Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lebih Baik Childfree, Punya Anak 1 atau Punya Anak 2?

Konten [Tampil]

lebih baik childfree atau punya anak

Iseng banget saya malam ini, tiba-tiba terpikirkan mau nulis curhatan ini, padahal terinspirasinya dari sesuatu yang nggak ada kaitannya dengan childfree atau punya anak 1 atau 2.

Ceritanya, saya iseng buka aplikasi Threads dan komen di curhatan orang yang bercerita, anaknya malas disuruh melakukan hal lain, selain baca buku.

Karena ada yang langsung komen seolah menuduh tuh ibu ngasih gadget ke anaknya, padahal ya enggak. Saya jadi ikutan komen, yang intinya terheran-heran sama tanggapan netizen kalau ada keluhan ibu tentang sikap anaknya, selalu dikaitkan sama gadget.

Yang nada tulisannya, tidak jauh-jauh dari menyalahkan ibu yang ngasih gadget ke anaknya. Padahal, gadget itu nggak sepenuhnya salah dan buruk, bahkan wajib di era sekarang.

Selama kontrol penuh ada di parents tentunya, saya juga menjelaskan bahwa anak-anak saya tetap saya kasih gadget, meskipun ada jadwalnya, dan dengan seabrek syarat.

Lalu tak lama dijawab lagi sama empunya tulisan, katanya anaknya nggak suka berteman, dia cuman suka membaca doang di rumah.


Jawaban inilah yang memberikan ide buat saya menuliskan curhatan ini.

Karena saya merasa, dulunya ketika punya anak satu doang, cuman si Kakak doang. Emang sih kehidupan saya sekilas masih terkontrol, masih bisa memberikan banyak hal kepada diri sendiri. Hidup nggak melulu buat anak doang, saya juga masih bisa menikmati banyak hal untuk diri sendiri.

Tapi, masalah saya nggak jauh beda sama si ibu yang ngeluh tersebut, anak jadi malas bergaul dengan siapapun, bahkan di sekolah dia memilih main sendiri.

Kerjaan si Kakak tuh dulu, cuman nonton TV, baca buku and repeat, lalu weekend jalan-jalan, hahaha. 

Nggak suka berteman, kalaupun ada temannya, kayak di sekolah gitu, ya dia main sendiri aja, nggak suka bersosialisasi lah.

Sumpek banget saya liatnya, hahaha.

I mean, ya nggak masalah anak nggak suka main sama temannya, tapi nggak juga benar-benar nggak peduli dengan sekitarnya, nggak punya teman sama sekali. Lalu gimana dia bersosialiasi dengan baik ketika harus tumbuh dewasa?. 

Sementara kita tahu kan, di dunia ini kita semua membutuhkan orang lain, nggak bisa juga kita hidup sendiri, emang kalau mati, kita bakalan bangun mandiin diri, kafanin diri, terus jalan ke kubur dan gali serta nutup kubur sendiri?.

Ya begitulah pemikiran saya dulu, padahal ya saya tahu penyebabnya karena si Kakak nggak pernah keluar main sama anak tetangga sejak kecil.

Maknya juga parno karena anak tetangga suka ngomong kasar, nggak bisa banget saya dengar anak ngomong kasar gitu, hehehe (emaknya emang rempong!)

Sampai akhirnya si Adik lahir.

Jujur, sejak si Adik lahir, saya mulai merasa ada yang hilang dari diri ini. Saya udah nggak bisa tidur dengan cukup, kesulitan bisa bebas melakukan atau membeli sesuatu kayak dulu.

Dan yang paling kerasa, papinya anak-anak jadi stres dan memilih sering kabur-kaburan, nggak bisa sabar sama sekali, yang kalau saya perhatiin, karena masalah ekonomi yang makin berat.

Intinya, sejak si Adik lahir, seolah kami tambah tanggung jawab, tapi pemasukan seolah tetap aja, sama kek waktu punya anak satu doang.

Alhasil bisa ditebak dong, mau nggak mau saya harus mengalah, segala sesuatu ya utamakan anak dulu, karena anak jauh lebih penting, ketimbang kebutuhan ibunya.

Saya masih masuk kategori beruntung, karena Allah kasih skill dan kemauan yang lebih, sehingga setelah anak kedua lahir. Saya masih bisa eh bahkan jauh lebih bisa menghasilkan uang dari rumah, ketimbang saat masih punya 1 anak doang.

Meskipuun jugaaa, off course ada yang dikorbankan, ya waktu tidur saya.

Tapi, saat ini saya nggak mau bahas itu lebih dalam, kita simpan untuk postingan lain aja, masalah itu.

Yang ingin dibahas adalah, saya jadi teringat akan maraknya childfree saat ini. Atau pilihan punya anak 1 aja, nggak mau lagi nambah, karena punya anak itu berat.


Iya, emang berat banget sih, terutama ketika anak-anak udah mulai sekolah.

Beratnya itu, nggak cuman masalah uang atau biayanya yang semakin mahal, tapi juga tuntutan pendidikan dan sekolah pada parents. Sejuta kegiatan anak yang sering harus melibatkan parents. Pokoknya ribet dah!

Tapi, sebenarnya mau punya anak 1 kek, punya anak 2 kek, atau nggak punya anak atau childfree sekalipun, sama aja! Pasti bakal nemu tantangan atau ujian, karena begitulah hidup.      


Salah satunya ya kayak yang saya ceritakan di atas, sebelum adiknya lahir, si Kakak tuh orang yang cuek bebek sama dunia lain, pokoknya cuman dia dan mami papinya aja.

Dia ke sekolah, tapi nyaman dengan dirinya sendiri, bahkan ngomong sama teman atau guru aja, dia ogah, hahaha.

Nantilah setelah adiknya lahir, apalagi setelah adiknya mulai tumbuh besar dan bisa diajak main, sedikit demi sedikit si Kakak jadi mulai berubah jadi manusia 'normal'.

Sudah mau bersosialisasi, karena di rumah ya dia kudu bersosialisasi dengan adiknya. Maminya happy, ketika dia sudah mulai making friends di sekolah, sudah bisa bersosialisasi juga.  

Adiknya juga sama, meski awalnya saya takut, kalau dia nggak bisa bersosialisasi, karena anak-anak ini memang nggak pernah main sama anak tetangga ketika di rumah. Ternyata pas sekolah dia bisa beradaptasi dengan baik, bisa making friends, ya kayak anak-anak 'normal' lainnya lah.

Semua ini, menurut saya adalah kelebihan dari kondisi punya anak 2. Jadi saya nggak perlu lagi struggling pusing karena mikirin cara anak bersosialisasi dengan baik di luar sana.


Lalu, apa hubungannya dengan childfree?

Menurut saya, sama dengan pilihan anak 1 atau anak 2 atau lebih, semua pilihan itu ada plus minusnya. Demikian juga dengan yang namanya pilihan nggak punya anak.

Saya nggak tahu ya kalau orang lain, tapi saya jadi ingat dulu ketika habis nikah, terus nunggu 7 bulan nggak hamil-hamil. Duh itu kangennya minta ampun, liat teman punya bayi tuh mupeeenggg.

Karena saya emang suka anak kecil ya sejak dulu.

Dan saya pikir, andai saya ditetapkan nggak punya anak, keknya hal ini bakalan mengurangi kebahagiaan saya juga di masa sekarang.


Ya, karena apapun pilihan hidup kita, bakal selalu diikuti oleh plus minusnya, happy dan tantangannya. Jadi, nggak ada tuh pilihan yang benar-benar baik, kecuali yang dipilihkan Allah.

Kalau nggak punya anak, ya mungkin emang pilihan Allah kek gitu, dan itu yang terbaik buat kita, menurut sang Pencipta.

Pun juga, kalau anak kita cuman 1, ya insya Allah memang kondisi punya anak 1 lah yang terbaik buat kita. Termasuk ketika sekarang punya anak 2, bahkan lebih.

Insya Allah, semua yang udah dikasih Allah, bakalan jadi yang terbaik buat kita, karena Allah loh yang nitipin amanah-Nya ke kita sebagai ibu, khususnya.

So parents, tak perlu menyesali atau membandingkan diri kita dengan lainnya. Belajarlah menerima kondisi saat ini dengan ikhlas. 

Belum punya anak dengan alasan childfree dan sampai saat ini masih juga dikabulkan, ya Alhamdulillah, berarti emang itu yang terbaik, setidaknya hingga saat ini.

Punya anak 1? ya Alhamdulillah.

Punya anak 2 dan 3 dan seterusnya?, Alhamdulillah juga.

Lagi struggling dengan ekonomi, ya jangan lepas keyakinan, kalau Allah nggak akan mungkin receh banget menitipkan amanah-Nya, tapi nggak dikasih bekal tuh amanah-Nya.

Insya Allah semua udah tertakar, kita sebagai manusia aja yang diwajibkan untuk terus berdoa dan berusaha. Insya Allah, apapun kondisinya, itu adalah terbaik, insya Allah, aamiin.

How about you, parents


Surabaya, 14-09-2024

1 comment for "Lebih Baik Childfree, Punya Anak 1 atau Punya Anak 2?"

  1. Aku sempet ngebanding2in ama temen2 yg childfree, yg ga nikah, kok ya hidupnya enaaak banget. Sejujurnya aku memang pro childfree dari dulu sampai skr.

    Tapi krn udh terlanjur ada 2, demi cinta ke suami 😅, ya harus Terima.

    Cuma supaya ga stress, aku coba pikirin hal2 yg bikin aku bahagia walonudh ada anak. At least suami msh support aku traveling dengan teman2 setahun sekali. Banyak istri yg udh nikah apalagi ada anak, dilarang ama suami mereka. Aku bersyukur raka ga begitu.

    Makanya aku pelan2 bisa Terima Rey, utk mulai menyayangi anak2. Walopun belum bisa dekeeet banegt, trutama ama fylly, kami sering ribut. Tapi aku deket ama anak lanangku.

    Cuma aku pernah nasehatin anak2, kalo memang ga siap punya anak, mending ga usah punya. Krn tanggung jawabnya berat. Mereka lama2 tahu kalo maminya ga suka anak2. Dan mungkin krn itu juga, mereka ga banyak tingkah sih. Jd ga harus bikin aku selalu marah2😅. Itu juga sesuatu yg aku syukuri.

    ReplyDelete