Love and Hate Relationship Ibu Pada Anak Lelaki Teenager Ala MamiRey
Love and hate relationship itu nggak cuman ada pada hubungan orang dewasa beda gender aja. Tapi juga dirasakan oleh ibu dan anak.
Kebanyakan sih melanda hubungan ibu dan anak perempuannya, tapi ternyata ibu dan anak lelakinya juga mengalaminya juga.
Sweet Love Bersama Anak Lelaki Pertama Ala MamiRey
Being a mom, terlebih untuk pertama kalinya, punya anak lelaki pulak, merupakan the best momen in my life banget.
Semacam dream come true banget buat saya.
Secara, saya tuh dulunya punya adik lelaki, kami beda 6 tahunan. Dan karena emang sejak dulu saya suka anak kecil, adik saya tuh dekat banget sama saya.
Bahkan yang sering gendongin dia, ajak main, yang paling sering dibagi jajanan sama dia, ya cuman saya.
Suatu saat, adik saya meninggal secara tiba-tiba, begitu cepat dan sukses bikin saya shock berat. Lalu bertahun kemudian tiba-tiba saya dikasih anak lelaki yang super manis. Siapa yang nggak happy banget?.
Entah Allah ingin mengganti semua perasaan rindu saya kepada adik lelaki yang sudah lama berpulang, diberinya saya anak lelaki satu aja selama nyaris 7 tahun.
Selama masa-masa tersebut, sesungguhnya hubungan saya dengan si anak pertama lelaki tersebut sangatlah manis. Rasanya jarang sekali merasa hate atau kesal. Karena si Kakak memang amat sangat manis.
Satu-satunya yang saya kesalin cuman karena dia sering sakit aja, tapi itu kan bukan salahnya ya.
Masa-masa sweet hubungan kami, semakin terasa karena dulunya papinya sering banget ngajak jalan-jalan. Si Kakak benar-benar merasakan cinta kami, mami papinya secara utuh.
Bahkan sampai si Kakak mulai sekolah, kami jadi lebih sering menghabiskan waktu berdua. Jalan-jalan berdua, dan memang sikap si Kakak selalu manis, jarang bikin maminya emosi jiwa.
Ada sih emosinya, tapi banyakan manisnya sih.
Hate Relationship Bersama Anak Lelaki Pertama Saat Teenager
Lalu tiba-tiba, ketika berusia 7 tahun, si Adik lelakinya lahir. Yang langsung bikin hidupnya berubah dalam sekejap.
Mungkin si Kakak terlalu lama merasakan nyamannya menjadi anak tunggal, hal ini membuatnya jadi lebih suka 'cari perhatian' sejak adiknya hadir.
Tentu saja hal-hal begini mengundang emosi maminya banget.
Sudahlah maminya single fighter mom pejuang LDM, harus mengurus mereka sendiri, ditambah tingkah caper ala si Kakak, terutama ketika sudah teenager.
Beberapa hate relationship mami ke si Kakak ketika dia masuk usia teenager di antaranya:
1. Suka godain adiknya trus berantem
Ooooo maaaaaaiiiii guuuuudddneeeesssss! Serius loh, untuk satu hal ini, sungguh bikin saya udah kek singa melolong yang ditakuti di seantero hutan belantara. Even induk singa ganas dan galak pun keknya auto ketakutan kalau liat esmosi jiwa saya tentang ini, wakakakaka.
Tapi serius loh, saya paling benciiii banget kalau si Kakak udah mulai godain adiknya. Mana adiknya ini emang you know lah apalagi di usia sekarang yang hampir masuk SD kan, tuh tingkahnya masya Allaaaaahhh banget.
Nah, bahkan enggak diganggu aja, luar biasa deh tingkahnya bikin emosi jiwa, nah ini kakaknya berani-beraninya godain dia, entah dengan mimik mengejek, mimik ngajak bercanda.
Lalu yang terjadi kemudian, adiknya kepancing, bertingkah berlebihan. Mulai dari balas mengejek, sampai menggebuk, terus kakaknya balas, terus adiknya balas lagi dan jejeritan. Maaaaiiiguuuddddd huwaaaaaa!!!
Sepertinya hal ini mungkin dialami hampir semua ibu ya, tapi jujur hal ini bikin saya paling emosi jiwa. Karena beberapa hal yang mendasar. Di antaranya,
- Saya butuh ketenangan untuk ngeblog di rumah, kan butuh duit ye, tapi dengan kondisi seperti itu, bagaimana caranya saya berpikir untuk menulis di blog?, hiks.
- Kami tinggal sementara di tempat yang sempit, dan banyak perabotan elektronik milik orang. Ada TV, kaca dll, sementara ruangan sempit, kebayang kan 2 anak lelaki kalau berantem gebuk-gebukan, kejar-kejaran, mau nangis maknya. Tapi, maknya nangis nggak ngaruh, mending mengaum dengan menggelegar, wakakakaka.
2. Mager bin lelet
Oooo maigudnes, sudah bertahun-tahun saya jadi IRT dan mengurusnya, khususnya mempersiapkan si Kakak berangkat sekolah di pagi hari.
Tapi dari mulai dari dia kelas 1 SD, sampai sekarang mau naik kelas 8 SMP, masya Allllaaaaahhh susahnyaaaa kalau bangunin dia di pagi hari.
Padahal kan maminya pengen menerapkan cara lembut membangunkan anak-anak, agar mereka bisa merekam awal harinya dengan penuh kelembutan kan. Dengan demikian si Kakak selalu merekam kelembutan di hatinya.
Tapi, mulai dari lembut banget,
"Assalamu'alaikum anak shalih, bangun yuk, shalat subuh, mau sekolah!"
Lalu saya kembali ke dapur, mempersiapkan sarapan dia dan adiknya sebelum berangkat sekolah.
2 menit berlalu, saya kembali ke kamar, eh dia ngorok dong, tapi cuman balik posisi aja, malah tarik selimut lagi dianya, huhuhu.
"Sayang, bangun yuk, udah jam 5 lebih loh, entar Kakak telat ke sekolah!" sambil mengusap kepalanya dengan lembut.
Si Kakak kembali bergerak, dan maminya segera ke dapur, karena takut yang dimasak jadi gosong. Tapi, ditunggu-tunggu, nggak ada yang bangun juga dong.
Saya kembali ke kamar, kali ini dengan suara tegas,
"Kakak! bangun, udah setengah 6 loh, telat kakak tuh!" (padahal masih pukul 5 lewat 6 menit, wakakakaka)
Dan begitulah, si kakak bakalan muter badan lagi, kali ini bangun dan duduk. Dan saya pikir udah aman, segera balik ke dapur sambil nyiapin ini itu. Tapi kok yang ditunggu nggak muncul-muncul.
Pas dilihat ke kamar, masya Allaaaah, dia tidur lagi dong, kali ini nungging.
Seketika keluarlah suara singa meraung.
"Darrreeeeelllll! bangun, sekarang!"
Kalau udah gini, biasanya diterusin sama ngomel, akan berhenti kalau saya ngantuk. Jadi setelah menyiapkan semuanya, memastikan si Kakak udah nggak bakal tidur sambil shalat, saya pilih untuk tidur di kursi dekat si Kakak sarapan.
Saya memilih untuk tidak melihat keleletannya berikut, di mana dia makan sarapannya kek orang yang mati segan, hidup tak mau.
Sumpah ya, saya kesal banget liat anak-anak kayak gitu, sementara maminya kadang tidur pukul 2 pagi karena harus ngetik dulu. Lalu bangun pukul 4, terkantuk-kantuk tapi dipaksa untuk bangun dan menyiapkan dia berangkat sekolah. Lah kok anaknya leleeeett kayak keong.
Karenanya, daripada emosi jiwa, saya milih tidur aja deh, biasanya dibangunin si Kakak ketika dia akan pamit dan salim dulu.
Bukan hanya ketika pagi hari, si Kakak ini juga tipe anak yang malas gerak, akhirnya badannya nggak tumbuh-tumbuh. Sedih rasanya kalau dia dikomentari orang lain mulu, ketika tahu bahwa dia udah SMP.
"Loh, kirain masih SD, soalnya kecil!"
Mau emosi, tapi emang nggak salah juga sih orang mengira demikian, karena saya sebagai maminya aja lumayan jangkung, apalagi papinya.
Disuruh olahraga, even jogging keliling kompleks, yang ada dia bakalan keluar, jalan sebentar, duduk lagi, jajan sebentar lagi, duduk lagi.
Mao nangis nggak sih!.
Meskipun demikian, sejujurnya saya tetap belajar menerima, mungkin ini salah satu kekurangan dia sebagai manusia. Cuman ya nggak sekarang lah menyerah untuk minta si Kakak mau rajin gerak di masa pertumbuhannya.
3. Masih picky eater
Sebenarnya sejak kecil sih, si kakak ini adalah anak yang picky eater banget. Bahkan saya curiga nih anak stunting, saking waktu dulu makannya nasi goreng terooossss, kalau enggak ya bakso dan sate, wakakakaka.
Makan sayur sih, tapi cuman mau bayam dan kangkung tumis doang. Kalau yang lain, cuman mau makan sedikit, itupun kalau maminya udah melotot.
Nah sikap ini, masih terbawa sampai dia remaja. Di masa pertumbuhannya yang penting ini, masih aja dia picky eater. Nggak sampai minta aneh-aneh sih, tapi dia malas makan dong, dikasih uang buat beli makan siang di sekolahpun, kadang dipake buat beli jajanan aja, huhuu.
Love Relationship Bersama Anak Lelaki Pertama Saat Teenager
Meski nggak jarang bikin maminya emosi jiwa, kadang bikin maminya ngamuknya nggak karuan, huhuhu, *maafkan mami ya mata bundarnya Mami.
Tapi sesungguhnya, saya selalu makin jatuh cinta dengan sikap manisnya, meskipun udah masuk usia teenager kayak sekarang. Di mana sikapnya:
1. Sayang banget sama maminya
Duh si Kakak ini ya, so sweeeet banget sama maminya. Meskipun dia udah nggak mau lagi kiskis maminya kayak dulu masih kecil, kecuali disuruh, hahaha. Tapi perhatiannya luar biasa sih nggak pernah berubah.
Ibaratnya, punya cinta sejati yang tak pernah pudar, sampai kapanpun, masya Allah tabarakallah.
2. Paling sabar dan mengalah dari maminya
Rasa sayang si Kakak kepada maminya, salah satunya diperlihatkan dengan selalu sabar dan mengalah dari maminya.
Sabar ketika dimarahin, diam aja mendengarkan ocehan maknya yang suka uring-uringan. Mengalah untuk makanan, dan lainnya.
Ya Allah, saya merasa Allah mengirimkan kembali adik lelaki saya dulu, yang memang persis suka bersikap kayak gini.
Suka berbagi makanan apapun yang dia punya, bahkan sering banget dia pulang sekolah, dibela-belain beliin jajanan kesukaan maminya, cokelat atau BengBeng. Padahal, uang sakunya nggak banyak loh.
Kalau punya uang tabungan, yang selalu di pikirannya hanyalah mau beli hadiah buat maminya. Bahkan, ketika maminya minta tolong beliin sesuatu di swalayan, sering banget pulang-pulang malah bawa cokelat kesukaan maminya yang sedang diskon.
Sikap ini biasanya dilakukan oleh papinya, dan sepertinya dia mencontohnya dengan baik, Alhamdulillah.
3. Paling perhatian sama maminya
Rasa cinta si teenager ini ke maminya juga ditunjukan dalam bentuk perhatian secara langsung. Misal, ketika maminya sedang sakit atau semacamnya, si teenager ini selalu sigap mengurus maminya.
Mulai dari mengambil alih pekerjaan rumah yang dia bisa lakukan, sampai mengurus adiknya. Memijat maminya, hingga siap sedia membawakan atau mencarikan apapun yang maminya butuh dan inginkan.
Ketika lagi tidur dan tiba-tiba saya jejeritan kesakitan karena kaki atau betis keram dan terasa ketarik gitu. Si kakak auto bangun dan siaga, segera dia cari minyak kayu putih, untuk mijetin, setelahnya nyari koyo untuk ditempelin ke kaki maminya.
Sikap si anak lelaki teenager ini yang membuat saya tidak pernah terlalu ngenes being a single fighter mom pejuang LDM. Karena semua sikap perhatian papinya dulu, ditiru olehnya.
4. Selalu nurut apa kata maminya
Dan yang paling bikin meleleh hati maminya adalah, sikap penurutnya, yang masih selalu mau mendengar apa kata maminya.
Dipanggil langsung jawab dan datang, disuruh buang sampah langsung dikerjakan.
Meskipun mungkin ini melalui parenting galak ala mami sih, tapi saya bersyukur, karena masih bisa menjangkau hati anak-anak, meskipun udah masuk usia teenager.
Ya begitulah, meski berstatus ibu dan anak, keduanya tetap manusia yang berbeda tubuh, pikiran dan segalanya. Wajarlah hubungannya selalu dipenuhi love and hate relationship ibu dan anak lelaki teenager kayak yang saya alami.
How about you, parents?
Surabaya, 10 Juni 20
Post a Comment for "Love and Hate Relationship Ibu Pada Anak Lelaki Teenager Ala MamiRey"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)