggelam dalam kondisi, sebagai 'ibu yang selalu disalahkan' atas kemalangan anaknya.
Padahal, seorang IBU, tanpa disalahkan dan dihakimi aja. Dia adalah orang pertama yang akan menghukum dan menyalahkan dirinya, ketika sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya.
Surabaya, 22 Februari 2024
Kasus Tamara ini seolah ngebuat aku sadar, meskipun belum menjadi seorang ibu, tapi dukanya juga ikut terasa. Apalagi cara kehilangannya secepat itu (bukan karena sakit), sudah hati terkoyak, mental juga dicibir, katanya ini, itu ahh netizen merasa maha benar. Aku setuju dengan kalimat mba diakhir, tanpa disalahkan dan dihakimi, seorang ibu pastilah orang pertama yang berasa bersalah ketika apa-apa terjadi pada anaknya.
ReplyDeleteUdah kehilangan mendadak, ketahuan ternyata prosesnya semenyakitkan itu. Kebayang nggak sih gimana hatinya Tamara :(
DeleteSuka baca tulisannya
ReplyDeleteMakasih :)
Delete