Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menyikapi Drama Ibu-Ibu Dalam Kegiatan Sekolah Ala MamiRey

Konten [Tampil]

menyikapi drama ibu-ibu di kegiatan sekolah

Yang namanya ibu-ibu ya, di manapun berada selalu tak lepas dari yang namanya drama, termasuk ketika berkumpul untuk kegiatan sekolah anak.

Begitulah pengalaman saya ketika harus berkumpul dan berinteraksi dengan ibu-ibu lainnya dalam kegiatan Parents Day di sekolah Adik Dayyan.

Bahkan kegiatannya belum dimulai aja, masih dalam tahapan mengumpulkan ide, udah lumayan sedikit ada drama. Padahal ya kelompoknya cuman sedikit, hanya ada sekitar 5 moms aja.

Well, dramanya sih nggak yang parah-parah banget sih, tapi mungkin sedikit banyak menyeruakan hati yang nggak nyaman.


Cerita Kegiatan Parents Day di Sekolah Adik Dayyan

Jadi ceritanya di sekolah Adik Dayyan tuh, meski udah kelas 1 SD masih ada yang namanya kegiatan Parents Day. Kegiatan ini merupakan hal yang wajib diikuti oleh semua parents secara bergantian. 

Setiap minggu ada jadwal sekitar 5 parents yang harus hadir di hari Sabtu ke kelas anak untuk memberikan materi pelajaran buat anak-anak.

Dan kegiatan ini sudah dimulai sejak Agustus kemarin, dan minggu ini giliran saya bersama 5 mama lainnya.

Sebenarnya kegiatan seperti ini bukan lagi sebuah hal yang baru buat saya, di TK si Adik juga dulu ada kegiatan begini. Bedanya, dulu yang bertugas ada lumayan banyak parents. Mungkin sekitar 8 orang kali ya atau lebih.

Dan karena parents di TK si Adik dulu ada banyak working mom, jadi beberapa yang bekerja memilih untuk jadi donatur konsumsi. Dan juga kebanyakan moms yang ada lumayan aktif dalam setiap kegiatan. 

Jadinya udah bisa ketebak dong, saya bisa menikmati kegiatan tersebut, karena nggak perlu ribet cari bahan pengajaran dan nggak pusing dengan pengeluaran lagi.

Pokoknya saya cuman ikutan, dan selalu kebagian jadi tukang dokumentasi, hehehe.

Nah, di SD kali ini agak beda, udahlah kelompoknya cuman 5 moms aja, semua bisa ikutan dan jadinya nggak ada yang bisa jadi donatur. Off course kami semua harus patungan untuk dananya. 

Sebenarnya udah dijelaskan sih, kalau sebisa mungkin cari cara yang paling praktis dalam pengajaran termasuk jika ingin memberikan konsumsi, pastikan yang tidak memberatkan semua parents.

Masalah berikutnya adalah, kok ya pas banget nget nget, saya sedang bokek (perasaan saya kok bokek mulu ya, kurang sedekah keknya, hahaha).

Tapi serius deh, kali ini tuh bokeknya agak ekstrim, saya sampai sakit-sakitan overthinking masalah bokek ini. Karena banyak banget tagihan yang belum terbayar, termasuk tagihan di sekolah anak-anak.

Kondisi ini memaksa saya untuk lebih menghargai duit agar nggak lancar keluarnya, karena masuknya sungguh mampet, hiks.

Lalu ketika akhirnya ada salah satu mom yang menghubungi saya tentang kegiatan ini, awalnya saya malas mikir, ngikut aja apa ide mereka.

Tapi, pas liat mereka mulai mengidekan bikin prakarya, yang mana semua alat dan bahannya tuh harus ditanggung para pengajar alias kami parents yang ngajar. Kepala mulai puyeng, bayangan pengeluaran membengkak dari kegiatan ini mulai menari-nari.

Jadi, ketika akhirnya saya punya kesempatan, saya usulkan deh ide yang super praktis, nggak perlu ada alat dan bahan, cukup gunakan benda dalam kelas, dengan metode pengajaran bahasa Inggris.

Kebetulan anak-anak tuh ada kegiatan ekstra kurikuler wajib berupa conversation, nah saya ingin lebih mengenalkan hal itu ke anak-anak.

Jadi kegiatannya cukup dengan bernyanyi pengenalan benda di kelas menggunakan bahasa Inggris, dan juga greetings

Ini bisa jadi meriah kalau anak-anak bisa diminta ke depan untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris, dan teman-temannya punya kesempatan untuk menanyakan satu pertanyaan.

Bukankah itu seru dan lebih bermanfaat?.

Ketimbang bikin prakarya, yang mana sudah pasti kita harus mengeluarkan dana untuk membeli alat dan bahan, even ngomongnya menggunakan bahan bekas ya, pasti ada yang dibeli.

Dan syukurlah para moms lainnya setuju, meskipun tetap masih menggantung karena ide spesifiknya belum dibahas.

Berikutnya kami harus membicarakan konsumsi, ketika ada yang nanya semua diam. Akhirnya saya langsung ngomong kalau ikut aja, asalkan jangan terlalu mahal, karena kami cuman berlima dan saya lagi bokek, hahaha.

Alhamdulillah yang lain mengerti, dan memutuskan untuk memberikan konsumsi yang seadanya aja, semampunya kami tanpa berlebihan, dan disepakati kami harus urunan 96ribuan per moms

Ya lumayan lah, daripada harus kumpulin di atas 100ribuan kan?.

Meskipun memang masih ada pembicaraan yang mana kasian karena konsumsi anak-anak seadanya gitu. Apalagi ketika minggu kemarin konsumsi dari kelompok ibu-ibu yang ngajar sedikit terlihat mewah, dengan memberikan makanan yang lumayan harganya.

Tapi sudahlah, daripada memaksakan diri kan, dan saya juga menebalkan wajah aja untuk mentransfer sesuai jumlah kesepakatan, karena ibu lain transfernya dilebihin. Meanwhile saya transfer sesuai nominal yang diminta, hahaha.


Menyikapi Drama Ibu-Ibu Dalam Kegiatan Sekolah Ala MamiRey 

Sebenarnya, kalau dibicarakan dengan baik dan terus terang, drama-drama akan bisa teratasi, meskipun saya nggak jamin sih kalau semua puas.

Kenyataannya, masalah kegiatan ini paling sering dikeluhkan para moms di media sosial. Karena yang namanya ibu-ibu tuh pasti punya ide sendiri, punya pikiran sendiri, tapi nggak semua orang berani menyuarakan hal tersebut.

Kalau saya, setelah mengalami banyak waktu untuk masalah-masalah kegiatan anak sekolah dan harus bergabung dengan ibu lainnya, akhirnya punya cara tersendiri untuk meminimalisir drama dan rasa nggak puas di hati akan keputusan yang dicapai, di antaranya:


1. Jangan sungkan untuk aktif di WAG kegiatan

Kebanyakan tuh para mom kan malas aktif di grup, saya mengerti sih karena seringnya mereka udah baper duluan, pas komentar eh dicuekin, hehehe.

Hal-hal ini yang bikin banyak moms memilih diam dan ikut aja keputusan lainnya, tapi setelah diputuskan ternyata nggak sesuai dengan keinginan diri, akhirnya curhat di luar.

Kalau saya udah malas melakukan hal itu, pokoknya perkuat mental aja deh, kalaupun komentar terus didiamkan, dan itu penting, ya saya colek lainnya, wakakakak.

Intinya selama itu memang tidak masuk dalam kewajiban sekolah, tidak perlu sungkan untuk menyuarakan keberatan dan mengusulkan ide yang lebih masuk akal menurut kita. 


2. Jangan malu untuk jujur tentang kondisi pribadi

Ini yang paling sering terjadi sih, kayaknya di dunia ini cuman saya moms yang berani jujur tentang ke-pailit-an kondisi ekonomi.

drama kegiatan parents day

Kalau memang lagi nggak punya duit, ya katakan dengan terus terang, nggak perlu malu untuk berterus terang, toh masalah kekurangan ekonomi itu manusiawi banget, semua orang pernah mengalaminya. Ya kecuali beberapa orang yang kayak 11 turunan sih, dan dia turunan ke 7, hahaha.

Kenyataannya, ketika kita jujur dengan kondisi yang sebenarnya, tidak melulu tanggapan moms lain akan menertawakan kita kok (kalaupun ditertawakan ya balas ketawa aja, sekalian kirim norek minta isiin, wakakakak). Justru moms lainnya akan lebih bijak memutuskan sesuatu dengan mempertimbang kondisi moms lainnya. 

 

3. Gunakan bahasa yang sopan dalam berinteraksi

Dan yang paling penting adalah, selalu gunakan bahasa yang sopan dan jelas dalam berinteraksi. Saya lebih suka kalau pakai tulisan sih ketimbang kirim voice note (VC).

Menurut saya, tulisan lebih sopan dan effort serta menunjukan kepedulian dan ketulusan kita terhadap grup tersebut. Usahakan pula untuk belajar menulis dengan lengkap, jangan disingkat-singkat, itu kan bukan SMS hahaha.

Dan pergunakan bahasa Indonesia dengan benar, kan nggak semua orang mengerti bahasa daerah, keculia kalau memang kita udah saling kenal.

Yang tak kalah penting juga adalah, pergunakan emoticon senyum atau semacamnya untuk meminimalisir salah paham akan bahasa yang kita gunakan.

 

4. Tidak memaksakan diri jika memang tidak mampu

Dan yang tak kalah penting adalah, tidak perlu memaksakan hal-hal yang memang di luar batas kemampuan kita. Apalagi kalau hal itu hanya berkaitan demi 'gengsi' semata.

Jangan lupa, di masa-masa sekarang, kondisi ekonomi banyak orang lagi down-down-nya. Bahkan data di BPS mengatakan ada beberapa persen masyarakat menengah yang berkurang dari golongan tersebut. 

Mereka nggak mengatakan kalau golongan tersebut naik atau turun sih, tapi dengan kondisi kayak sekarang, sudah bisa ditebak kalau golongan itu malah turun.

Karenanya, bijak-bijaklah menyikapi kebutuhan atau keinginan demi gengsi. 


Surabaya, 02-09-2024

Post a Comment for "Menyikapi Drama Ibu-Ibu Dalam Kegiatan Sekolah Ala MamiRey "