Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Korlas dan Komite Sekolah, Serta Polemiknya Bagi Wali Murid

Konten [Tampil]

kordinator kelas atau korlas

Masalah korlas atau koordinator kelas masih bergaung di media sosial, hal ini dikarenakan masa-masa awal masuk sekolah di tahun ajaran baru belum berlangsung lama.

Beberapa sekolah tentunya mulai berbenah untuk segala hal, salah satunya adalah membentuk korlas dengan menunjuk salah satu wali murid memegang peran tersebut.

  

Perbedaan Korlas dan Komite Sekolah

Apa sih bedanya korlas dengan komite sekolah?. Kalau baca di beberapa sumber, salah satu yang membedakan keduanya adalah.

Komite sekolah berdiri dengan ketetapan undang-undang yang pasti. Komite Sekolah dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Nasional No.014/U/2002 tanggal 2 april 2002, sebagai pengganti Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan atau BP3. Dan dalam perjalanannya, Komite Sekolah lalu diatur dengan Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah.

Sedangkan korlas, terbentuk atas dasar inisiatif wali murid, jadi tak ada undang-undang yang mengaturnya, dan sebenarnya nggak wajib juga sih.

Anggota komite sekolah juga lebih beragam, terdiri dari orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

Sedangkan korlas, murni hanya berisikan orang tua atau wali murid semata.

Koordinator Kelas biasanya bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua murid, dan memfasilitasi komunikasi yang efektif antara keduanya.


Polemik Korlas Bagi Wali Murid

Saya nggak tahu sih, mengapa beberapa sekolah memilih meniadakan komite sekolah dan membiarkan adanya korlas, karena sejujurnya meski tugas korlas ini membantu, juga menghadirkan polemik di beberapa wali murid.

Di medsos, banyak banget cerita tentang keluhan ibu-ibu yang protes dengan kegiatan serta biaya yang diadakan korlas yang katanya sesuai kesepakatan bersama.

Karena pada dasarnya, meskipun ada kalimat 'atas dasar kesepakatan bersama', dalam praktiknya tidak benar-benar seperti itu.

Jika ada sebuah hal yang harus diputuskan, nyatanya banyak yang memilih diam, kalaupun ada 1 atau 2 yang protes, suaranya akan kalah dengan yang diam dan diartikan setuju.

Setidaknya ada 2 polemik yang beredar di kalangan orang tua / wali murid. Yang pertama adalah masalah duit, yang kedua adalah masalah kegiatan.

Banyak yang protes dengan uang bulanan yang diadakan korlas dengan tujuan sebagai kas kelas. Banyak juga yang protes dengan kegiatan kelas yang akhirnya merepotkan para ortu murid.


Cerita Menyikapi Kegiatan yang Dikelola Korlas

Mungkin karena saya merasa udah pengalaman kali ya, bukan pengalaman dalam hal menjadi korlas ya. Meski anak pertama saya udah SMP, tapi jujur saya cuman merasakan pengalaman ikut komite dan tau korlas setelah si bungsu sekolah.

Di TK kelas A sebelumnya, saya sedemikian semangat menghadiri semua kegiatan sekolah, meskipun aslinya saya malas karena saya introvert.

Saya juga menerima jadi bagian dari pengurus komite anak TK, meskipun ujungnya nggak ngapa-ngapain juga sayanya, hahaha.

Setelah si Adik naik ke TK B, dia pindah di TK Surabaya. Dan meski saya nggak ikut dalam pengurus komite, tapi saya takjub bin ngenes dengan uang komitenya, per bulan sampai 40 ribuan, plus masih ada tambahan ini itu pulak.

Mungkin semua rasa lelah saya menjalani kegiatan sekolah anak TK yang menguras waktu dan tenaga serta uang itulah, yang bikin saya jadi malas untuk terlalu aktif setelah anak masuk SD.

Di sekolah si Adik memang nggak ada komite sekolah, tapi ada korlas. Sejak awal masuk mereka sudah sibuk membentuk pengurusnya, dan saya bahkan nggak tahu saking jarang buka WAG wali murid.

Syukurlah ketika mengintip grup, ternyata kami semua hanya dibebankan uang bulanan 10ribuan aja. 

Saya cuman memilih untuk membayar aja, nggak peduli uang itu mau dipakai buat apa, belakangan saya intip WAG, ternyata uang kas tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan.

Mulai dari membeli air minum untuk kelas si Adik, karena mereka di sekolah sejak pukul 06.30an sampai 12.00. Bahkan beberapa masih belum langsung pulang karena mengikuti tambahan les oleh wali kelas, hingga ikut ekstra kurikuler.

Si korlas juga membelikan beberapa perlengkapan P3K untuk di kelas, dan banyak hal yang intinya untuk melengkapi keperluan kelas si Adik dan teman-temannya.

Di waktu 17an Agustus ini, para ibu-ibu diajak ikutan kegiatan menghias kelas, sejujurnya berita ini saya juga tahu, tapi lupa waktu kegiatan menghiasnya. Alhasil, lagi-lagi saya nggak ikutan, dan nggak ada sama sekali yang japri menanyakan hal itu.

Mungkin karena sikap korlasnya yang lebih fleksibel, jadi saya nggak punya alasan untuk membenci kegiatan korlas ini.

Karena pada dasarnya dari yang saya alami dan lihat, korlas di sekolah si Adik sangat baik, fleksible dan tidak membebani ibu-ibu yang repot dengan urusan lain selain sekolah anak.

Dan mungkin juga karena dalam satu kelas, ada beberapa ibu yang sebelumnya udah berteman kali ya, jadi meski saya dan beberapa ibu lainnya sok sibuk jarang ikutan kegiatan di kelas, tapi mereka fine-fine aja.

Jadi begitulah, kalau saya menyikapi kegiatan sekolah anak yang nggak wajib dan bikin saya nggak nyaman, ya dengan nggak usah ikutan. Tapi ada risikonya nggak? tentu ada dong, salah satunya harus rela jika dibicarakan di belakang kita.

Prinsip saya sih, selama nggak ngomong jelek di depan saya, it's oke dokey, hahaha. 


Kesimpulan dan Penutup

Polemik mengenai koordinator kelas (korlas) di sekolah dasar (SD) khususnya, sering menjadi perdebatan di kalangan wali murid. 

Meskipun korlas berperan sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua murid, serta memfasilitasi komunikasi yang efektif, tidak adanya regulasi resmi seperti pada komite sekolah menyebabkan berbagai masalah. 

Polemik yang sering muncul adalah terkait dengan biaya bulanan yang harus dibayarkan oleh orang tua dan kegiatan tambahan yang diinisiasi oleh korlas, yang dianggap memberatkan sebagian orang tua. 

Reaksi terhadap kegiatan korlas pun beragam, ada yang merasa terbebani, sementara ada yang menerima dengan sikap fleksibel sesuai kondisi pribadi masing-masing.


Surabaya, 19-08-2024

Sumber:

  • Opini dan pengalaman pribadi
  • https://www.parentingbyrey.com/2022/08/komite-sekolah-tk.html diakses 19-08-2024

Gambar: canva edit by Rey



Post a Comment for "Perbedaan Korlas dan Komite Sekolah, Serta Polemiknya Bagi Wali Murid"