Cinta Ibu dan Coralynn Sobolik, Bayi Mati Otak Donorkan Organ
Kisah Coralynn Sobolik, seorang bayi berusia 22 bulan menjadi pahlawan bagi 3 orang lainnya, dengan mendonorkan 3 organ tubuhnya.
Hal ini terjadi di bulan April tahun 2019 silam di lowa, US.
Saya mengetahui berita ini dari media sosial, yang sukses menetralkan hati dari rasa tidak nyaman, atas kabar bayi Jailyne yang meninggal setelah 10 hari ditinggal ibunya tanpa makanan dan minuman serta orang yang menjaganya.
I mean, sedih banget nggak sih ketika image kita sebagai ibu, rusak hanya karena seorang dua orang berbanding milyaran ibu di dunia ini.
Sampai-sampai, saya harus sibuk membela seorang ibu yang berduka atas meninggalnya anaknya secara tragis, tapi netizen menuduhnya tidak berduka, si Tamara Tyasmara.
Tidak semua ibu sejahat wanita yang tega dengan sengaja meninggalkan anaknya seorang diri berhari-hari kan ya.
Ibu dengan perjuangannya yang sebenarnya itu luar biasa loh. Bukan hanya karena dia merelakan tubuhnya berubah setelah dihuni malaikat kecilnya.
Bukan juga hanya karena payudaranya berubah setelah memberikan kehidupan kepada malaikat kecilnya.
Bukan pula karena ibu mengorbankan semuanya, cita-cita dan impiannya demi anak-anaknya.
Masih ada lagi kehebatan seorang ibu, saat dia bisa merelakan bayinya yang berusia 22 bulan, yang mati otak, harus 'pergi' dengan menyelamatkan 3 orang lainnya.
Kisah Coralynn Sobolik, Bayi Mati Otak Donorkan Organ untuk 3 Orang
Coralynn Eve Sobolik adalah putri ketiga dari pasangan Paul and Meagan (Novotny) Sobolik. Dia lahir di Decorah, Iowa pada tanggal 18 Juli 2017.
Cora mempunyai kakak perempuan, Maycee dan juga kakak lelaki, Oliver.
Pada 19 April 2019 lalu, Cora dibawa oleh orang tuanya ke Layanan Kesehatan Regional Howard County, karena sakit dan menunjukan tanda-tanda kesulitan bernapas.
Namun, karena kondisinya yang mengkhawatirkan, dokter akhirnya memindahkan ke Rumah Sakit Mayo Clinic di Rochester.
Sampai di sana, Cora lalu dibius dan diintubasi agar bisa bernapas.
Sayangnya, ketika pelaksanaan prosedur tersebut, jantung Cora berhenti berdetak. Staff medis lalu melakukan CPR untuk menyelamatkan bayi tersebut selama 25 menit.
Kondisi Cora akhirnya bisa stabil, dokter juga mengatakan bahwa jantung dan ekokardiogram Cora bekerja dengan baik.
Namun, keadaan segera berubah jadi memburuk, saat dokter membawa Cora untuk menjalani CAT scan. Dari situlah diketahui kalau ternyata Cora mengalami kerusakan otak.
Keadaan semakin memburuk, karena otak Cora juga membengkak.
Kondisi tersebut lalu disampaikan kepada kedua parents Cora, saat itu tanggal 21 April 2019, hari Minggu.
Betapa terpukulnya parents-nya. Ibunya, Meagan sampai tak bisa berkata-kata saking mencerna semua hal yang terjadi sedemikian cepat.
Namun di sinilah kita bisa melihat kebesaran hati seorang ibu, masih dalam perjalanan mencerna kehilangan anaknya karena mati otak di tanggal 21 April tersebut.
Mereka lalu memikirkan bagaimana cara agar Cora bisa hidup lebih baik, dengan mendonorkan organ tubuhnya kepada yang membutuhkan.
Dan hanya berselang 2 hari setelah itu, di tanggal 23 April 2019, Cora akhirnya dibawa ke ruang operasi guna mendonorkan semua organ tubuhnya.
Kedua parents-nya tak henti mengucapkan selamat tinggal dan rasa cinta terdalam untuk bayi perempuan kecil itu.
Jantung Cora lalu diberikan kepada seorang anak laki-laki berusia 1 tahun di Minnesota. Sementara hatinya didonorkan kepada seorang anak perempuan berusia 1 tahun.
Dan ginjalnya diberikan untuk menyelamatkan seorang wanita berusia 41 tahun.
Meski kehilangan, kedua parents Cora merasa bahwa tindakan mereka sudah tepat. Bayi perempuan mereka mungkin telah pergi, tapi dia tetap hidup dalam 3 orang yang berbeda.
Orang Tua Tangguh Coralynn Eve Sobolik
Saya nggak bisa membayangkan, bagaimana perasaan parents dari Coralynn, khususnya ibunya. Kejadian itu begitu cepat, dan sang ibu bisa memutuskan dengan cepat apa yang terbaik untuk anaknya, Cora.
Sang bayi memang sudah mati otak, tapi bukan berarti telah benar-benar tiada.
Namun, mengharapkan sang bayi kembali pulih memang adalah sebuah harapan kosong, setidaknya dalam dunia medis.
Saya coba mencari berita tentang orang yang bisa sembuh kembali dari mati otak, dan ternyata belum ada. Banyak informasi yang mengatakan, bahwa kalaupun ada orang yang bisa sadar dari kondisi tersebut, tentunya keadaannya pun tak mungkin seperti semula. Bahkan bisa jadi lebih menyedihkan buat si bayi.
Tapi, sekali lagi mencoba memahami apa yang dirasakan ibu Cora, yang bisa dengan cepat berlapang dada memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Saya pikir, itu tidak mudah, sangat tidak mudah, khususnya buat ibu.
Kita para ibu, tentu banyak yang sangat galak dan terlihat jahat di mata anak ataupun orang lain. Tapi percayalah, kita para ibu adalah salah satu manusia yang tidak rela sesuatu yang buruk terjadi pada anak kita.
Jangankan sesuatu yang buruk ya, bahkan anak kita dimarahin ayahnya saja, kita murka.
Saking cintanya seorang ibu pada anaknya, kadang tanpa sadar ibu terlalu merasa memiliki anaknya. Bahkan kadang merasa lebih berhak atas anaknya atas siapapun di dunia ini.
Tapi, mungkin karena cinta itu pula yang membuat ibu Cora, Meagan menjadi wanita yang kuat. Dia rela melakukan apa saja, asalkan yang terbaik untuk anaknya.
Coralynn and Meagan |
Dia rela memproses kehilangannya dengan cepat dan menyetujui pendonoran organ tubuh bayinya yang mati otak.
Mungkin juga, hatinya akan lebih tenang, melihat jantung anaknya tetap berdetak, meski di tubuh anak orang lain. Hati anaknya tetap hidup di tubuh anak lainnya juga.
Serta ginjal anaknya menjadi sumber hidup seorang wanita lainnya.
Tak masalah, dengan rasa kehilangan yang terbilang mendadak yang sulit diterima. Asal anaknya tetap hidup, meski tak lagi dalam wujud Coralynn Eve Sobolik.
Ah, sebagai ibu, hati saya mencelos.
Coralynn dan Alasan Manusia Hidup Di Dunia
Kisah hidup Coralynn sekaligus mengingatkan saya akan hal yang sering mengganggu pikiran saya selama ini.
Tentang hal-hal yang sering saya liat di media sosial akhir-akhir ini.
Well, hal ini sebenarnya juga dulu sering saya ungkapkan, ketika belum menjadi ibu, dan sampai menjadi ibu satu anak.
"Anak-anak tak pernah meminta dilahirkan!"
"Anak-anak tak bisa memilih orang tuanya!"
Iya sih benar, jika dalam POV seorang anak secara umum.
Tapi, kadang hal ini digunakan banyak anak zaman now, untuk menyalahkan parents-nya secara menerus dan terang-terangan.
Digunakan oleh anak-anak, yang tidak mau hidupnya dinasihati orang tuanya lagi.
Saya berpikir, sepertinya ini sudah berlebihan.
Benarkah anak-anak tak pernah meminta dilahirkan?
Saya tidak yakin sih, mengingat Allah tak mungkin cuman ngasal membiarkan manusia hadir di dunia ini tanpa alasan.
Seperti Coralynn.
Tidakkah kita berpikir, bahwa Coralynn telah ditakdirkan hadir di dunia ini dalam waktu yang sangat sebentar, cukup 22 bulan saja, tapi dengan misi yang sungguh luar biasa.
Tuhan menghadirkan dia untuk menyelamatkan 3 orang lainnya. Untuk menjawab doa-doa 3 orang lainnya, doa keluarga dari 3 orang lainnya.
Bukankah itu luar biasa?
Bagaimana mungkin hal itu membuat kita tidak bisa melihat maksud Tuhan menciptakan hamba-Nya di dunia ini?.
Tentu saja, hal itu tak mungkin terjadi begitu saja kan?
Andai Coralynn dilahirkan ke dunia, hanya karena permintaan Ibunya. Apakah ada Ibu, yang ingin anaknya berakhir bagaikan Cora?.
Setiap manusia lahir ke dunia, membawa takdirnya masing-masing. Mereka mungkin tak bisa memilih, siapa orang tuanya, tapi bukankah orang tua juga tak bisa memilih siapa anaknya?
Semua sudah diatur oleh-Nya, dialah yang Maha Kuasa Dan Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Jadi, tak perlu menyalahkan Ibu atau parents kita, yang menurut kita tak sesuai impian dan harapan kita.
Cinta ibu kepada anaknya, tak bisa diukur oleh apapun.
Sayangnya, memang semua ditentukan oleh kondisi.
Tapi, percayalah, Tuhan tak pernah asal memberikan titipan-Nya, ke sembarang wanita bernama Ibu, kan?
Surabaya, 26 Maret 2024
Sumber:
- https://people.com/human-interest/mom-shares-video-baby-daughter-final-moments-donate-organs/
- http://www.crescotimes.com/news/twenty-two-month-old-super-hero
Gambar: canva dan crescotimes.com
Terharuuu banget bacanya 😢. Tapi aku salut krn ibunya berpikir secara logika. Aku pernah discuss begini, mendonorkan bagian tubuh ke orang lain, dan aku setuju sepenuhnya Rey. Di pikir, kalo itu bisa membantu menyelamatkan hidup orang lain, kenapa ga. Dengan catatan, orangnya sendiri sudah tidak ada kemungkinan hidup yaa..
ReplyDeleteTapi suamiku termasuk yg ga mau.. Mungkin buatnya melihat anak dibelek dan diberikan organnya ke orang lain, seperti sesuatu yg nyeremin.
Aku ga berharap di posisi si ibu, pasti sedih kehilangan anak begitu. Tp aku bakal melakukan hal sama jika memang ga ada kemungkinan anakku bakal normal dan selamat. Kalo dipertahankan dengan mengharapkan mukzijat at least pastikan keuangan mampu mengcovet semuanya, krn bukan sesuatu yg murah pakai alat bantu kehidupan seperti itu.
Kalau di Indonesia emang masih sulit menemukan donor organ gini ya, apapun alasannya. Bahkan, mau diotopsi saja, nggak banyak keluarga yang membolehkan, apalagi didonorkan
Delete