Istri Mandiri Financial Ataupun Tidak, Bisa Sama-Sama Beruntung
Jadi ceritanya, beberapa hari terakhir ini memang lagi heboh masalah perceraian Ria Ricis dan Teuku Ryan. Hebohnya tuh, karena salinan keputusan perceraian mereka di pengadilan tersebar luar di medsos.
Dari situ, tiba-tiba banyak yang merasa kasian sama Ricis, tidak sedikit yang menghujat Ryan, meskipun lama kelamaan mulai berkembang golongan yang membela Ryan.
Saya pribadi bukanlah salah satu dari golongan tersebut, karena saya pikir masalah Ricis Ryan itu aslinya biasa aja. Banyak pasangan suami istri yang mengalami hal tersebut, apalagi kalau bukan masalah komunikasi.
Emang sih, sebagai manusia itu, yang paling sulit kita lakukan terhadap manusia lainnya adalah komunikasi. Jangankan dengan orang yang kita kenal setelah dewasa aja ya. Dengan saudara sendiri aja kita sering berselisih paham.
Masalahnya apa? off course bermula dari komunikasi, meluas jadi hal-hal lainnya, jadilah masalahnya makin berat.
Namun, kali ini saya nggak pengen ngomongin tentang komunikasi antara suami istri yang baik seperti komunikasi asertif yang tidak saling menyerang lawan bicara.
Tapi, saya tertarik dengan beberapa tulisan teman-teman di media sosial, yang kebanyakan menganggap Ricis adalah wanita yang beruntung karena punya kemandirian finansial.
Apalagi kalau dibandingkan dengan wanita-wanita lain, yang terpaksa bertahan dalam ketidak bahagiaan, karena tak punya pilihan lain, jika berpisah, anak-anaknya akan gimana nasibnya?.
Hal ini ditambahin lagi dengan himbauan tegas berulang kali.
"Makanya, jadi perempuan itu, biar kata sudah menikah, tetaplah bekerja, jangan pernah menggantungkan ekonomi hanya pada suami saja!"
Andai saya membaca tulisan itu beberapa tahun lalu, mungkin saya langsung ngamuk dan menyerang orang yang nulis itu, padahal itu bukan salahnya semata, hahaha.
Saya ngamuk karena merasa dipaksa untuk kerja, padahal kondisi saya enggak memungkinkan. Mbok ya, para perempuan yang memaksa istri-istri bekerja itu, mau aja dititipin anak-anak para ibu rumah tangga gitu ya.
Tapi, sekarang udah lebih cuek sih, ye kan yang nulis itu juga nggak bakal ditujukan ke saya, kalau sayanya nggak ngerasa, hahaha.
Namun, dari tulisan tersebut, saya jadi berpikir, benarkah di dunia ini, hanya wanita atau istri yang berduit sendiri, yang beruntung hidup di dunia. Dalam hal ini, perempuan yang punya duit bisa memiliki banyak banget pilihan hidup, dan bisa dengan cepat kabur dari hal-hal yang membuatnya enggak nyaman.
Apakah para perempuan atau istri yang terpaksa nggak bisa menghasilkan uang, karena harus mengurusi anak-anak dan semuanya. Adalah perempuan yang sial dan tidak beruntung, karena tak bisa memilih banyak hal selain bertahan?.
Saya pikir, adalah kesalahan dan kesombongan kita sebagai manusia, jika menganggap, para perempuan yang bertahan dalam sebuah pernikahan yang terlihat tidak bahagia, adalah perempuan yang tidak beruntung.
Bisa jadi hal itu mungkin benar, bahwa perempuan yang bertahan dalam pernikahan tidak bahagia itu adalah bodoh, jika hanya bertahan semata.
Dan itu juga sama, perempuan yang secepatnya pergi dari pernikahan yang tidak bahagia juga bisa dibilang bodoh, jika hanya pergi semata.
Karena pada dasarnya, hidup itu pilihan, banyak pilihan yang tetap baik, meskipun mungkin bukan yang terbaik.
Bertahan dalam pernikahan pun bisa tetap baik, jika memang yang dilakukan nggak cuman bertahan, tapi memperbaiki diri.
Bukan Istri Mandiri Financial yang Beruntung, Tapi Istri yang Mau Memperbaiki Diri
Meski nggak semuanya, tapi ada loh bahkan lumayan banyak perempuan yang memilih cerai dengan segera ketika ada masalah dalam kehidupan berumah tangga. Lalu setelah bercerai, bukannya ketenangan yang didapatkan, melainkan kegagalan yang berulang.
Ada yang terpaksa bolak balik menikah lagi, berpisah lagi, dan repeat. Sampai-sampai dia mengira kalau dirinya di 'guna-guna' orang lain, sehingga jodohnya selalu gagal,
Mohon maaf, tapi saya memang bukan manusia yang bisa langsung percaya hal-hal demikian. Karena kalau dipikir-pikir, kebanyakan kegagalan itu ya masalahnya itu-itu saja, komunikasi.
Ada juga loh, yang rumah tangganya bermasalah, tapi si perempuan itu nggak bisa pergi, karena memang nggak punya pilihan, dan merasa harus bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anaknya.
Tapi, dia tidak hanya memilih bertahan, melainkan untuk memperbaiki diri. Sibuk ikut pengajian, terapi dan semacamnya, agar bisa lebih legowo dan sabar dalam hidupnya.
Masalah suaminya begini begitu dipasrahkan saja ke Tuhannya, karena emang sejujurnya percuma melarang suami begini begitu, percuma marah ke suami. Kalau hatinya sudah tertutup oleh efek buruk kesalahan komunikasi yang berlangsung lama.
Akan lebih bijak untuk kita sebagai istri mundur beberapa langkah, memberikan ruang ke suami untuk intropeksi diri tanpa gangguan istrinya.
Istri cukup meminta kepada Allah, untuk melembutkan hati diri dan suami, membukakan hati diri dan suami, dan memberikan jalan yang terbaik.
Lakukan banyak terapi diri, agar terbiasa tenang dalam menghadapi masalah, dan saya yakin semua suami bakalan lebih calm down, kalau berhadapan dengan istri yang juga tenang.
Kalau suaminya enggak tenang meski istrinya tenang? ya serahkan ke Tuhan, Dia Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita. Kalau istri udah baik, nggak mungkin banget tetap dikasih suami yang kayak Firaun, meski ada kisah Siti Asiyah yang harus bersuamikan Firaun.
Seandainya, suami tetap nggak baik, sementara istri sudah lebih baik, insya Allah akan tiba waktunya dikasih jodoh yang benar, bukan lelaki yang tak pernah bisa berubah itu.
Hubungannya dengan istri mandiri finansial beruntung, apa MamiRey?
Tentu saja ada.
Maksud saya, semua istri sebenarnya selalu punya pilihan lain yang lebih baik dan membuatnya beruntung, meski dia belum bisa mandiri financial seperti Ricis.
Pilihan itu adalah menjadi baik, dan menerima bahwa kebahagiaan kita itu bukan hanya kewajiban pasangan hidup semata. Mendapatkan kebahagiaan dari pasangan hidup itu adalah bonus. Sementara bisa selalu menemukan alasan untuk bahagia dalam hidup adalah sebuah anugerah yang tidak bisa dimiliki banyak perempuan, even dia mandiri financial.
Jadi, bukan istri yang mandiri financial yang beruntung, tapi istri yang bisa memaksa dirinya untuk lebih baik dengan berharap kepada sang penciptanya
Karena pada akhirnya, kita akan menyadari, hanya Tuhanlah tempat yang paling baik dalam berharap. Tempat satu-satunya yang tidak akan memberi luka kepada kita.
Percaya kepada janji Allah, seperti yang tertulis dalam surat An-Nur ayat 26, yang artinya:
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)"
Meyakini hal ini, membuat kita sebagai istri merasa lebih baik.
Pertama, kita jadi menyadari bahwa jika suami kita buruk di mata kita, bisa jadi karena kita juga buruk di mata Allah. Jadi, akan lebih mudah untuk lebih fokus ke diri sendiri, memperbaiki diri sendiri.
Kedua, selalu yakin bahwa jika selalu memperbaiki diri, Allah akan mengirimkan pasangan terbaik. Entah itu pasangan baru, atau pasangan lama yang hatinya udah dilembutkan oleh sang pencipta.
Begitulah, para istri yang belum mandiri financial bisa sama-sama beruntung, selama dia mau berubah lebih baik, bukan karena agar suaminya baik juga, tapi karena Allah dan yakin akan janjinya.
Bukankah tak ada yang lebih menenangkan dari itu?
Ini opini saya sih, how about you, parents?
Surabaya, 10 Mei 2024
#FridayMarriage - Parenting By Rey
Referensi: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Post a Comment for "Istri Mandiri Financial Ataupun Tidak, Bisa Sama-Sama Beruntung"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)