Ibu yang Cerewet itu Baik
Siapa nih yang sering di cap sebagai ibu yang cerewet?. Eh bahkan dalam dunia genderalisasi *halah, apaan tuh, hehehe. Seringnya kaum perempuan selalu disebut atau identik dengan mahluk yang cerewet.
Labelisasi ini, biasanya lebih banyak berasal dari kaum lelaki, di mana mereka menganggap kalau perempuan itu selalu cerewet. Belakangan para kaum perempuan memberikan alasan, bahwa dalam sebuah teori mengatakan, kalau perempuan punya 20.000 kosa kata yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Ya emang seperti itulah perempuan diciptakan.
Akan tetapi, teori ini belakangan juga banyak dibantah oleh beberapa orang di media sosial. Katanya sebenarnya nggak ada penelitian yang pasti yang membuktikan kalau semua perempuan butuh mengeluarkan 20.000 kosa kata itu.
Tapi, saat ini saya nggak mau membahas tentang kosa kata perempuan, karena ingin memberikan alasan mengapa ibu butuh punya skill atau sikap yang cerewet, hahaha.
Cerita Menjadi Ibu
Sebelum menjadi ibu, sebenarnya saya punya karakter yang introvert, dan jujur saya tuh tipe orang yang malas bicara, cenderung lebih banyak overthinking. Alias ngomong sendiri dalam pikiran.
Meski demikian, saya dikenal orang sebagai orang yang cerewet loh. Nggak tahu kenapa, entah karena setiap ketemu teman yang cocok, kalau ngobrol tuh, saya nggak bisa berhenti untuk ngomoooongggg mulu.
Meskipun setelahnya, saya tepar saking merasa energi terkuras sampai di dasar-dasarnya.
Setelah menjadi ibu, ternyata saya adalah ibu yang nggak terlalu cerewet. Maksudnya, ngomong sih, tapi nggak juga terlalu suka ngomong.
Main sama anak, hanya sekadar uyel-uyel doang, terlebih ketika masa handphone sudah semakin menarik. Udahlah, saya lebih banyak scroll HP ketimbang ngomong sama anak *plak.
Nggak heran, si Adik dulunya sempat kena speech delay, karena maminya lebih sering pegang HP, buka laptop. Sementara si Adik dibiarin main sendiri, atau menyusui sambil ngetik, hahaha.
Setelah anak-anak makin besar, mulai deh terasa bahwa saya bukanlah sosok ibu yang terbaik. Ya karena saya nggak seberapa cerewet. Malas ngomong, malas juga ketika anak banyak nanya.
I mean, tetap sih dijawab, tapi dengan jawaban yang nggak membuka pemikiran anak lebih baik. Kalau saya liat, anak-anak lain tuh bertanya, dijawab ibunya sepotong-sepotong, jadi anaknya nanya mulu sampai puas.
Nah, kalau saya, saking malas menjawab kebanyakan, ketika anak bertanya, udahlah saya jelasin sampai banyak. Abis itu saya fokus ke laptop lagi, hahaha.
Well, aslinya si Rey bukan malas beneran ya, hanya karena karakternya yang nggak seberapa suka ngomong, plus waktunya habis buat cari duit dari rumah, huhuhu.
Alasan Ibu Harus Cerewet
Nah, menurut saya, alih-alih malu menjadi ibu yang cerewet, seharusnya para ibu bangga loh kalau jadi ibu cerewet.
Karena menurut saya, cerewet itu adalah keharusan bagi ibu, karena:
1. Ibu cerewet bisa melatih kosa kata anak untuk cepat bicara
Banyak anak yang mengalami speech delay, salah satu alasannya adalah karena jarang stimulasi dengan diajak bicara oleh parent-nya. Apalagi bagi parents yang sibuk, nyaris nggak punya waktu bermain dengan mindful sama anak-anak.
Akhirnya anak-anak bersahabat dengan rasa sepi, dan malas untuk belajar bicara.
Kalau ibu yang cerewet, tentunya setiap saat bakalan ngomonggg aja sama anak, biar kata anak belum bisa menjawab atau mengerti semua omongannya sepenuhnya.
Bahkan bayi diajak curhat, yang tentunya secara nggak langsung bisa meng-stimulasi anak biar bisa cepat bicara dan tidak kena speech delay pada anak.
2. Ibu cerewet selalu punya energi buat menjawab pertanyaan anak-anak yang seabrek
Selain bisa meng-stimulasi anak cepat bicara, ibu yang cerewet juga punya manfaat untuk selalu punya energi untuk menjawab pertanyaan anak-anak seabrek.
Duh ye parents, siapa nih yang setuju, kalau anak-anak itu, super annoying banget dengan semua pertanyaan-pertanyaan receh yang terus diulang, hahaha.
Tapi itu normal ya, dan seharusnya kita khususnya ibu, menyiapkan energi untuk menjawab semua pertanyaan mereka sereceh apapun itu.
Ye kan, biar anak selalu nyaman bertanya dan bercerita sama parents, daripada dia menyimpulkan sendiri, atau bertanya di orang yang salah kan?.
Nah, ibu yang cerewet beruntung banget nih, karena biasanya punya stock energi banyak untuk ngomong menjawab pertanyaan anak, hehehe.
3. Ibu yang cerewet selalu punya energi untuk menasihati anak secara konsisten
Selain anak-anak sering bertanya tanpa henti untuk hal-hal yang receh. Anak-anak juga butuh banget untuk selalu diingatkan bolak balik, every single day, untuk hal yang sama, hahaha.
Diingatkan gosok gigi berulang, diingatkan shalat berulang, diingatkan makan dengan benar, diingatkan tidur tepat waktu, diiingatkan main dengan sopan.
Dan lain sebagainya.
Jujur, ini menantang banget buat saya yang nggak suka terlalu banyak ngomong, apalagi ngomong hal-hal yang sama berulang kali.
Tapi ya itulah tugas kita sebagai parents, yang seharusnya selalu mengingatkan anak-anak akan hal yang baik secara berulang, sampai mereka terbiasa akan hal demikian.
Jadi gimana? masih meremehkan ibu yang cerewet?. Padahal, menjadi ibu yang cerewet itu baik. How about you, parents?.
Surabaya, 24 Juni 2024
Parenting By Rey - Reyne Raea
Sumber: pengalaman dan opini pribadi
Gambar: Canva edit by Rey
Cerewet pada tempatnya yaa. Misal ngingetin waktu solat, bangunin anak, dll. Kayaknya di dunia ini gak ada ibu yg gak cerewet 😆
ReplyDeleteJustru wajib dan harus, dan ada loh ibu yang nggak suka cerewet gitu, saiah misalnya wakakakak. Untungnya akoh ibu yang selalu pengen jadi terbaik
DeleteYa, saya setuju selama sang ibu punya alasan logis cerewet itu bisa menjadi baik karena ada tujuan positifnya. Yang jelek ya cerewet yang marah2 melepas emosi, kasian anak-anak :)
ReplyDeleteCerewet kan maksudnya banyak omong, kalau marah-marah bukan cerewet tuh, tapi ngamuk, wakakakakak
Delete