Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memaknai Ulang Cinta dan Luka Dalam Pengasuhan

Konten [Tampil]

cinta dan luka dalam pengasuhan

Tau nggak sih parents, kita semua berpotensi memberikan cinta sekaligus luka dalam pengasuhan anak. Bahkan tanpa kita sadari, kedua hal tersebut juga pernah kita alami dan dapatkan ketika kecil, lalu tanpa sengaja mengulanginya kepada anak kita.

Pengetahuan ini saya dapatkan dalam acara yang dipersembahkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi Jawa Timur 2 beberapa minggu lalu. Dalam acara Gebyar Literasi Konsultasi Komunitas, Literasi Keluarga: Peran Orang Tua Dalam Pengasuhan Anak Bersama PKK dan Dharma Wanita.

Jadi, sebagai komitmen keterlibatan Disperpus Jatim untuk menggiatkan literasi khususnya buat masyarakat Jatim. Rutin diadakan kegiatan-kegiatan seperti ini, dengan tujuan agar semakin banyak yang terliterasi dengan baik, khususnya buat para ibu yang lebih banyak membersamai anak setiap harinya.

Nah, saya sebagai pemustaka alias yang sering berkunjung di Perpusda Menur ini, juga beruntung karena mendapatkan undangan untuk menghadiri acara ini.

Mungkin pihak perpusda menginginkan agar saya bisa meneruskan literasi tentang pengasuhan ini kepada lebih banyak orang, melalui tulisan saya di blog ini.

Ah dengan senang hati dong ya.

fitri ika wahyuni

Acara ini menghadirkan narasumber seorang konsultan keluarga, Fitri Ika Wahyuni, STP, CHt. Beliau merupakan ibu dari 3 anak, seorang Islamic Psychotherapist & Certified Hypnotherapist, juga merupakan founder dari B'Smart Thinking Skill Education, Nuhaa Islamic Daycare serta penulis modul pendidikan.  


Cinta dan Luka dalam Pengasuhan yang Saling Berdampingan

Kita semua pasti setuju, kalau menjadi parents tentunya ingin memberikan semua hal terbaik untuk anak-anak kita. Semua itu tentunya berangkat dari rasa cinta mendalam parents untuk anak-anaknya.

Sayangnya kadang parents lupa, kalau cinta yang diberikan malah meninggalkan luka di hati anak-anak. 

Sebenarnya hal ini adalah sesuatu yang wajar, karena baik parents maupun anak masing-masing adalah sosok yang punya sudut pandang yang kadang berbeda.

Di sisi lain, parents memaknai sudut pandangnya berdasarkan pengalaman hidupnya yang tentunya jauh lebih banyak ketimbang anak. Hal ini yang sering memicu parents menjadi lebih diktator dalam membersamai anak.

Oleh karena itu, dalam perjalanan pengasuhan kita, 2 hal tentang cinta dan luka seringnya menghujani anak-anak tanpa disadari.

Di sisi lain, parents merasa semua itu atas dasar rasa cinta kepada anak, agar hidup anak jadi lebih baik dari parents. Namun di sisi anak, semua cinta itu malah menimbulkan luka di hatinya. 


Cinta dalam Pengasuhan 

Kalau menurut saya, pengasuhan anak dalam pandangan parents itu hanya ada 1 alasan, tiada lain yaitu cinta. Apapun yang dilakukan parents, menyenangkan ataupun tidak buat anak, semua hanyalah karena rasa cinta yang besar untuk anak.

Being a parents, khususnya seorang ibu, selalu dipenuhi oleh banyak rasa was-was yang juga dikarenakan rasa cintanya.

Beberapa pemikiran seorang ibu yang sering menjadikannya overthinking

  • Memikirkan apakah anak-anak bisa tumbuh dengan sehat? 
  • Apakah anak cerdas?
  • Apakah anak cukup kasih sayang dari parents?
  • Apakah anak selalu aman?
  • Apakah anak bisa sukses di kemudian hari?
  • Apakah bisa memberikan anak pendidikan yang terbaik?
  • Dan masih banyak lagi.

Saking banyaknya pemikiran parents demi cintanya buat anak, bukan hanya menghadirkan luka di hati anak, tapi kadang juga melukai dirinya sendiri.

Misal,

  • Seorang ibu yang memberikan tenaga dan perhatian terbaik untuk anak-anaknya, sampai lalal istrahat, lalu jatuh sakit karenanya.
  • Parents yang biasanya seorang ibu memberikan semua cinta terbaiknya, sampai lupa mencintai dirinya sendiri.
  • Ibu yang berusaha memberikan makanan terbaik untuk anak, tapi marah, cemas dan lainnya jika tidak dimakan oleh anak.
  • Parents yang terlalu menjaga nama baik, takut dicap negatif oleh lingkungan.
  • Memberikan penjagaan terbaik untuk anak, sampai jadi over protective hingga mudah curiga. 
  • Memberikan pendidikan terbaik, tapi jadi cemas dan marah ketika anak terlihat tidak berproses.

 

Cinta Dalam Pengasuhan Bisa Menguatkan

Semua hal dalam pengasuhan yang bentuknya cinta dari parents sebenarnya bertujuan untuk kebaikan anak. Dan memang ada yang benar-benar bisa menguatkan anak dalam kehidupannya.

gebyar literasi disperpus

Semua tergantung dari bagaimana cara parents dalam mengekpresikan cintanya kepada anak. Salah satu cara menghasilkan cinta yang menguatkan buat anak adalah dengan menjadi mindful parents atau menjadi parents yang lebih calm serta menikmati setiap tahapan pengasuhan yang dilakukan. 

Anak-anak yang dibesarkan dengan mindful parenting, akan tumbuh menjadi manusia dengan pribadi yang lebih baik serta mental yang sehat.

Begitulah cara kerja cinta parents menghadirkan cinta yang bisa menguatkan buat anak-anaknya. 


Cinta Dalam Pengasuhan Bisa Melemahkan

Tidak selalu menguatkan, cinta dalam pengasuhan juga bisa melemahkan anak, terutama bagi parents yang salah dalam mengekspresikan cintanya kepada anak.

Di antaranya:

  • Demi cinta tanpa sadar menjadi parents yang protektif, sehingga anak tumbuh menjadi sosok yang sulit bersosialisasi karena terlalu sering dijaga sedemikian ketatnya oleh parents.
  • Demi cinta pada anak, tanpa sadar menjadi parents yang otoriter, selalu menuntut, mengatur dan mendikte anak dengan ketat.
  • Menjadi permisif parents.
  • Dan lainnya. 

Semua cara pengasuhan tersebut memang atas dasar cinta kepada anak, sayangnya hanya menghasilkan cinta yang melemahkan anak.


Luka Dalam Pengasuhan

Pada dasarnya, luka dalam pengasuhan sama sekali tak pernah dibuat dengan sengaja oleh parents. Seringnya luka ini muncul dari cinta yang melemahkan anak.

Tapi, tak meluluh bisa melemahkan, seperti cinta, luka pun bisa menguatkan.

Dari luka, anak-anak bisa belajar banyak hal, karena:

  • Seringnya, kreatifitas muncul dari masalah yang ada.
  • Keberanian dan ketangguhan hadir dari ancaman yang dialami anak.
  • Kemandirian dan kepasrahan berasal dari kesendirian.
  • Kemampuan dalam memaafkan biasanya muncul dari kemarahan serta sakit hati.
  • Sikap penerimaan sering muncul dari momen tak punya pilihan.
Hal-hal di atas merupakan luka yang dialami anak sehingga membuatnya jadi lebih baik. Misal, anak-anak yang akhirnya menjadi introvert dan sering tenggelam dalam kesendirian akibat pengasuhan parents yang protektif.

Anak-anak seperti ini memang menyedihkan, sulit bersosialisasi, akhirnya selalu sendiri, sehingga tanpa sadar melatih anak menjadi lebih mandiri karena terbiasa sendiri tanpa banyak teman. 

Meski luka bisa menguatkan, tapi tidak semua bisa seperti itu ya. Akan lebih baik jika anak-anak mencapai banyak hal dari cinta yang menguatkan, bukan melemahkan dan menjadi luka.


Tips Menjadi Parents Dengan Cinta dan Sesekali Luka yang Menguatkan 

Being a parents itu memang complicated banget ya. 

Bahkan memberikan cinta pun kadang malah menjadi luka, atau tetap cinta tapi malah melemahkan anak.

Namun ada hal yang mungkin abai kita perhatikan, sebenarnya cara pengasuhan kita sebagai parents menjadi luka atau melemahkan, ya karena kita sendiri masih memendam luka batin yang diperoleh ketika masih menjadi anak-anak dulu.

Sering terjadi, anak-anak yang membawa luka akibat pengasuhan, tumbuh menjadi parents yang tanpa sadar mengubah dirinya jadi pelaku setelah jadi korban.

Misal, ketika kecil pernah direndahkan oleh parents lalu ketika dewasa dan menjadi parents tanpa sadar memberlakukan anak sebagai piala yang tentunya cara didiknya menjadi lebih otoriter.

Atau ketika kecil sering mengalami kekerasan verbal dan fisik  yang membuat terluka dengan merasa hina dan sakit hati. Lalu ketika dewasa tanpa sadar menjadi sosok yang suka melampiaskan kepada yang lemah, misal ke anak-anak.

Lalu gimana dong caranya agar kita bisa menjadi parents yang baik, sementara kita sendiri membawa luka batin dari masa kecil dulu?.

Bagaimana caranya kita menjadi parents yang cintanya menguatkan dan kalaupun meninggalkan sedikit luka, pastikan luka itu menguatkan anak.

Ada 2 cara:

  • Selesaikan luka batin masa lalu
  • Lalu luruskan niat pengasuhan dengan benar.


Tentang Luka Batin

Luka batin yang diperoleh ketika kecil dan dibawa hingga dewasa, membuat parents akan jadi manusia dengan pribadi yang :

  • Sering cemas dengan berlebihan
  • Mudah marah
  • Mudah tersinggung
  • Mudah kabur ketika ada masalah
  • Mudah jatuh cinta sehingga sering terjebak hubungan yang toxic
  • Mudah berselingkuh
  • Dan lainnya.
Untuk bisa melepas semua luka batin yang menjadikan parents sebagai pribadi dengan sikap yang seringnya merugikan diri sendiri maupun orang di sekitarnya, dibutuhkan kemauan dan usaha untuk melepaskan perasaan negatif untuk menyembuhkan luka, yaitu dengan cara:

  • Menyadari semua perasaan negatif yang hadir dari masa lalu
  • Menyadari semua hal tersebut merupakan kehendak Allah, dan terima hal tersebut tanpa syarat
  • Memaafkan semuanya tanpa syarat
  • Melepaskan segala kemelekatan serta sampah-sampahnya.

Kesimpulan dan Penutup

Memaknai ulang cinta dan luka dalam pengasuhan adalah langkah penting untuk menjadi parents yang lebih bijaksana. Cinta dalam pengasuhan bukan hanya tentang memberikan segalanya, tetapi juga tentang memahami dampaknya pada anak, baik yang menguatkan maupun melemahkan. Luka yang hadir, baik disadari atau tidak, dapat menjadi pelajaran berharga jika dikelola dengan baik.

Sebagai parents, kita perlu belajar memberikan pengasuhan yang mindful, yaitu cinta yang penuh kesadaran dan kasih sayang tanpa kehilangan kendali emosional. Selain itu, penting untuk menyembuhkan luka batin masa lalu agar pola pengasuhan tidak menjadi cerminan dari trauma yang pernah kita alami.

Mari bersama-sama belajar menjadi parents yang menciptakan cinta yang menguatkan, serta luka yang mendewasakan. Dengan begitu, kita tidak hanya membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, tetapi juga memperbaiki diri untuk menjadi parents yang lebih baik setiap harinya. Karena pada akhirnya, cinta yang tulus akan selalu menjadi pondasi kokoh bagi perjalanan panjang dalam pengasuhan.

Selalu ingat, memaknai ulang cinta dan luka dalam pengasuhan adalah perjalanan yang berharga untuk kita dan anak-anak tercinta.


Surabaya, 17-11-2024

Sumber: Seminar Parenting Literasi Keluarga, Peran Orang Tua Dalam Pengasuhan Anak

Gambar: Dokumen pribadi 

3 comments for "Memaknai Ulang Cinta dan Luka Dalam Pengasuhan"

  1. Artikel ini dengan baik mengeksplorasi keterkaitan antara cinta dan luka dalam pengasuhan anak. Cinta yang tulus dapat memberikan rasa aman dan dukungan, sementara luka yang disebabkan oleh pengasuhan yang kurang baik dapat meninggalkan dampak jangka panjang. Penting bagi orang tua untuk menyadari pengaruh emosional dari tindakan mereka dan berusaha menciptakan lingkungan yang sehat dan positif bagi perkembangan anak.

    ReplyDelete
  2. Pengasuhan yang salah bikin luka anak dan dibawa sampai dewasa. Ini yang mengerikan

    ReplyDelete
  3. Dulu aku dididik secara otoriter. Sampe2 memilib jurusan yang sesuai keinginan aja ga boleh. Harus yang menurut papa bagus (bagi dia). Jadi otakku yg ga sanggup mempelajari kimia, fisika, matematika, harus dipaksa, walaupun saat itu aku jauuuh lebih bagus nilai2nya di pelajaran IPS.

    Jadi jangan harap bisa deket. Dan itu bikin aku ga tertarik punya anak. Akhirnya memang punya, tp demi nyenengin suami, bukan krn aku mau. Itu pun dengan syarat segambreng yg untungnya dipenuhi suami.

    Sejujurnya sampe skr pun aku bukan ibu yg baik rey. Aku ga ikut mendidik anak2, thanks to babysitter yg memang sangat keibuan. Bersyukurnya dj saat anak udah agak gedean gini, aku mulai bisa komunikasi dengan mereka seperti teman. Tapi jujur ga bisa sebagai ibu yg sabar dan penyayang. Aku msh awkward dalam hal itu.

    Dan aku berkali2 bilang ke anak, tolong jangan punya anak kalo memang ga ada naluri keibuan atau kebapakan. Itu bukan sesuatu yg wajib. Drpd kalian maksa punya hanya krn pressure orang sekitar, mending ga usah. Anak2 paham, dan mereka sendiri menjadikan papinya sebagai panutan orang tua, bukan aku. Krn tahu aku memang ga akan bisa seperti itu.

    Yg penting mereka tahu, kalo punya anak haruslah di saat mereka bener2 ingin dan siap. Jadi ga akan galau karena tekanan sekitar yg memaksa utk harus punya anak. So ga keulang lagi kesalahan ku yang memilih punya anak hanya krn keinginan orang lain.

    ReplyDelete