3 Penyebab Istri Sulit Lepas dari KDRT Dan Cara Menyikapinya
Dunia maya sedang dikejutkan oleh kejadian KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) fisik dan mental. Yang dialami oleh seorang wanita cantik yang merupakan selebgram dan mantan atlet anggar, Cut Intan Nabila.
Hal ini terungkap setelah Intan akhirnya berani mengunggah rekaman CCTV yang memperlihatkan kebiadaban suaminya yang menghajar tubuh tak berdayanya.
Unggahan di akun instagram @cut.intannabila 2 hari lalu sontak saja menghebohkan dunia maya. Karena terlihat jelas bagaimana beringasnya sang suami menghajar, menendang hingga menjambak sang istri.
Bahkan saking kesetanannya, bayi mereka yang baru berusia beberapa hari ikut tertendang kaki suaminya.Yup, yang lebih menyedihkan adalah, Intan baru saja melahirkan anak ke-3 mereka beberapa hari sebelumnya secara sesar.
Terbayang bagaimana sakitnya fisik dan mental yang harus dirasakan Intan, masih menahan sakit dari luka sesar yang dialami, namun suaminya sudah menghujani tubuhnya dengan pukulan sekuat tenaga.
Tak heran semua pihak geram melihatnya, hampir semua pihak mengutuknya, dan seketika kasusnya jadi viral.
Pihak kepolisian pun bergerak cepat, sehari kemudian, sang pelaku yang bernama Armor Toreador, diringkus di sebuah hotel kawasan Kemang, Jakarta.
Sejak 2 hari ini, media sosial sontak penuh dengan pembahasan KDRT. Ada yang sibuk mengutuk sang pelaku, tapi tak sedikit juga yang menghujat si korban.
Konten-konten yang berbunyi,
"KDRT bolak balik tapi punya anak hingga 3, gimana logikanya tuh!"
"Suami KDRT dan berharap dia berubah? tak mungkin!"
"Jangan tunggu babak belur, tinggalkan suami KDRT dan tukang selingkuh!"
Dan semacamnya.
Alhamdulillah saya nggak pernah ngalamin digebukin laki, selain digebukin bapak sih, hahaha. Tapi justru karena bapak pernah mukul saya, haram hukumnya laki lain mukul saya!
Palingan masih berkutat dengan KDRT mental yang belum bisa bikin saya move on, *hiks. Tapi jujur konten-konten seperti itu bikin saya sakit hati.
Kebayang nggak sih, kalau ada istri-istri di luar sana yang saat ini sedang berada di lingkaran KDRT seperti itu, tapi tak punya pilihan, momen dan cara untuk bebas dari hal tersebut. Lalu mereka melihat konten seperti itu, bukannya bikin mereka jadi makin sakit hati, putus asa, hingga berbuat hal yang merugikan dirinya sendiri.
Saya sudah pernah menuliskan opini yang masuk akan tentang KDRT khususnya fisik seperti ini. Kenyataannya tidak mudah bagi seorang korban bisa melepaskan diri dari pelaku.
Jadi, konten-konten yang hanya mengangkat tema KDRT, trus nyuruh pergi, tapi nggak ngasih tahu, solusinya gimana?. ITU NGGAK GUNA! BAHKAN KONTEN TERSEBUT SEOLAH-OLAH MENGEJEK DAN MENGHUJAT KORBAN YANG TIDAK BERDAYA.
Harus dipahami, masalah KDRT ini amat sangat komplikasi, coba deh googling untuk membaca berita-berita para korban KDRT yang begitu sulit diselamatkan.
Bahkan, saya pernah membaca bahwa Komnas perlindungan wanita pun kewalahan membantu korban KDRT. Bukan karena ketidak berdayaan pihak-pihak tersebut ya, tapi kebanyakan korban KDRT itu sendiri yang sulit melepaskan dirinya dari sang pelaku. Bahkan ada yang sudah dibantu sedemikian rupa, ujung-ujungnya rujuk dengan pelaku, bahkan punya anak lagi.
Masih ingat kasus dr. Qory yang juga pernah menggemparkan netizen di tahun 2023 silam?. Tidak sedikit pihak yang turun tangan menyelamatkan sang dokter dari manipulasi suaminya.
Bahkan beberapa pihak menyelenggarakan open donasi atau penggalangan dana untuk sang dokter, guna membantunya jadi lebih mandiri dan bebas dari suami abusive-nya. Kenyataanya beberapa waktu kemudian donasi itu dihentikan, seiring dengan merebaknya kabar bahwa dr. Qory akan mencabut laporan karena masih cinta suaminya.
Seketika publik kecewa, meskipun akhirnya beberapa pihak menjelaskan kalau sang dokter tidak jadi mencabut laporannya di kepolisian.
Saya pernah nulis tentang penyebab istri sulit lepas dari suami KDRT dan bagaimana cara mendampingi korban KDRT sebagai sahabat atau orang terdekatnya.
Yang nyatanya terbilang sulit, karena :
1. Korban KDRT Biasanya Punya Mental Issue
Pelaku KDRT, apalagi seorang suami yang memukul istrinya, sudah pasti punya masalah mental yang serius. Tapi tahukah parents? korban KDRT yang tidak bisa move on dari pelaku juga punya masalah mental yang tidak bisa disepelekan.
Masalah ini, bukan hanya muncul ketika berulang kali mengalami KDRT, tapi biasanya sudah ada di diri korban, salah satunya karena luka batin masa kecil.
Setidaknya ini yang saya sadari dan rasakan, ketika dulu pertama kali bertemu dengan si kakak pacar. Meski dia baik, sebenarnya ada beberapa tanda red flag yang saya rasakan tapi tetap diabaikan, justru karena kebaikannya tersebut.
Red flag di sini, bukan hanya sebatas si pasangan KDRT fisik ya, tapi karakter pasangan yang tidak bisa kita toleransi. Salah satunya si kakak pacar yang ngakunya cinta mati, tapi kok nggak ngajak nikah sampai saya kasih ultimatum putus aja.
Setelah nikah baru tersadar, kalau karakter lelaki yang tidak punya rencana masa depan masih melekat di dirinya. Sangat bertolak belakang dengan saya yang apa-apa harus direncanakan.
Mengapa saya tidak bisa move on ketika masih pacaran? salah satu alasan karena si pacar dulu tuh melengkapi semua inner child saya di masa kecil.
Dia bisa jadi kakak, pacar, ortu dan segalanya buat saya. Dia mengutamakan saya, menjadikan saya nomor satu dalam hidupnya. Bahkan di atas orang tua dan keluarganya.
Sementara saya di masa kecil, sempat terlahir sebagai anak tengah di tengah keluarga yang ekonominya kurang. Bikin saya jadi anak yang menjadi prioritas terakhir, yang seringnya nggak kebagian apa-apa lagi.
Sikap ortu yang dipengaruhi oleh kondisi tersebut sontak membuat luka batin buat saya, dan terbawa hingga dewasa. Lalu tiba-tiba bertemu dengan sosok yang bisa melengkapi semua kekosongan di batin saya. Seketika hal-hal yang red flag, menjadi buram di mata saya.
Kondisi seperti inilah yang biasanya terjadi pada korban KDRT. Bahkan, ketika masih pacaran sudah mengalami kekerasan fisik dan mental secara intens, tapi karena merasa sosok pelaku KDRT itu bisa mengisi semua kekosongan yang dialaminya bertahun-tahun. Sehingga red flag berat dari sikap KDRT tersebut, bisa diabaikan.
Lalu akhirnya, menikahlah dia, dan terjebak tanpa ujung dalam lingkaran KDRT yang menyedihkan. Dikasari secara fisik, sakit, pelaku minta maaf dengan berlaku manis, dimaafkan, lalu terulang kembali, lagi dan lagi.
Belum lagi ketambahan kalau mentalnya terganggu sehingga membiarkan pikirannya menormalisasi bahwa istri dipukul suami itu biasa. Mungkin si istri tumbuh besar dalam lingkungan yang tidak harmonis, dia terbiasa melihat ibunya dihajar ayahnya dan tidak melawan.
Apa yang dia lihat di keluarganya sejak kecil, biasanya sangat mempengaruhi pola pikirnya di masa sekarang. Tidak heran mengapa saya nggak mentolerir lelaki kasar, karena segalak-galak dan temperamennya bapak, dia tak pernah sama sekali berani memukul mama.
Cara menyikapi hal ini sangat komplikasi, karena korban butuh seseorang yang bisa menggantikan sosok 'malaikat' yang terlihat di mata korban pada pelaku.
Dan tidak melulu harus digantikan oleh sosok pria yang mencintai si korban ya, keluarga dan sahabat serta orang-orang terdekat pun bisa melakukannya.
Masalahnya adalah, butuh orang yang benar-benar luar biasa untuk itu, karena tidak bisa sembuh hanya dalam sehari dua hari.
Butuh waktu yang panjang sampai akhirnya si korban bisa benar-benar menyadari, kalau di dunia ini bukan hanya si pelaku yang bisa mengisi kekosongannya. Masih banyak orang lain yang bisa melakukannya.
Saya kurang tahu sih gimana prosedur Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dalam mendampingi korban KDRT, apakah mereka menyediakan pendampingan tanpa batas waktu kepada si korban atau gimana?.
Yang tahu komen yuk :)
Apalagi jika akhirnya si korban bisa menyadari, kalau dia harus menerima, bahwa kebahagiaannya adalah tanggung jawabnya sendiri.
2. Suami Manipulasi
Penyebab lainnya yang bikin istri sulit lepas dari KDRT yang dilakukan suaminya adalah, karena punya suami yang sangat mahir memanipulasi keadaan. Saking mahirnya, bahkan ketika istri yang dihajar malah merasa kalau dia pantas dihajar.
Kondisi seperti ini akan membuat korban sulit lepas, jika terlalu lama mereka bersama, alasannya karena semakin lama bersama, suami KDRT itu akan semakin mengenal kekurangan sang istri.
Biasanya, para pelaku KDRT yang pandai manipulasi, menggunakan kekurangan pasangannya untuk bisa dimanipulasi, sehingga istrinya tak bisa dengan mudah pergi dan menyudahi KDRT tersebut.
Contoh, suami yang setelah puas memukul istrinya, segera minta maaf dan bermanis-manis, menunjukan bahwa dia menyesal melakukan hal itu. Bahkan menghujani istrinya dengan banyak cinta yang bahkan lelaki normal pun tak bisa melakukannya.
Jika sudah seperti ini, semakin sulit bagi korban untuk bisa lepas, karena terus merasa dan berharap bahwa suaminya akan berubah karena sudah menyesali perbuatannya.
Cara menyikapi kondisi ini sedikit lebih mudah sih, cukup pisahkan korban dari pelaku, jangan biarkan mereka bertemu, dan kalau bisa sampai si korban benar-benar bisa move on dengan baik.
Dan selama berpisah, blokir akses kemungkinan mereka berkomunikasi, agar tertutup kemungkinan celah bagi pelaku memanipulasi si korban lagi.
3. Ekonomi
Penyebab KDRT pada istri yang paling banyak dialami wanita zaman now adalah, karena ketergantungan ekonomi pada suami.
Istri yang tak punya penghasilan, apalagi kalau sudah punya anak ya. Setelah menikah memutuskan jadi ibu rumah tangga, sehingga praktis semua urusan keuangan keluarha dipenuhi oleh suami.
Sebenarnya nggak salah sih, bahkan aturan yang sebenarnya ya gini. Selain aturan, juga nggak mudah menjadi seorang ibu plus harus cari duit juga.
Ada begitu banyak pertimbangan dan kondisi yang membuat istri tak bisa bekerja di luar rumah. Apalagi kalau tidak punya support sistem keluarga terdekat.
Namun, ketika kondisi ini dihadapkan oleh istri yang punya suami KDRT, akan sulit untuk bisa terbebas dari belenggu itu.
Akan tetapi, meski terlihat sulit, bukan berarti tak bisa ya.
Jika memang mengalami KDRT apalagi dipicu dengan perselingkuhan suami, sebaiknya segera cari pertolongan.
Bukan hanya korban, bagi siapa saja yang melihat adanya tindak KDRT, segera hubungi:
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
Darurat Hubungi Hotline KemenPPPA 129
HP (021129), WA (08111129129)
Kesimpulan dan Penutup
Penyebab istri sulit lepas dari KDRT itu beragam, di mana kasus Cut Intan Nabila sebagai contoh.
Terdapat tiga faktor utama yang membuat istri tetap berada dalam hubungan KDRT.
- Pertama, masalah mental yang sering dialami korban, di mana mereka memiliki luka batin sejak kecil yang membuat mereka sulit melepaskan diri dari pelaku.
- Kedua, manipulasi oleh suami yang membuat korban merasa pantas diperlakukan buruk.
- Ketiga, ketergantungan ekonomi yang membuat korban merasa tidak memiliki pilihan lain.
Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan situasi yang kompleks dan membuat istri sulit keluar dari siklus kekerasan tersebut
Surabaya, 16-08-2024
Sumber: opini dan pengalaman pribadi
Gambar: canva edit by Rey
Post a Comment for "3 Penyebab Istri Sulit Lepas dari KDRT Dan Cara Menyikapinya"
Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)