Memaksakan Ajaran Islam Ke Anak, Yay or Nay?
Lagi viral masalah anak seorang publik figur yang mengumumkan dirinya akan melepas jilbabnya di akun IGnya. Sontak saja hal ini menjadi perdebatan panjang bagi para netizen dan lainnya.
Banyak yang kontra, namun tak sedikit juga yang pro. Dan dari itu, beredar pula berbagai opini tentang memaksa anak dalam mengenakan jilbab.
Karena anak saya lelaki, nggak mungkin dong saya maksa mereka untuk berjilbab, jadi saya ganti topiknya menjadi 'memaksa anak' untuk patuh pada ajaran Islam.
Dari beberapa opini berbentuk tulisan yang berseliweran, banyak yang mengatakan agar membiarkan anak untuk menentukan jati dirinya. Membiarkan anak berjilbab bukan karena perintah orang tua, tapi karena kata hatinya.
Saya bisa mengartikan, bahwa kita sebagai orang tua atau parents , janganlah memaksa anak mengenai masalah agama, dalam hal ini Islam ya.
Biarkan anak menentukan sendiri keyakinannya akan Tuhannya.
Saya sebagai parents bilaik..... jujur nggak setuju.
Zaman sekarang tuh ya, yang namanya berita mudah berkembang, di satu sisi baik sih, tapi di sisi lainnya, kok jadi menakutkan.
Maksudnya, berkembangnya media sosial menjadi satu era di mana anak-anak bisa mengakses informasi apapun yang mereka inginkan. Termasuk pemikiran-pemikiran yang berkedokan 'open minded' sehingga mengaburkan batas antara hitam dan putih, khususnya untuk urusan agama.
Salah satunya tentang jilbab, di mana dari dulu semua kaum muslim setuju bahwa jilbab adalah perintah Allah untuk wanita memanjangkan kain mereka untuk menutup dada mereka.
Tapi seiring waktu, bahkan anak seseorang yang berilmu agama Islam terbilang baik pun, mencari alasan, dengan mengatakan bahwa jilbab bukanlah hal yang wajib.
Lalu akhirnya hal ini berkembang, membuat banyak orang yang sejak kecil dibiasakan berjilbab, jadi bimbang.
Bisa jadi di masa depan, hal-hal ke Islaman lainnya, akan dicari caranya untuk bisa masuk dalam alasan, bahwa itu bukanlah hal penting.
Contohnya saja, ada seseorang yang mengatakan, kalau dia melakukan semua perintah Allah, zakat, suka sedekah dan lainnya. Tapi dia malas shalat.
Alasannya, yang korupsi juga shalat.
Astagfirullah.
Menakutkan sih ini, khususnya buat saya.
Karenanya, berbeda dengan beberapa parents yang menganut ilmu parenting yang gentle, di mana aturan Islam tidak perlu dipaksakan. Kalau saya malah harus dipaksakan.
Karena, saya tidak bisa terus menerus berada di samping anak, untuk menjaga keimanannya pada Allah. Maka, sejak kecil harus dipaksakan, jangan nunggu anak menyukai ke Islaman sendiri atas dasar hatinya.
Iyaaaa kalau hatinya mencintai Islam? kalau lama-lama jadi malas, karena enggak terbiasa?.
Karena, semua hal tentang perintah Allah, tentunya sangat tidak disukai setan, bagaimana bisa setan akan membiarkan hati anak bisa terketuk sendiri, jika memang tak pernah dibiasakan.
Okelah kalau ada hidayah, bagaimana kalau hidayah datangnya lebih lambat dari kematian?
Astagfirullah, betapa meruginya saya sebagai parents jika hal itu yang terjadi.
Saya mengerti sih maksud dari beberapa opini parents yang ada di luaran sana, bahwa maksud mereka tidak memaksa itu adalah, mengajarkan anak tentang Islam dalam kelembutan.
Sayangnya, tidak semua parents bisa terus berada dalam kelembutan kan, apalagi kalau parents-nya cuman satu yang berperan, kayak saya.
Jujur, saya nggak punya banyak waktu untuk berlembut-lembut selalu ke anak. Jadi, mau nggak mau ada waktunya saya mendidik anak dengan terkesan memaksa.
Misal shalat, harus khusyuk, harus wudhu yang benar. Kalau enggak benar ya ulang lagi. Dan nggak mungkin setiap saat saya bisa ajarkan mereka bagaimana berwudhu dengan benar dengan cara mengajak.
Kadang juga saya hanya perlu melotot, dan mengawasinya dari luar.
Cara lain untuk memaksa anak taat dalam Islam adalah, dengan memaksakan diri menyekolahkan anak di sekolah Islam yang terbaik.
Meskipun jujur ngos-ngosan banget bayar uang sekolahnya, tapi hal ini sebagai ikhtiar bagaimana kami 'memaksa anak' untuk mengenal dan mencintai Allah dan Islam dalam hidupnya.
Intinya, segala hal akan kami lakukan untuk membuat anak mencintai Allah dan Islam, nggak melulu menunggu anak mencari sendiri sampai menemukan jati dirinya, lalu menentukan ke Islaman seperti apa yang harus dia jalani.
Namun, ini bukanlah sebuah hal yang menyalahkan parents lainnya dalam memilih cara lain untuk membuat anaknya mencintai Islam ya.
Setiap parents pasti punya caranya masing-masing untuk itu.
Dan saya memilih memaksakan ajaran Islam ke anak dengan cara di atas.
Dan yay banget, bahwa ajaran Islam itu harus dipaksakan, sejak dini. Dan itu juga termasuk memaksa diri sebagai parents agar bisa lebih mencintai Islam juga dong ya.
Karena, anak-anak akan sangat mencontoh parents-ya, jadi memaksakan ajaran Islam ke anak, sesungguhnya merupakan hal memaksa diri menjadi parents yang lebih baik
Surabaya, 08 April 2024
Aku juga setuju dipaksakan. Krn kalo udh gede susah ntr. Tapi kenapa aku sendiri ga pake jilbab saat ini, ntahlaah susah juga jawabnya. Bisa jadi saking kerasnya si papa mendidik, aku nya malah antipati dan ga respect. Apalagi dengan ajaran yg bilang Islam itu lemah lembut. Pas lihat papa kayak gitu, ya ngerasa kok tolak belakang.
ReplyDeleteMakanya aku paling banyak berontak di antara keluarga.
Kalo ttg case si anak satu itu, bingung aja, kenapa juga dia koar2 bilang mau lepas jilbab 🤣. Maksudnya, ngapaaaain ngundang julidnya netizen yg hobi banget ngerujak soal beginian. Apalagi anak public figure. Kalo mau lepas, ya lepas aja. Apa berharap dengan dirujak netizen, pahalanya bisa beralih ke dia 😁. Kan katanya setiap perkataan jahat, akan menjadi pahala utk yg dijahati 😁
Ah mbuhlaah Rey.. pusing anak skr ..